a/n: hola! imma back again!
semoga suka ya...••••
PART I | Flashback,
Oktober 2020"Ada anak SMA Rajawali!"
"Anjing! Itu cewek ngapain berkeliaran di area markas kita?" Amora terkejut dengan alarm peringatan bahaya tubuhnya berbunyi ngawur. Sesosok cowok dengan perawakan tinggi menyusul menyeimbangi langkahnya yang sialnya sangat lamban. Disusul dengan atensi berkala yang semakin membuat nadi darah Amora mendesir ketakutan.
Wajah-wajah kriminal itu menatap Amora dengan penuh ketertarikan. Dia tidak bodoh menyadari bahaya yang berada di dekatnya, otak Amora cukup pandai menebak apa yang akan cowok berwajah kriminal itu lakukan. Ketiga cowok dengan piercing mirip pembunuh kelamin itu masih mengikuti Amora dalam radar jangkuan ujung matanya.
Hanya ada dua pilihan untuk Amora dalam situasi seperti ini. Pertama, berlari sekencang mungkin mencari keramaian atau justru opsi kedua, membiarkan diri tertangkap lalu memohon belas kasih Tuhan agar dikirimkan malaikat pelindung.
Orang mabuk sekalipun akan memilih opsi kabur jika dihadapkan dengan situasi Amora saat ini.
Namun, otak bodoh Amora mengintrupsikan kakinya untuk berhenti berlari kecil disaat netranya menangkap siluet cowok dengan wajah tengil lewat melaluinya.
"ALGLARA TOLONG!"
Tepat saat itu, decitan bunyi ban yang mengikis aspal berhenti di sampingnya.
"Stupid! What are you doing?!" makian bernada sarkas itu membuat Amora sedikit terpekik kaget.
"Tolongin gue, ada orang-orang idiot ngikutin gue daritadi."
Alglara menyeret netra cokelat miliknya– menyapu jejak langkah Amora. Tiga cowok dengan style preman pasar itu berhenti dan pura-pura menyibukkan diri menipu Alglara yang menatap mereka.
Alglara bukan cowok bodoh dengan otak dangkal yang tidak mengerti antisipasi para kriminal itu lakukan. Jika ini bukan Alglara Keaniarga, mungkin urusannya sudah selesai, namun ini adalah ketua geng Morenza.
Salah bermain pematik, hingga api sudah lebih dulu berkobar.
"Di bayar berapa lo semua ngintilin orang?"
Tidak ada yang menjawab, ketiga cowok itu hanya memasang tampang pura-pura tidak mengenali Alglara. Padahal faktanya mereka bertiga sangat mengenal jelas siapa laki-laki yang sedang berbicara itu.
"Cih, rongsokan tolol! Selain tuli ternyata bisu juga." sial, mulut Alglara terlalu pedas. "Eros have a bad ratings."
"Lawan gue atau ambulan yang jemput kalian kesini?"
"Al, ampun. Kita cuma iseng doang ngikutin dia." adu salah satu diantara ketiganya, dengan jari telunjuk yang menunjuk Amora.
Iseng? Bahkan Amora sudah sangat ketakutan, dan mereka bilang hanya iseng.
Idiot, mereka benar-benar mengirim nyawa mereka ke tangan iblis berwujud manusia– Alglara Keaniarga.
Tanpa rasa empati, Alglara memukul salah satu dari mereka untuk memancing rasa solidaritas diantara ketiganya. Tanpa menunggu jam, kesolidaritasan mereka tersentil, membantu temannya yang hampir sekarat karena tiga pukulan dari Alglara.
Alglara memberikan pukulan bertubi-tubi pada kedua lawannya. Tidak peduli jika tangannya sedikit lecet akibat kena tusukan dari kalung rantai berbandul salib terbalik itu. Alglara berhasil membuat mereka bertiga merintih kesakitan memohon belasan ampun.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALGLARA
Teen FictionALGLARA || [ON GOING] Alglara Keaniarga. Si sarkastis yang pandai menjatuhkan mental lawan bicaranya. Petarung handal dengan jiwa bebas. Morenza geng berpengaruh dalam pimpinannya. Pemilik iris cokelat terang menyerupai predator. Kapten tim futsal S...