17

8.8K 631 17
                                    

Sekarang aku sedang menemani Amel untuk bersiap-siap pulang sambil menunggu orang tua Amel menjemput. Sedari tadi Amel terus menatapku tanpa melunturkan senyumannya. Astaga aku kan jadi salting jadinya.

"Raa..kamu ikut anter aku pulang ke rumah kan?"

Aku memberhentikan tanganku yang sedang memotong buah, aku melirik wajah Amel yang tengah memeluk boneka yang tadi aku beli.

"Emm emang Revan ga anter kamu?"

"Jangan bahas orang lagi deh Ra kalau kita lagi berdua"

"Oke-oke tapi aku ga bisa ikut anter kamu mel..maaf yaa, soalnya aku harus ke caffe"

Setelah mengatakan itu aku kembali melanjutkan memotong buah, dan lalu ku sodorkan potongan buat tersebut ke Amel. Tapi Amel tidak menerimanya. Aku pun menatap Amel yang hanya diam, pasti dia ngambek gara-gara aku tidak bisa ikut mengantarnya.

"Aku janji bakal sering datang, kan aku udah janji bakal bikin kamu bisa jalan lagi"

"Beneran kan cuma cek caffe? Habis itu ga kemana-mana lagi? Apa lagi ketemu sama Misel?"tanya Amel bertubi-tubi.

Aduh aku harus jawab apa? Sebenarnya aku juga ada janji dengan ka Misel untuk makan bersama.

Ceklek

Ku lihat kedua orang tua Amel masuk, syukurlah aku tidak perlu menjawab semua pertanyaan Amel.

"Ayo pulang sayang"ucap om Anjas sembari membawa kursi roda.

Om Anjas menggendong Amel lalu mendudukkan Amel di kursi roda, setelah itu aku mulai membantu mendorong Amel untuk keluar dari ruang inapnya, di ikutin orang tua Amel di belakang kita.

Sampai di parkiran aku melihat ka Misel yang sedang menyenderkan tubuhnya di mobilnya, pasti dia sedang menungguku. Aku tersenyum ke arah ka Misel, tapi ka Misel hanya menatapku tanpa ekspresi astaga ka Misel kenapa lagi? Apa aku buat salah lagi ya?

Sampai di depan mobil, om Anjas hendak menggendong Amel tapi Amel menahannya. Amel melirikku "kamu ikut aku ke rumah ya Ra?"

Loh kan tadi aku udah bilang ga bisa, apa gara-gara Amel melihat ka Misel ada di sini?

"Eh lo ga puas apa? Sama Lyra terus?"

Aku melihat Amel menatap datar ka Misel, aduh bisa-bisa pasti ribut lagi.

"Bukan urusan lo"

"Mel kan tadi aku udah bilang mau cek caffe"

"Aku cuma mau kamu ikut anter sampai rumah aja"

Astaga ya Tuhan ribet banget.

"Udah-udah gini nak Lyra ikutin aja kemauan Amel ya? Dan untuk nak Misel ngikutin kita sampai rumah..nah habis itu Lyra pulang deh sama nak Misel" ucap Tante Sarah.

Aku melirik ka Misel semoga aja ka Misel mengiyakan ucapan Tante Sarah agar tidak terjadi keributan.

"Okey"

Ah syukurlah ku lihat ka Misel langsung pergi masuk ke dalam mobilnya, ka Misel pengertian banget dan untung aja mau ngalah sama Amel.

***

Sekarang aku berada di rooftop caffe milik ka Misel yang di puncak, aku memeluk ka Misel dari belakang menyanggah daguku di bahunya. Aku sangat nyaman berada dii posisi seperti ini.

Sekarang posisi kita saling berhadapan saling menyatukan dahi, ka Misel melingkarkan kedua tangannya ke leherku, tinggi ku dan ka Misel cuma beda beberapa cm, disini aku lebih tinggi dari ka Misel.

Kita berdua tersenyum seperti orang bodoh, apakah ini yang di sebut di mabuk cinta?

"Raa apa kamu ga cape? Harus temuin Amel terapi terus? Aku yakin kecelakaan itu bukan gara-gara kamu"

It's Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang