Bab 38

430 75 24
                                    

Pada setiap kesan yang Kaiser tunjukkan dalam waktu yang singkat ini, orangtua lain mungkin akan memohon padanya untuk menikahi anak mereka sesegera mungkin.

Ketenangan yang mengesankan itu, dan sikap sopan yang aku sendiri sulit untuk mengikutinya merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dirinya, bukan saja bagi orangtuaku, tapi juga bagi diriku yang merasa sudah mengenalnya.

Kaiser terlihat sangat berbeda dari dirinya sekitar dua jam yang lalu sebelum kami sampai di rumah orangtuaku. Sikap yang ia tunjukkan saat ini adalah hal alami yang sama sekali tak mengandung kepura-puraan semata, sama halnya dengan sikap agresif sebelumnya. Kedua sikap yang saling bertolak belakang itu adalah bagian dari dirinya yang anehnya dapat menghiburku dalam banyak waktu.

Ia tak sempurna, dan aku menyukai ketidaksempurnaan itu dengan seluruh hatiku. Bagiku ia adalah satu bagian penting yang bisa melengkapi juga ketidaksempurnaan dari diriku.

Lalu bagaimana mungkin orangtuaku tak bisa menyetujui hubungan yang sempurna ini?

Kaiser sudah memberikan kesan yang memberitahu mereka kalau pria itu tak memiliki niat untuk mengakhiri hubungan kami meski restu belum bisa kami kantongi. Kaiser, meski dengan nada suara yang santun dan nada yang lembut, sudah menunjukkan niatnya dengan cukup tegas untuk memiliki hubungan yang lebih serius bersamaku.

Jadi dimana masalahnya? Aku sama sekali tak habis pikir dengan pola penilaian orangtuaku terhadap hubungan kami sekeras apapun aku mencari alasannya. Di mataku mereka hanya melemparkan ketidaksetujuan dengan alasan yang sama sekali tak masuk akal.

Tapi lalu Kaiser mulai membuka mulutnya kembali, mengatakan sesuatu yang tidak pernah ia katakan padaku sebelumnya walau bukan sesuatu yang membuatku sangat terkejut.

"Anda berdua pasti sudah mendengar tentang kendali emosi saya yang pernah sangat berantakan dulunya," ujar Kaiser dengan mata tegas yang menatap orangtuaku lurus-lurus. "Saya tak akan memberi alasan untuk itu, tapi saya bisa memastikan kalau hal semacam itu tak akan terulang lagi."

Ayahku menoleh padaku sebelum menatap Kaiser kembali. Sepertinya beliau sedang berpikir apakah akan terus melanjutkan pembicaraan ini atau tidak dengan aku yang berada di ruangan yang sama dengan mereka.

Meski tak pernah mendengarnya dengan lebih detail, tapi aku sudah mendengar sedikit tentang Kaiser yang pernah memukuli seseorang hingga orang itu nyaris sekarat. Itu terjadi di awal-awal penugasannya di unit pemadam kebakaran tempatnya bekerja hingga saat ini, membuatnya menjadi salah satu petugas yang cukup ditakuti oleh para rekannya walau di waktu-waktu lain ia terlihat selalu tenang.

Setelah aku melihat bagaimana cara Kaiser bersikap di hadapan orang yang membuatnya sangat terganggu, Kaoru maksudku, dan setelah aku mendengar pengakuannya tentang sikap aslinya, maka aku bisa menyimpulkan kalau ia sudah jujur saat mengatakan kalau ia sebenarnya hanya bersikap sangat baik di hadapanku; pada orang-orang yang pantas ia perlakukan dengan baik, juga orang-orang yang aku anggap penting.

Itu artinya ia tak berbelas kasih pada orang lain secara umum. Ketika ia menjalankan tugas dalam penyelamatan dan lainnya, itu murni karena kewajibannya saja, bukan karena ia benar-benar peduli. Kurasa itulah kesan yang ia pikirkan mengenai dirinya sendiri, membuatku semakin ingin memujinya di depan hidungnya langsung hanya agar ia bisa menyadari kalau ia sebenarnya tak sedingin itu.

Ia peduli pada sekitarnya secara alami, namun ia tak mengetahuinya. Meski terus berpikir secara buruk terhadap dirinya sendiri seperti aku yang dahulu, ia tetap melakukan bagiannya dengan sangat baik dan tanpa keluhan. Ia pantas mendapat pujian bukannya penghakiman yang membuatnya terlihat seperti seorang kriminal hanya karena ia pernah kehilangan kendali diri beberapa kali.

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang