25. TACTIEKEN

759 36 2
                                    



"Bohong sama nyokap?" adalah yang pertama kali ditanyakan oleh Alglara ketika Alenzo membuka pintu rumah.

"Apasih!" kesal Alenzo begitu melihat Alglara duduk santai sambil meminum sekaleng alkohol.

"Gue liat lo kali, mata gue nggak cuman dua."

Alenzo mendengus, ia duduk disamping Alglara merampas minuman milik Alglara dan meminumnya hingga tandas.

"Kenapa urusan gue jadi urusan lo juga?"

"Nggak sengaja," sahut Alglara acuh.

"Jangan ikut campur."

"Kepedean lo," kata Algalara sambil terkekeh, "Gue nggak segabut lo."

"Gue tau, Al. Jangan sampai gue liat kesekian kalinya lo disekitaran gue." Alenzo bangkit dari duduknya, lalu pergi menuju dapur. Ia butuh penyegar untuk tenggorokannya.

Alglara mengendikkan bahunya acuh, tidak peduli dengan ucapan Alenzo kepadanya.



°°°°



Alglara sampai di dalam warung dan terkejut melihat wajah-wajah anak Morenza, terutama Arsen babak belur. Luka sudah di obatin, namun mereka masih kesakitan. "Apa-apaan nih?"

Zicko menghela napas panjang lalu menjelaskan, "Kita telat, mereka di pukulin anak Traviesco."

Alglara mendekat mereka berenam, lalu memeriksa mereka satu persatu, diantara inti Morenza, hanya Arsen yang paling parah. Wajar saja karena cowok itu tidak begitu pandai dalam bela diri, Arsen bergabung dengan Morenza juga dipaksa oleh Revano.

"Kok bisa? Apa masalahnya?"

"Nggak terima kalah PORSENI." jawab Revano yang sempat di cekik oleh lawannya saat bertanding kemarin.

"Anjing, kenapa jadi bawa-bawa geng sekolah?" Alglara sedikit menaikkan nada bicaranya. Ia tau ini akan terjadi, tapi bukan berarti harus bermain pukul. "Eros turun ikut ngeroyok?"

"Enggak, malahan semua anak distrik mereka." jawab Moscar– salah satu anggota Morenza dan korban.

"Padahal kita habis rayain kemenangan sama Pak Erwan. Tiba-tiba aja di jalan banyak anak Traviesco yang mepet motor kita dan bawa ke ruko kosong di deket sana." jelas Bryan, korban yang satu angkatan dengan Revano dan Arsen menjelaskan.

"Diego lo baik?" tanya Alglara yang tak melihat adanya luka di tubuh cowok itu.

"Justru, dia yang bisa nyelametin kita-kita tadi." kata Revano melirik Diego yang duduk sambil mencerna keadaan. Diego bukan bagian dari Morenza, tapi teman-temannya Bryan dan Moscar yang membawanya kesini.

"Gue, oke." sahut Diego kepada Alglara.

"Kita harus serang balik, nih. Sebelum ada korban lain lagi. Kasihan anak basket yang nggak tau apa-apa." Moscar sudah tidak sabar untuk balas dendam.

"Jangan mikir mau kesana sendiri, Ini bukan cuman masalah anak basket doang, tapi kita semua– Morenza." ucap Zergio memperingatkan Morenza generasi dua.

Bryan lalu berkata, "Oke, kalau gitu, besok. Pulang sekolah kumpul di WMC."

"Bisa."

"Sip, gue umumin di grup basket."

"Tunggu," Alglara yang sejak tadi hanya diam menyimak tiba-tiba memotong pembicaraan mereka. Semua pun menghening dan semua menoleh pada ketua mereka. Alglara menatap satu-persatu anggota Morenza. "Jangan gegabah."

ALGLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang