Hari pertama setelah perginya Kei, Jean merasa sepi. Tapi ia juga tidak bisa melarang dan harus membiarkan gadis itu pulang ke rumahnya, bagaimana pun juga Kei masih punya keluarga. Esoknya setelah Kei pergi, Jean mengharuskan pulang ke New York karena pekerjaan memanggil. Ia direkrut oleh sebuah perusahaan penerbitan untuk menjadi salah satu animator mereka.
Kini, Jean duduk di sudut bar yang remang, tangan menggenggam gelas whiskey yang tak pernah ia sukai, namun malam itu, ia tak peduli. Rasa perih di dadanya lebih menyakitkan daripada pahitnya alkohol. Hanya sepi yang tersisa, dan Jean tak tahu bagaimana menghadapinya.
Pikirannya sedang kalut, ia masih berusaha mencerna kejadian seminggu terakhir ketika seorang wanita yang ia tabrak, lalu meminta bantuannya dan memberimya tempat tinggal, dengan menjelaskan bahwa wanita itu datang dari masa lalu. Awalnya Jean sangat tidak percaya pada semua ini, mungkin Kei adalah seorang agen FBI atau seorang mata-mata yang memiliki misi untuk memata-matai nya? Tapi itu tidak mungkin, Jean adalah orang baik, ia yakin dirinya tidak pernah bertindak kejahatan jika harus di mata-matai begitu, dan agen FBI? Itu terlalu berlebihan.
Menurut pengamatannya selama ia bersama Keithlyn, gadis itu baik, periang dan penyayang, kepribadiannya tidak jauh dengan Jean. Ada banyak kesamaan yang tidak bisa disebutkan satu-satu mengenai dirinya dan Kei. Kata orang-orang, jodoh adalah cerminan diri, bolehkah Jean berharap jika Keithlyn adalah jodohnya?
Jean sudah nyaman dengan gadis yang seminggu terakhir ini mewarnai hari-harinya, sulit jika Kei pergi. Jean sudah terlanjur nyaman, Jean hanya berharap Kei tidak meninggalkannya seperti gadis terdahulu, Jean tidak mau merasakan sakit dan luka yang sama untuk kedua kalinya apalagi dengan dua wanita berbeda.
"Lagi galau kah?" Tiba-tiba suara perempuan menginterupsi lamunannya.
Malam itu, Gwen duduk di sampingnya, ikut memesan segelas koktail. Ia tak banyak bicara pada awalnya, hanya sesekali menatap Jean dengan pandangan mengerti. Mereka sudah lama kenal, tapi tak pernah sedekat ini. Perlahan, Jean mulai bercerita, tentang Keithlyn, tentang perasaan kosong yang seakan menelannya. Gwen mendengarkan dengan sabar, membiarkan setiap kata keluar, tanpa memotong.
"Bukannya kalian saling kenal?" tanya Jean pada akhir ceritanya.
"Kata siapa?" tanya Gwen balik.
"Richie."
"Ish si curut cepu itu!" gumam Gwen.
Jean sudah setengah mabuk, tetapi masih bisa bercerita meski kata-katanya mulai melambat dan suaranya sedikit serak. Matanya sayu, tapi pikirannya masih berputar, penuh dengan ingatan tentang Keithlyn. Ia meneguk sisa whiskey di gelasnya dan tertawa pelan, getir.
"Keithlyn... dia bukan orang biasa," ujar Jean, melirik ke arah Gwen, yang tetap mendengarkan dengan tenang.
"Maksudnya?" tanya Gwen, sedikit tertarik dengan nada aneh dalam ucapan Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Love | bluesy
Fanfiction"𝑰𝒇 𝒇𝒂𝒕𝒆 𝒌𝒆𝒆𝒑𝒔 𝒖𝒔 𝒂𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒊𝒏 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒎, 𝑰'𝒍𝒍 𝒕𝒓𝒂𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒔𝒕𝒂𝒓𝒔, 𝒔𝒆𝒆𝒌𝒊𝒏𝒈 𝒂 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒖𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆𝒔, 𝑾𝒉𝒆𝒓𝒆 𝒚𝒐𝒖𝒓 𝒉𝒆𝒂𝒓𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝒎𝒊𝒏𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒗𝒆𝒓𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝒕𝒊𝒎𝒆𝒍𝒆𝒔𝒔 𝒅...