5. PULANG BARENG

1.3K 58 0
                                    

"Saat makan buah, ingatlah orang yang menanam pohon."


"Enggak, kita pulang berdua aja."

Tolakan dari Amora membuat sekitar tiga puluh lelaki memandangnya dengan kerutan kening. Terutama Alglara. Mungkin kalau cewek lai bakalan senang ditawarkan pulang oleh seorang Alglara, namun tawaran itu tidak berlaku untuk Amora. Cewek itu seakan menghindar dari hal yang berhubungan dengan Alglara. Mungkin karena kejadian di sekolah sekaligus kejadian tadi.

"Yakin lo pulang sendiri?" tanya Alglara dengan nada tidak bersahabat, tersinggung karena ajakannya ditolak secara terang-terangan. "Silahkan aja, kalau lo di bawa lagi sama anak geng lainnya. Gue sama temen-temen gue gak tanggung jawab."

"Omongan lo, Al." tegur Kevin karena ketuanya itu sudah keterlaluan.

"Apa? Gue bener kan?"

"Perkataan adalah doa."

Amora bingung harus bagaimana. Di satu sisi ia juga masih merasa ketakuta di sisi lain dia juga tidak mau berurusan dengan anak Morenza. Amora menatap Bintang meminta pendapat cewek itu melalui mata. Bintang menggeleng pertanda ia juga tidak berani. Sejujurnya Amora takut karena tadi ia bersikap kurang sopan kepada Alglara. Kalau tau Alglara memiliki sisi baik seperti ini mungkin Amora tidak akan sekurang ajar tadi.

Devano yang berada di belakang Alglara menyenggol lengan cowok itu. "Udah anterin aja, kasihan. Cewek emang kebanyakan gengsi."

"Orang dianya nggak mau, ngapain jadi gue yang maksa."

"Cewek kalau bilang nggak mau itu berarti mau, Al." kata Galen. "Jangan terlalu di liatin kalau lo belum pernah pacaran."

Mulut Galen anjing, emang.

Sakha memberikan dua jempolnya pada Galen, pertanda dia setuju. "Bener kata Galen."

Galen menepuk bangga dadanya dipuji oleh Sakha di depan teman-temannya. Apalagi ada dua cewek.

"Udah anterin aja. Sakha juga anterin Bintang pake motornya. Nanti baliknya sama Alglara." usul Kevin dengan tampang cuek handalannya.

"Kesenengan si Sakha kalau gitu. Mending gue yang anterin Bintang." ujar Galen sambil mengerlingkan matanya pada Bintang membuat Sakha menendang kaki Galen kesal.

"Gak usah jadi perusak rumah tangga orang lo."

"Idih, udah mantan kalau lo forget." ejek Galen.

"Bacot lo galon."

"Ayo."

Alglara mengajak Amora namun cewek itu masih berdiri. Bintang sudah di tarik oleh Sakha menuju motor milik Bintang.

"Gue mau pulang sama Bintang."

"Bintang udah sama temen gue." sahut Alglara menahan kesal. "Lo mau pulang atau enggak sih?" tampaknya Amora ragu dengan ajakan Alglara karena ia sangat tau bagaimana sifat cowok itu. Walaupun tau dari mulut teman-temannya tapi ia yakin bahwa itu faktanya.

"Kalau mau sama Bintang ya sana, susul dia."

Alglara akhirnya memilih duduk di meja panjang samping Zicko. Kedua mata Amora mengamatinya. Cowok itu meminta rokok milik Zicko dan meminjam korek. Keadan sangat tidak nyaman bagi Amora karena tidak ada Bintang ia jadi merasa bukan siapa-siapa disini. Semuanya memandang Amora sementara Alglara tampak tidak peduli. Kedua tangan Amora saling bertautan bingung.

ALGLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang