4. MEREKA TRAVIESCO

1.2K 61 0
                                    

"Kami bukan tipe orang yang menyerah hanya karena sesuatu menjadi kasar. Itu pengecut. Itu bukan kami." –Morenza



Siapa yang tidak akan kesal jika tempat duduk yang mulanya sudah dijaga malahan direbut paksa oleh orang lain? Apalagi keadaan perut yang meronta-ronta minta diisi. Keempat cewek cantik yang terus menggerutu akibat meja yang mereka tempati direbut paksa oleh seseorang yang berasal dari sekolah lain. Tidak ingin memperpanjang urusan dengan mereka semua, keempatnya memilih keluar dari tempat makan itu.

"Sialan tuh orang, mereka pikir meja punya mereka apa?" Bintang terus megoceh sedaritadi, ia sangat kesal melihat kelakuan tidak sopan orang-orang.

"Awas aja, besok-besok gue beli tuh tempat makan sama mejanya."

"Nggak sekalian sama pegawainya juga, Bin?" tanya Kinan meladeni.

Bintang menatap Kinan. "Tunggu bisnis jual ginjal gue lancar dulu. Nanti gue beli." ujarnya lalu terkekeh. Perasaan cewek memang cepat sekali naik-turun. Pantas saja para lelaki susah mengerti perempuan.

"Yaudah, mending makan di tempat lain aja kalau gini." usul Amora. "Daripada kelaparan. Udah sore juga." sambungnya.

"Mau makan dimana?" tanya Jesslyn. Ia yakin tiga sahabatnya akan menolak jika ia yang mengusulkan. Karena mereka tidak suka makanan manis sama sepertinya.

"Dimana aja jangan jauh-jauh."

"Deket gang samping sekolah ada mie enak. Makan disana aja." kata Bintang karena pernah denger dari anak-anak club paduan suara.

"Ayo kesana."

Mereka akhirnya pergi menggunakan motor mereka. Seperti biasa Amora dibonceng oleh Bintang. Bergabung dengan pengendara lain di jalanan kota yang padat. Niatnya makan di tempat yang mereka lihat viral di sosial media jadi harus balik lagi ke sekolah untuk makan di dekat sana. 

"Kebiasaan banget. Udah jauh-jauh kesini malahan tutup. Nih warung niat nyari duid nggak sih?" dengan kesal Bintang menendang meja yang tersedia di depan warung itu.

Sudah jauh-jauh kembali ke sini warung yang mereka ingin kunjungi malahan tutup. Dengan perasaan dongkol keempatnya menghembuskan napas pasrah. Memang mereka sepertinya di suruh makan di rumah masing-masing.

"Mau nyari makan dimana lagi? Atau mau pulang aja? Udah sore nanti gue dicariin sama Mama." kata Jesslyn, walaupun Jesslyn cewek tomboy tetapi cewek itu takut ketika pulang terlalu sore. Mamanya tengah sakit dan tidak ada yang mengurus selain dirinya.

"Yaudah pulang aja, lagian udah sore banget. Takut hujan juga." kaa Amora.

Akhirnya mereka berempat memilih untuk pulang karena takut kesorean dan malahan membuat orang tua dirumah khawatir. Jesslyn dan Kinan lebih dulu memisahkan dirinya karena keduanya memang rumahnya tidak searah dengan Amora dan Bintang.

Amora menatap Bintang. "Mau nyari makan?"

Bintang mengangguk. "Gue laper banget. Tadi di kantin makan nggak nikmat."

"Mau makan dimana?"

"Tuh warung bakso waktu itu aja. Di depan sekolah, semoga aja masih buka." Bintang sangat berharap karena perutnya sudah sangat lapar dan terus berbunyi.

Motor Vespa kuning itu meluncur ke area sekolah. Disana tampak banyak motor-motor berjejer. Pikir keduanya itu adalah anak Morenza yang masih nongkrong disana.

"Lo pesen gih, kita bungkus aja. Ramai banget di dalem." usul Amora diangguki oleh Bintang sedangkan cewek itu berudir disamping motor sambil memainkan ponselnya.

ALGLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang