16. ENVIOUS

818 33 0
                                    

"Lo ngapain ke sini?"

Seorang lelaki yang tengah memakan sarapannya menatap laki-laki lain yang mencibirnya turun dari arah tangga.

"Gak ada larangan gue main ke rumah saudara gue." balas cowok itu datar.

Alglara mengambil tempat di sebelah Alenzo. Ia menatap keluarganya yang tengah memakan sarapan.

"Alglara, kamu ini jangan kayak gitu." tegur Helena menatap anaknya yang baru bangun tidur, lantas mengambilkan sarapan untuk Alglara. Helena tau jika Alglara di skors selama tiga hari karena bertengkar dengan Nathan.

"Alglara semua diajak berantem, Ma. Ale aja di tonjok kemarin." adu Alenzo, membut Alglara menatap tajam kakaknya itu.

"Bacot masih pagi!"

"Alglara." tegur Adinata memberi peringatan pada anak bungsunya.

Alglara mendengus melihat ia di tertawakan oleh yang lainnya. Dengan dongkol ia memakan sarapannya.

"Bener kamu gabung geng sekolahan, Al?" tanya Adinata santai masih menikmati makanannya. Reaksi Alglara malahan sebaliknya, tatapannya diarahkan ke arah Alenzo.

Alenzo yang tau tatapan itu menggeleng pertanda bukan dirinya yang mengadukan. Ia masih menyayangi wajah tampan adiknya itu.

Netra predator Alglara beralih menatap laki-laki yang duduk di sebrangnya. Jika bukan Alenzo hanya ada satu orang lagi yang patut ia curigai.

Alglara mengangguk. "Iya, Pa. Udah lama juga," katanya sambil menatap Nathan tajam. "Aku ketuanya, kalau Papa belum tau."

Adinata menaruh sendok dan garpunya, menatap anaknya sambil mengelap mulutnya menggunakan tissue. "Papa tanya tujuan kamu. Bukan siapa kamu disana." ruang makan yang seharusnya menjadi tempat untuk sarapan berubah menjadi tempat introgasi.

"Menurut Papa jadi seorang pemimpin itu tujuannya apa?" tanya Alglara balik, Alenzo akui adiknya termasuk berani dalam menjawab pertanyaan Adinata. Bahkan Alenzo sendiri tidak berani dengan ayahnya.

"Ini pemimpin geng, berbeda dengan pemimpin yang emang memiliki tujuan positif."

"Positif dalam artian Papa apa?" tanya Alglara, ia hanya memancing Adinata. Tentu Alglara tau kemana arah tujuan ayahnya berujar seperti itu.

Adinata tidak merespon membuat rasa kesal itu timbul ke permukaan. "Alglara bukan Nathan, Pa. Dia jadi ketua OSIS di sekolah aja nggak bisa bikin seluruh siswa bener-bener tertib. Karena pemimpin seperti dia, hanya bisa di perintah tanpa bisa memerintah."

Nathan tau ini akan kembali terjadi. Alglara dengan wawasannya dalam berdebat.

"Bukan salah Nathan kalau berandalan sekolah tidak bisa ditertibkan. Karena dia bukan orang tua yang mengurusi kalian."

"Itu pointnya." potong Alglara, ia akui tidak sopan. "Alglara bahkan nggak punya kekuasaan buat mendisiplinkan orang. Alglara juga bisa memerintah mereka, tapi Alglara nggak mau ikut campur urusan orang lain."

"Alglara, udah. Habisin makanan kamu. Papa jangan dilanjutin, kita lagi makan." tegur Helena tidak suka dengan perdebatan ayah dan anak itu.

"Papa secara enggak langsung ngecompare aku sama Nathan. Itu yang ngebuat aku sama Nathan gak pernah akur." Nathan menatap Alglara. "Dia lahir emang untuk ikut campur masalah orang lain. Apa lo nggak bisa hidup tenang tanpa berkontribusi sama keluarga orang lain?"

BRAK!

"Jaga ucapan kamu, Alglara! Papa paling tidak suka kamu jadi anak sok pahlawan begini. Ini hasil dari kamu gabung geng gak jelas itu." suara bariton Adinata membuat Alglara sedikit kaget bahkan Helena, Alenzo, dan Nathan sudah menampilkan wajah ketakutan.

ALGLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang