13. AVESTRA

893 35 0
                                    

a/n: hi all, aku mau ngasi attention di awal ya, maaf ganggu acara baca-baca kalian.
btw aku ganti nama geng dan nama salah satu tokoh aku, karena biar gampang buat pemanggilannya.
semoga kalian nyaman ya!
enjoy guys <3!


"Sosialisme tidak selalu tentang kebebasan dan solidaritas, tetapi juga tentang tanggung jawab." –Avestra


Pelajaran kali ini rata-rata yang paling dihindari atau mungkin dibenci murid-murid. Sepintar-pintarnya orang pasti ada saja yang tidak menyukai pelajaran matematika. Pelajaran yang membutuhkan cara-cara unik untuk menyelesaikannya. Membutuhkan angka-angka yang tidak terpikirkan bisa tersusun menjadi sebuah pernyataan.

Banyak yang bertanya-tanya apa manfaat dari kita mencari rumus X dan Y? Apa dengan kita mencari rumus itu seketika bisa menjadi professor? Apa sangat berpengaruh dengan kehidupan kita di masa depan jika menemukannya? Sepertinya tidak bukan?

"Anjing, otak gue gak ngerti!" Zicko mengusap-usap kepalanya kasar. Satu menit berlalu ia menatap soal yang ada di lembaran soal tapi tidak menemukan sama sekali solusi penyelesaiannya.

"Bu Srik di depan ngejelasin apaan dah?" tanya Devano tidak mendengar apa yang di ucapkan guru bertubuh gempal itu. Ia hanya melihat tangan Bu Srik mencoret-coret papan dengan spidol hitam.

Kevin yang duduk bersama Devano menggeplak kepala belakang cowok itu. "Perhatiin makannya. Tidur mulu kerjaan lo."

Devano mengusap kepalanya lalu menatap Kevin. "Gini ya Vin, lo tau kan gue ini cowok paling setia di bumi. Gue nggak mau merhatiin orang lain apalagi cewek, kecuali doi gue." jelasnya.

Kevin yang mendengar ujaran tidak berbobor Devano hanya mendecih pelan. Sebucin itu cowok jika sudah mabuk cinta.

"Zick, kasih gue nyontek dong." Devano melirik Zicko yang duduk tepat di belakangnya.

"Otak gue capek." Devano menghembuskan nafasnya kasar. Memang tidak ada gunanya jika meminta Zicko. Cowok sama saja dengannya.

"Itu guru ngomomg apaan sih daritadi?" Sakha sudah berusaha memasang telinganya lebar-lebar. Tapi tetap saja suara Bu Srik tidak terdengar sampai bangkunya. Sakha menopang dagunya memperhatikan guru itu.

"Lo pas pembagian telinga ngantri paling depan sih. Jadinya cepet congek kan." ejek Galen yang duduk disamping Sakha.

"Sialan lo!"

Alglara dan Zicko yang duduk di depan mereka hanya mendengarkan pertengkaran dua temannya itu. Lagi pula Alglara setuju dengan ucapan Sakha, ia juga tidak mendengar apa yang di jelaskan oleh Bu Srik sedaritadi. Suara Bu Srik sudah seperti sirine yang habis baterai. Kecil sekali.

Alglara melirik Kevin yang sangat fokus dengan soal yang diberikan Bu Srik. Jika soal matematika memang Kevin jagonya. Bukan hanya jago matematika cowok itu juga termasuk pintar di segala jenis mata pelajaran. Tapi bukan berarti yang lainnya bodoh, mereka hanya malas untuk memahami soal.

Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Termasuk mereka berenam. Tidak bisa matematika belum tentu tidak bisa yang lainnya. Setiap orang hanya perlu memiliki potensi dan percaya dengan diri sendiri.

Tepat sasaran, bel istirahat baru saja berbunyi. Bel yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua siswa IPS I. Alunan nadanya sudah seperti sambutan menuju surga. Sangat memihak kepada siswa yang cacingnya sudah meronta-ronta ingin diberi asupan gizi.

Tak terkecuali keenam cowok tampan ini. Mereka langsung berdiri dari tempat duduknya, bergegas keluar mendahului Bu Srik. Tidak sopan memang tapi sebelumnya mereka mengatakan permisi sebagai tanda sopannya.

ALGLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang