Bab 41

415 79 28
                                    

Kultus sesat atau semacamnya, kurasa itu memang benar. Dua korban lainnya ditemukan dalam hari yang sama di dua titik yang berbeda. Pada batasan ini, menyembunyikan kenyataan sebenarnya sudah tak memungkinkan lagi. Kepolisian harus segera membuat pengumuman kepada masyarakat dan memulai penyelidikan terbuka.

Masing-masing dari pelaku setiap pembunuhan sudah ditangkap, yang artinya para detektif bukannya melakukan penyelidikkan tanpa menghasilkan apa-apa selama ini. Mereka hanya memberikan sedikit informasi karena penyelidikan tertutup itu sendiri. Semua yang mereka dapatkan terkait pembunuhan berantai itu akhirnya dibuka dengan empat pelaku sekaligus.

Semua pelaku sudah mengakui perbuatan mereka, namun tak mengatakan motif sebenarnya. Mulut mereka tertutup rapat, menyembunyikan rahasia kelompok mereka dengan sangat baik meski tatto burung phoenix kecil di belakang leher mereka membuktikan semuanya. Dan tatto bunga mawar di belakang leher para korban juga memperkuat alasan mereka dalam pemilihan korban.

Hal yang kucemaskan segera menjadi kenyataan begitu layar televisi menunjukkan gambar tatto yang berada di belakang leher korban. Juga apa yang Kaiser katakan setelah pulang dari jadwal piket malamnya. Sebuah kaitan lain yang membuatku menjadi salah satu calon korban.

Seniman tatto memiliki ciri khas masing-masing dalam pekerjaan mereka. Aku tak tahu bagaimana caranya para detektif bisa menemukan orang itu. Tapi foto yang ditunjukkan Kaiser, yang Kiho kirimkan padanya secara pribadi, adalah foto dari seniman tatto yang membuat tatto bunga mawar di belakang leherku ini.

Berita tentang seniman tatto itu belum beredar luas di masyarakat. Tapi pria itu sudah berada di kantor polisi, menjadi unsur penting dalam penyelidikan kasus ini ke depannya. Juga menjadi titik terang atas sebutan kelompok kriminal yang menyebut diri mereka sebagai The Phoenix Rose.

Rose dalam bahasa inggris memiliki dua arti; mawar dan bangkit. Para detektif menyimpulkan bahwa arti bangkitlah yang dipakai sebagai makna dari perilaku kriminal mereka. Sementara tatto mawar itu adalah simbol dari bangkit itu sendiri. Jika kesimpulan itu benar, maka mereka, para pelaku menganggap diri mereka sebagai phoenix atau titisan phonix yang bangkit dengan membunuh seorang wanita menggunakan metode tertentu.

Yang mana pun, semuanya tetap saja terdengar gila. Mereka semua adalah sekumpulan orang gila yang melakukan tindak kriminal dengan alasan yang sama gilanya dengan diri mereka sendiri. Satu phoenix akan memilih satu wanita untuk mereka bunuh dengan penunjuk tatto bunga mawar di belakang leher. Dan jika firasatku dan Kaiser benar, maka phoenix yang memilihku bisa jadi adalah Furutani.

"Tapi ia tak memiliki tatto phoenix di belakang lehernya," ujarku pada Kaiser yang terlihat jauh lebih tegang dibanding aku. "Kecuali ia menutupinya dengan sesuatu, kita tak memiliki bukti kuat untuk mengajukan laporan secara resmi."

Kami duduk di depan meja makan. Aku sudah mengambil satu suapan makan malam kami. Sementara Kaiser yang biasanya makan banyak belum mengangkat sumpit dan sendoknya sama sekali. Ia terlihat kalut, banyak pikiran, dan agak marah. Tak tenang seperti biasanya.

Aku sebenarnya bisa memakluminya dengan sangat baik. Jika situasi kami dibalik, mustahil bagiku untuk bersikap tenang ketika ia mungkin saja berada dalam bahaya. Aku mungkin akan bersikap lebih dramatis dibanding Kaiser.

"Aku akan mencaritahunya sendiri," putus Kaiser, kembali seperti sediakala, mengedikkan bahu dan mulai makan dengan lahap.

Sulit menebak apa yang sebenarnya sedang Kaiser pikirkan saat ini. Jadi aku memandanginya untuk waktu yang lama, membuatnya tersenyum, menepuk-nepuk puncak kepalaku dengan lembut sembari memberiku kode untuk melanjutkan makan malam kami.

"Aku ingin menghapus tatto ini," kataku sambil mengarahkan tanganku ke belakang, memegang bagian dimana tatto itu berada. "Aku selalu menyukainya. Ini sayang sekali."

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang