Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1988
Keithlyn terbangun ketika sebuah percikan air menimpa wajahnya. Perlahan ia membuka mata dan mengernyitkan dahi melihat salah satu orang yang sangat ia rindukan. Sontak Kei terduduk dan memeluk tubuh pria yang memegang gelas berisi air tersebut.
"Bilang ini bukan mimpi," mohon Kei sambil menutup matanya rapat-rapat.
"Ini nyata, kamu menghilang selama dua minggu, kemana saja kamu?"
"Ceritanya panjang, Theo." Kei kembali memeluk erat kakak laki-lakinya itu, selama Kei jauh dari keluarganya ia tidak pernah merasakan hati yang tenang, terkadang ada suatu yang mengganjal, perasaan takut ataupun gelisah terus menghantui, namun ia tutupi dengan senyuman terbaiknya.
"Lebih baik kamu mandi dulu, terus turun untuk sarapan," perintah Theo sambil melepas pelukan dari adik yang berbeda lima tahun darinya.
Setelah Theo pergi, Kei menatap sekeliling ruangan yang menurutnya sangat asing, ini bukan kamarnya. Dengan perasaan sedikit was-was, Kei pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dan berpikir mengapa ia bisa berakhir di tempat asing ini? Beruntung dirinya masih diberi kesempatan bertemu keluarganya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, Kei keluar kamar dan menuruni sebuah tangga, ia berjalan dan menemukan ayahnya yang berdiri di dapur. Dengan langkah yang cepat, Kei menghampirinya dan memeluk sang ayah dari belakang. "I miss you, Dad," ucapnya. Pria paruh baya itu berbalik menghadap Kei, ia mengelus kepala Kei dengan lembut. "Kamu anak nakal, jangan pergi tanpa izin lagi," tegur ayahnya.
"Where is my box?" teriakan itu berhasil menarik atensi Kei.
"I saw that box on the table, kenapa banyak surat aneh? Siapa Mark? Pacarmu ya?" imbuh Theo, suaranya terdengar sangat imut. Pria berusia 28 tahun itu sibuk bermain dengan mainan Star Wars dan mobil-mobilan.
"Did you open it?! That's so disrespectful!" bentak Levana, matanya melotot marah ketika mendengar penuturan kakaknya yang sedang berulah seperti bocah 8 tahun.
"Aku cuma mau tau apa isinya!!" balas Theo.
"Tapi box itu bukan punya kamu! Jangan seenaknya buka barang yang bukan punya kamu Theo!" Levana memegang dahinya frustasi.