Jean dan Sahara duduk bersebelahan di depan layar komputer mereka, memperhatikan dengan teliti hasil akhir dari visualisasi karakter dan desain sampul buku yang hampir selesai. Mereka merasa puas dengan hasil kerja keras selama berminggu-minggu, memadukan warna, gaya, dan karakteristik yang sesuai dengan konsep cerita. Karakter perempuan utama pada desain itu tampak kuat dan elegan, dengan tatapan penuh keyakinan yang terpancar dari matanya.
"Semalam, aku mimpi dia lagi," cerita Jean. Sahara langsung mengarahkan badannya pada Jean untuk meminta penjelasan lebih lanjut.
"Oh ya? Terus-terus, mimpinya bagaimana?"
"Aku mimpi aku jadi model, tiba tiba ada di mobil terus keluar mobil, aku di foto banyak paparazzi, aku juga melihat dia. Memakai dress hitam sepaha, rambut panjangnya di tata bergelombang, cantik sekali," cerita Jean sambil melihat langit-langit, membayangkan kembali mimpi yang belum ia lupakan.
Tiba-tiba, Natasha datang mendekat. Ia memandangi layar komputer dan wajahnya langsung berubah serius. Matanya terpaku pada karakter perempuan yang sedang mereka kerjakan.
"Jean, Sahara," Natasha memanggil dengan nada ragu. "Kalian yakin dengan visualisasi karakter perempuan ini?"
Sahara mengangguk dengan antusias. "Iya, hampir selesai. Menurut kita, ini pas sekali dengan kepribadian tokoh di buku."
Natasha mengerutkan kening, lalu berkata, "Aku kenal wajah ini."
Jean dan Sahara saling berpandangan bingung. "Maksudnya?" tanya Jean, tidak yakin dengan arah pembicaraan Natasha.
Natasha melangkah lebih dekat, memperhatikan setiap detail wajah karakter di layar. "This woman's face... I feel familiar, like I've seen her somewhere."
"Sebentar, aku ingat-ingat dulu." Natasha mengetuk-ngetuk dahinya frustasi.
"Majalah! Aku ingat! Dia seorang model tahun 90 an, dia tidak begitu terkenal dan tidak terlalu aktif dulunya, tapi aku lupa namanya," seru Natasha.
Jean tercengang. "Serius? Dia nyata? Dia hidup?"
Natasha mengangguk pelan. "Kalo benar itu wajahnya, kalian harus berhati-hati. Menggunakan wajah seseorang, apalagi seorang model, bisa jadi ada konsekuensi hukum. Jika dia dikenali dan kalian tidak mendapatkan izin, kalian mungkin harus membayar royalti atau menghadapi tuntutan."
Jean terdiam sejenak, kemudian mengangkat bahunya. "I don't know a thing. I was just talking about some chick who keeps popping up in my dreams."
"What dreams?" Natasha bertanya.
"Just a wild dream that feels hella real."
Sementara Sahara, ia merasa khawatir, "Jadi, artinya ini berarti kita harus mengubah semuanya?"
Natasha menggeleng pelan. "Kalian mungkin bisa mencari jalan tengah—coba pertimbangkan desain ulang atau konsultasi dengan tim hukum. Yang jelas, jika wajah itu memang milik model yang masih hidup, kalian harus mendapatkan izin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Love | bluesy
Fanfiction"𝑰𝒇 𝒇𝒂𝒕𝒆 𝒌𝒆𝒆𝒑𝒔 𝒖𝒔 𝒂𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒊𝒏 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒎, 𝑰'𝒍𝒍 𝒕𝒓𝒂𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒔𝒕𝒂𝒓𝒔, 𝒔𝒆𝒆𝒌𝒊𝒏𝒈 𝒂 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒖𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒆𝒔, 𝑾𝒉𝒆𝒓𝒆 𝒚𝒐𝒖𝒓 𝒉𝒆𝒂𝒓𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝒎𝒊𝒏𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒗𝒆𝒓𝒈𝒆 𝒊𝒏 𝒕𝒊𝒎𝒆𝒍𝒆𝒔𝒔 𝒅...