Bab 28

401 66 27
                                    

Suasana hatiku sangat buruk dan aku menyesal sudah menunjukkannya di hadapan Leora yang sudah berusaha keras untuk menghiburku. Ketenangan itu adalah kepura-puraan yang sejak dulu menjadi senjata utamaku di setiap situasi yang tak menguntungkan.

Aku sangat bersyukur Naoki tak memutuskan untuk mengikutiku dan memaksa untuk membicarakan masalah kami ketika suasana hatiku seperti ini. Jika ia tak menahan diri, atau mungkin tak ditahan Leora seperti yang kutebak, kami mungkin sudah bertengkar lalu menyebabkan luka pada satu sama lain.

Melihat apa yang sudah dilakukan Leora untukku malam ini membuatku berpikir untuk mentraktirnya makan ketika ada kesempatan. Mungkin aku bisa membelikan apel, pie apel, jus apel yang ia sukai sambil mengucapkan terima kasih. Keberadaannya di pesta itu adalah sebuah pertolongan besar yang mungkin saja tak begitu ia sadari.

Sebenarnya aku tak terlihat setenang seperti yang kutunjukkan di permukaan. Bertindak keren adalah salah satu caraku untuk menyelesaikan semua masalah tanpa menimbulkan drama yang akan membuatku malu. Leora mungkin akan sangat terkejut jika mengetahui apa yang aku pikirkan ketika aku melihat wanita berambut panjang hitam lurus yang kutahu adalah teman Leora di masa sekolah dulu, sekaligus salah satu senior Naoki dan Kaiser.

Tak ada perasaan berkecil hati ketika aku melihat wanita itu. Hanya kejengkelan yang setengah mati kutekan, menahan diriku agar tak mengulurkan tangan dan mencakar wajahnya. Memikirkan hal itu lagi membuatku terlihat seperti orang yang munafik.

Apakah Leora tak akan mau berteman denganku jika tahu aku sempat memiliki pemikiran jahat semacam itu terhadap teman lamanya?

Kurasa tidak. Di beberapa kesempatan, Leora memang terlihat emosional, seperti contohnya hari ini. Tapi Leora bukan orang yang suka menghakimi orang lain tanpa mengetahui dengan jelas apa yang terjadi sebenarnya; apa penyebab seseorang bertindak dengan cara yang buruk. Itulah kenapa aku sedang berpikir untuk lebih terbuka dengannya nanti. Nanti, setelah pikiranku sudah lebih jernih.

Sekarang aku sedang sangat membutuhkan alkohol untuk mengaburkan rasa sakit hati yang membuat harga diriku terluka karena perbuatan Naoki sebelumnya.

Hubungan kami jelas sekali tak bisa dilanjutkan kembali. Aku tak mau bersama dengan seorang pria yang terlihat ragu-ragu dan membagi perasaannya dengan begitu mudah. Orang semacam itu hanya akan menyakitiku lebih banyak lagi. Belum lagi kemungkinan untuk melakukan perselingkuhan lebih tinggi, karena ia sulit memutuskan wanita mana yang lebih ia sukai.

Aku sudah pernah mengalaminya dulu. Dulu sekali. Diselingkuhi oleh pria yang pernah kuanggap sebagai cinta sejatiku. Tangisan dan permohonannya untuk mencegahku pergi meninggalkannya sempat membuatku memafkannya beberapa kali.

Namun apa? Ia akhirnya memutuskan untuk berselingkuh dengan mantan pacarnya, menyembunyikannya dengan sangat rapi selama bertahun-tahun hingga wanita itu datang padaku dalam kondisi hamil.

Setelah itu aku bersumpah untuk menjauhi pria semacam itu. Pria dengan sikap yang begitu terbuka pada banyak wanita, bermulut manis, pandai sekali membuat wanita merasa seperti diri mereka adalah yang tercantik di dunia ini. Itu sangat menjijikkan hingga aku tak akan bisa menahannya.

Lalu aku bertemu dengan Naoki yang baik hati dan hanya pernah mengencani satu wanita selama kami saling mengenal. Kesetiannya pada hubungan itu, rasa tanggung jawabnya pada pekerjaan yang ia tekuni, serta aura positif yang menguar darinya membuatku terpesona. Membuatku memperhatikannya untuk waktu yang lama.

Naoki tampan, namun tak lebih tampan dari Kaiser, beberapa rekan di unit pemadam kebakaran, atau Ren, rekan dokter Leora yang terlihat seperti pangeran dari negeri dongeng. Tapi aku begitu tertarik padanya. Pada awalnya hanya ketertarikan biasa, tak mengembangkan hubungan kami lebih dari sekadar rekan selama bertahun-tahun. Sampai baru-baru ini.

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang