8. INSIDEN

1.1K 44 3
                                    

"Hidup itu keras, buktikan dirimu kuat. Yang membedakan pemenang dan pecundang hanya satu: pemenang tau cara berdiri saat jatuh, pecundang lebih nyaman tetap berada di posisi jatuh."



Empat cewek yang berada di dalam mobil merah milik Bintang tengah bersenandung mengikuti alunan lagu dari tape mobil. Hari ini mereka berencana pergi menonton setelah lama tidak pernang hang out bersama. Entah ada saja kesibukan setiap pulang sekolah atau hari libur. Malam minggu ini keempatnya free tidak ada jadwal kemanapun dan mereka memutuskan untuk menonton bersama.

"Jes, lo udah ijin Mama lo belum?" tanya Amora menepuk pelan bahu Jessly yang tengah memejamkan matanya mengantuk. Kapan memang Jesslyn tidak pernah tertidur.

Jesslyn bergumam sebagai jawabannya sementara Amora yang tidak suka direspon begitu kembali menggoyangkan lengan Jesslyn. "Udah, Ra. Gue ngantuk," kata Jesslyn. Amora terkekeh pelan lalu ikut menyampingkan kepalanya bersender. Di depan ada Bintang yang menyetir serta Kinan yang membuat video vlog.

"Nan suara lo berisik, sumpah." Bintang mengeluh sedikit menyesal membiarkan Kinan menghidupkan lagu. Bintang sampai heran Jesslyn bisa tertidur dengan keberisikan Pinka.

"Gue pengen kenalan deh sama Arsenio, Bin. Lo ngga ada niatan bantuin gue gitu?" Pinka berujar sambil mematikan kamera ponselnya.

"Tinggal kenalan, ribet banget lo."

"Gak berani, kayaknya dia nggak mau diajak ngobrol basa-basi."

"Udah gue kasih tau. Arsen emang anaknya kalau nggak penting ya gak ngomong. Lo batu banget dibilangin jangan deketin dia." Bintang greget sendiri jadinya kenapa Kinan begitu menyukai sosok cowok dingin seperti Arsen.

"Apa yang bikin lo tertarik sama dia?" tanya Amora ikut heran, walaupun tidak tau pasti siapa itu Arsenio namun di bayangan Amora cowok seperti Arsenio mungkin memang cowok dengan sifat jaga image.

"IIIHH SUKA BANGET!" pekik Kinan karena membayangkan senyum manis Arsenio yang pernah ia stalker di sosial media cowok itu. "Gue juga nggak tau kenapa suka banget liat dia."

"Dih, gila lo senyum-senyum?" Amora menoyor kepala Kinan dari belakang lalu terkekeh karena wajah cemberut Kinan. Saat menoleh ke arah jalanan yang tidak begitu ramai mata Amora menangkap sosok cowok yang sangat ia kenali sedang lari-larian dengan beberapa orang yang mengejarnya dari arah belakang.

"Stop, Bin!"

"Kenapa sih Ra, mabuk lo?" teriakan Amora membuat Bintang refleks menginjak pedal rem mobilnya dan menepi. Jesslyn juga terbangun karena kepalnya tehantuk ke depan.

"Bukan, Bin lo coba hubungin Sakha." kata Amora namun Bintang tidak mengerti karena tiba-tiba Amora menyuruhnya menghubungi manyannya itu. "Cepetan! Bintang." Amora seperti sedang panik jika dilihat dari tatapan dan ekspresi mukanya. Bintang yang diteriaki dengan cepat mencoba menghubungi mantanya namun tidak ada respon sama sekali.

Amora panik dan menyuruh Bintang tukar tempat dengannya. Ketiganya yang tidak mengerti hanya memasang raut wajah bingung namun dengan segera Bintang turun dan menukar posisi menjadi ke samping sedangkan Kinan pindah ke belakang tanpa turun. Amora mengemudika mobil sedikit ngebut membuat Bintang, Jesslyn, dan Kinan memekik kaget.

"Pelan-pelan, Ra. Lo bawa tiga nyawa." pekik Kinan panik. Amora mengabaikan Kinan, pandangannya terus mengikuti arah berlarinya cowok berjaket hitam dengan tulisan MRZ di bagian belakangnya. Sampai akhirnya mobil merah milik Bintang berhenti di depan gang kecil yang tidak muat jika mobil masuk. Dimana di lorong gang tersebut sedang terjadi perkelahian antar cowok berjaket hitam dengan beberapa orang yang berseragam sekolah. Jika dilihat dari seragam mereka itu dari sekolah SMA Trisatya.

ALGLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang