Keithlyn duduk diam di kursinya, tatapan matanya terpaku pada dinding di depan, namun pikirannya melayang jauh. Kata-kata Harper tentang multiverse masih berputar-putar di kepalanya, seolah-olah sebuah teka-teki yang tidak pernah selesai.
"Jadi, setiap pilihan yang kita buat bisa menciptakan semacam... realitas baru?" Keithlyn mengulangi kata-kata itu dalam hati. Kalimat sederhana itu seharusnya mudah dimengerti, tetapi sekarang rasanya seperti sebuah simpul yang semakin kuat mengikat pikirannya. Di satu sisi, penjelasan itu terdengar logis, tapi di sisi lain, betapa sulitnya menerima kenyataan bahwa mungkin ada ribuan atau bahkan jutaan Keithlyn lain di luar sana, menjalani hidup yang sangat berbeda hanya karena satu keputusan kecil yang ia buat di sini, di dunia ini.
"Tapi apakah itu benar-benar nyata?"
Kepalanya terasa berat. Bingung. "Bagaimana mungkin?" pikirnya lagi. Ada Kei yang mungkin memilih karier lain, atau Keithlyn yang tak pernah bertemu orang-orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Ada Keithlyn yang mungkin sudah kehilangan semua orang yang ia cintai. Pikiran itu membuat dadanya terasa sesak.
Keithlyn menggeleng pelan, mencoba menyingkirkan rasa ragu yang semakin menyelimuti hatinya. Rasanya seperti jatuh ke dalam lubang tanpa dasar-tak ada jawaban pasti. Mungkin, bahkan Agent Harper sendiri tidak tahu pasti.
Namun, di antara kebingungan dan kekacauan pikirannya, ada juga perasaan penasaran yang mulai muncul. "Apa yang terjadi di realitas lain jika aku tinggal bersama Jean?" tanyanya dalam hati. Bagaimana jika ada versi dirinya yang lebih bahagia? Lebih berhasil? Tapi, di balik rasa ingin tahunya, ada ketakutan yang tak bisa ia abaikan. Bagaimana jika versi Keithlyn yang lain hidup dengan penyesalan yang lebih besar? Bagaimana jika dunia lain itu lebih kejam?
Campur aduk. Pikirannya seperti ombak yang tak pernah tenang, menggulung-gulung tanpa henti. Keithlyn tahu, sejak saat itu, ia tak akan pernah bisa melihat dunia dengan cara yang sama lagi.
Tak lama suara langkah terdengar, pintu ruangan itu bergeser terbuka menampilkan sang ayah dan agent Harper di belakangnya. "Kemari nak," panggil Anthony. Keithlyn hanya diam meringkuk di tempat tidur, enggan sama sekali melihat ataupun mendengar sepatah kata pun yang diucapkan ayahnya setelah semua yang beliau perbuat padanya.
"Teman-teman mu itu berada di tempat aman, kalo tidak percaya, ayo ikut ayah."
Sedikit luluh, namun Keithlyn tetap diam dan bergeming di posisinya.
"Ada yang harus ayah jelaskan, kemari nak, anak bernama Jean itu mencarimu," sedetik setelah kalimat itu keluar, Kei langsung terbangun. Keithlyn berdiri dan berjalan pelan menuju sang ayah.
Anthony kemudian merengkuh anak perempuannya ke dalam pelukan, mengusap kepalanya lembut, sama seperti yang sering ia lakukan sejak dulu. "Kamu tau? Pergi ke masa depan lebih berbahaya dari pada pergi ke masa lalu," ucapnya.
Kemudian mereka berjalan di lorong fasilitas laboratorium yang tampak seperti sesuatu yang diambil langsung dari film fiksi ilmiah masa depan. Dinding-dindingnya terbuat dari logam berkilau dengan lampu neon biru dan putih yang terpasang rapi di sepanjang sisi, menciptakan suasana dingin namun canggih. Garis-garis cahaya mengikuti bentuk lorong, memberikan ilusi bahwa lantai dan dinding seolah-olah menyatu dalam harmoni arsitektur yang futuristik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Love | bluesy
Fanfiction"𝑰𝒇 𝒇𝒂𝒕𝒆 𝒌𝒆𝒆𝒑𝒔 𝒖𝒔 𝒂𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒊𝒏 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒎, 𝑰'𝒍𝒍 𝒕𝒓𝒂𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒔𝒕𝒂𝒓𝒔, 𝒔𝒆𝒆𝒌𝒊𝒏𝒈 𝒂 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒖𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆𝒔, 𝑾𝒉𝒆𝒓𝒆 𝒚𝒐𝒖𝒓 𝒉𝒆𝒂𝒓𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝒎𝒊𝒏𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒗𝒆𝒓𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝒕𝒊𝒎𝒆𝒍𝒆𝒔𝒔 𝒅...