a/n: pictures inside © pinterest
"Saya kan sudah sering bilang, jangan pernah ada perkelahian lagi di antara OSIS dan geng kamu–""Morenza." potong Alglara cepat. "Namanya, Morenza."
"Iya itu, di antara OSIS dan Morenza." Bu Danti berdeham memperbaiki.
"Mimpi." jawab Alglara lirih serta senyuman miring yang ia keluarkan. Namun hal itu di dengar oleh Bu Danti yang kini tengah mengintrogasi Alglara dan tujuh inti Morenza lainnya. Zicko, Devano, Kevin, Sakha, Gelen, Revano, Arsenio. Termasuk Nathan selaku korban.
"Saya dengar ya Alglara!" balas Bu Danti sembari berdeham membenarkan kacamatanya.
"Kamu juga Nathan! Kamu ini selaku ketua OSIS seharusnya lebih bisa mengontrol emosi kamu. Kenapa akhir-akhir ini kamu selalu kecolongan?" tanya Bu Danti memojokan Nathan.
Nathan hanya diam menundukkan kepalanya. Ia tidak tau harus membalas perkataan Bu Danti bagaimana.
"He was so used to looking down that he forgot to enjoy the reality."
"Lo ngomong apa, Al?" tanya Zicko yang tidak begitu jelas mendengar gumaman Alglara. Berbeda dengan Nathan yang menangkap jelas arti kalimat Alglara. Nathan yakin itu untuknya.
"Nggak ada," katanya. "Bu, ini kita udah boleh keluar?" tanya Alglara jengah. Bu Danti masih saja menahan mereka padahal sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan.
"Alglara, kamu saya beri sanksi berupa diskors selama tiga hari kedepan."
"Bu–"
"Diam kalian, kalian semua juga mau saya skors seperti Alglara?" ketujuh inti Morenza dibuat diam berpikir.
"Dan kamu Nathan, kamu saya beri surat peringatan ringan untuk orang tua kamu dan dikumpulkan besok dengan tanda tangan asli orang tua diatas materai. Mengerti?" ucap Bu Danti panjang lebar kepada Nathan.
"Sedangkan kalian semua, saya hukum membersihkan lapangan selama seminggu penuh." uca Bu Danti kesekian kalinya untuk tujuh inti Morenza.
"Loh, Bu? Kok nggak adil banget buat kita?" protes Devano tidak terima.
"Bu Danti nih, mandang jabatan. Gak asik." timpal Galen berdecak menggeleng.
"Kalian kalau mau protes. Protes ke kepala sekolah. Jangan ke saya!" teriak Bu Danti emosi menghadapi anak Morenza.
"Ibu seharusnya selaku guru bersikap adil. Kita semua di ruangan ini juga bersalah. Bukan Alglara maupun Nathan saja." terang Kevin selaku murid kebanggan guru-guru karena prestasi cowok itu.
"Kevin, seharusnya kamu bangga karena nggak ikutan di skors. Kamu murid pintar bukannya malahan ikutan geng nggak jelas begini."
"Justru saya bangga ikutan geng nggak jelas yang Ibu sebutkan. Mereka ada saat orang lain nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGLARA
Fiksi RemajaALGLARA || [ON GOING] Alglara Keaniarga. Si sarkastis yang pandai menjatuhkan mental lawan bicaranya. Petarung handal dengan jiwa bebas. Morenza geng berpengaruh dalam pimpinannya. Pemilik iris cokelat terang menyerupai predator. Kapten tim futsal S...