Bab 23

572 96 24
                                    

Kembali ke rutinitas sehari-hari setelah liburan yang menyenangkan terasa seperti hari libur itu sendiri bagaikan mimpi belaka. Namun setelah bertukar kartu nama dengan Rieta dan mendapatkan kiriman beberapa foto yang belum dicetak membuat liburan itu terasa nyata kembali.

Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan seorang fotografer yang bagus dengan pekerjaannya seperti Rieta, karena itu membuatku menyadari bahwa aku dan Kaiser ternyata benar-benar acuh dengan hal-hal semacam ini.

Kami tak pernah berpikir untuk mengambil foto bersama sebelumnya, itulah kenapa begitu kami berpisah saat itu, kenangan yang tersisa hanyalah barang-barang kecil yang kami beli bersama seperti pulpen dan kaus kaki serta beberapa foto yang diambil sewaktu liburan ke pulau Ber Ber.

Rieta mengatakan akan mengundang kami ke pameran fotonya di galeri seni pribadinya. Selain foto, ia juga akan memamerkan beberapa lukisan yang dibuat oleh para pelukis amatir berbakat, karya tembikar, karya pahat, dan yang lainnya. Itulah yang ia ceritakan dalam perjalanan menuruni gunung. Ia sangat menikmati apa yang ia lakukan dalam hidupnya, dan aku mendapati kalau aku menyukai suasana menyenangkan saat bercakap-cakap dengannya.

Tapi yang menjadi alasan kenapa Kaiser hanya memutar mata ketika aku membicarakan tentang Rieta sepanjang hari ini bukanlah Rieta itu sendiri, tapi keberadaan pria itu—pria yang menyapaku di gunung itulah yang membuat Kaiser merasa tak senang. Karena pria yang memperkenalkan diri dengan nama Dietrich itu ternyata adalah adik kandung Rieta yang datang sehari setelah pendakian Rieta.

"Ayolah," ujarku dengan nada membujuk. "Apa sekarang kau merasa cemburu dengan orang asing yang sudah menganggap kita sebagai pasangan suami istri?" tanyaku sembari berhenti bergerak setelah melakukan sit up selama lima kali.

Kaiser yang memegangi pergelangan tanganku tak menunjukkan ekspresi berarti, hanya memberikan kode agar aku melanjutkan olahraga yang ia paksakan. Kurasa ia hanya ingin menyiksaku karena suasana hatinya yang sedang buruk. Aku sendiri tak menyangka kalau ia ternyata memiliki sisi semacam ini. Aku tak tahu bagaimana cara ia menahan diri selama ini mengingat aku yang memiliki beberapa rekan dokter yang dekat denganku. Jangan lupakan tentang Rai dan semua tingkah menjengkelkannya.

Kurasa apa yang Mitsuru katakan memang benar, tentang Kaiser yang memelototi setiap petugas pemadam kebakaran pria yang berniat untuk hanya bercakap-cakap denganku. Pasti karena itu juga kenapa mereka bisa bersikap sangat santai dengan Mitsuru tapi masih sedikit canggung denganku. Kecuali Naoki dan ketua Kakeru, semua petugas pria memang sedikit menjaga jarak dariku.

"Apa kau setidakpercaya itu padaku?" Aku bertanya dengan mata yang disipitkan. "Atau aku pernah melakukan sesuatu yang membuatmu merasa seperti aku mengenyampingkanmu dibanding orang lain?"

Ia terlihat terkejut mendengar ucapanku barusan. Kurasa ia tak menyangka kalau aku membahas hal ini secara langsung dengannya.

"Tidak," jawabnya setelah menghela napas. "Ini hanyalah masalah yang berasal dari diriku sendiri, dan akan kuselesaikan sendiri."

"Tidak tidak," balasku tak terima. "Ini bisa menjadi masalah besar jika kita tak membahas dan menyelesaikannya," tambahku sembari melanjutkan gerakan sit upku. "Dengar, setiap kali rasa cemburu itu mulai menguasaimu, aku ingin kau mengingat kalau sejak dulu hanya ada kau. Dari kita memulai hubungan di masa sekolah dulu, sampai bertahun-tahun kemudian. Aku punya banyak waktu jika ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Begitupula denganmu."

"Aku pernah menjalin hubungan dengan orang lain saat kita berpisah," akunya kemudian.

Alarm panggilan tugas berbunyi tepat pukul sepuluh pagi dan tak memberinya waktu untuk melanjutkan perkataannya. Semua petugas yang sedang berada di ruang serbaguna seketika berlarian ke ruang peralatan. Aku juga berlari ke ruang kesehatan, mengambil peralatan dari ruang steril sebelum berlari ke salah satu mobil yang lebih kecil dimana Naoki yang bertugas sebagai pengendara sudah bersiap lebih dulu dibanding petugas lainnya.

Yet to Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang