5. That Girl

200 31 1
                                    

"Dude!" tegur Kei setelah pintu tertutup rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dude!" tegur Kei setelah pintu tertutup rapat. Ia berjalan membuntuti Jean ke arah dapur.

"Kenapa harus bohong sih?! You told your friends that I am your cousin but you told her I am your girlfriend? Gimana kalo dia tau kebenarannya?" tanya Kei bertubi-tubi, pikiran Jean sangat rumit.

"Then leave," pungkas Jean. Mendengar kata yang keluar dari mulut Jean, membuat Kei bergeming. Seolah Kei diusir olehnya, tapi memang benar, sejak awal Kei tidak seharusnya berada di sini. Kei duduk di sofa dengan tangan bersedekap di dada. Jujur ia sangat rindu dengan keluarganya, namun apa boleh buat, saat ini Kei tidak mau menggunakan kekuatannya terlebih dahulu untuk kembali ke tahun 1988. Kei takut jika ia berteleportasi sekarang, ia akan terlempar ke tempat yang tidak aman seperti waktu itu. Pikiran negatif dan tidak stabil bisa mempengaruhi Kei akan tempat dan waktu yang akan ditujunya. Kei juga perlu waktu untuk bermeditasi dan menenangkan diri.

Kei duduk bersila di atas sofa, ia meletakkan kedua tangannya di atas masing-masing lutut, menghirup nafas dalam lalu mengeluarkannya, melakukan itu berulang-ulang sampai suara bariton terdengar membuyarkan konsentrasinya.

"Aku mau keluar sebentar," ucap Jean.

"Yaudah sana! Aku juga akan pergi dari sini," jawab Kei dengan malas juga tetap mempertahankan posisi meditasinya.

Tidak membalas perkataan Kei, Jean melengos begitu saja keluar apartemen.

"Laki-laki itu! Katanya mau membantu, tapi aku selalu diusir, sialan!"

***

Sesampainya di sebuah rumah sakit besar di pinggir kota, Jean menaiki lift untuk sampai ke lantai yang ia tuju. Ia kemudian berjalan perlahan melewati lorong-lorong rumah sakit yang tenang. Tangannya berkeringat, meskipun udara dalam ruangan terasa sejuk. Hari ini adalah hari konsultasi rutinnya dengan psikiater, sesi yang telah menjadi bagian dari rutinitas bulanannya. Jean berusaha menenangkan pikirannya, tetapi perasaan cemas tetap menyelimuti dirinya. Ia telah berjuang melawan kecemasan dan depresi ringan sejak beberapa tahun terakhir, dan meskipun telah banyak kemajuan, setiap kali memasuki ruang konsultasi selalu terasa berat baginya.

Saat tiba di depan ruangan psikiater, Jean menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu. Suara lembut dari dalam ruangan menyuruhnya masuk. Dia membuka pintu, bertemu dengan pandangan hangat dari Dr. Shopia, psikiater yang sudah ia temui selama hampir setahun terakhir.

Dr. Shopia menyambutnya dengan hangat dan mempersilahkannya duduk. "Selamat pagi Jean, silahkan duduk, bagaimana kabar kamu hari ini?"

Jean mengambil tempat duduk, dan menatap lantai "Sejujurnya, sebulan terakhir aku merasa baik-baik saja, Ella kerap datang ke unit apartemen ku hanya untuk memberikan sarapan. Aku merasa tidak biasa, dan sedikit risih karena takut merepotkan, aku ingin dia berhenti mengunjungi aku, tapi aku tidak enak untuk bilang kepadanya,"

Past Love | bluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang