26

6.3K 462 23
                                    

"Ada apa ini pah?"

"Sebelumnya papah minta maaf sama kamu Lyra, papah ingin menikahkan Amel dan Revan"

Deg

Aku memandang mertuaku tak percaya, menikahkan Amel dan Revan? Amel saja masih sah Istriku.

"Maksudnya?"tanyaku bingung.

"Papah ingin menikahkan Amel dan Revan jadi papah mohon sama kamu Ra buat ceraikan Amel"

Deg

Isakkan Amel semakin terdengar di telingaku bahkan pelukan Amel semakin erat.

"Amel juga sudah menyetujui untuk menikah dengan Revan"

DUARRR

Mataku mulai berkaca-kaca, Amel menyetujuinya? Lantas mengapa dia menangis di pelukanku sampai terisak?

"Maaf hiks" ucap Amel terisak.

"Alasan papah ingin menikahkan Amel dan Revan apa?"tanyaku.

"Papah hanya ingin Amel mempunyai cucu tanpa harus melakukan program bayi tabung, dan satu lagi. Sejujurnya papah malu mempunyai anak lesbi tapi syukurlah Revan tetap mau menerima Amel"

Aku menghela nafas pelan menahan agar air mataku tidak menetes, ku rasakan genggaman tanganku di sebelah ku lirik ka Misel yang menggenggam tanganku.

Apakah ini akhir dari rumah tanggaku dan Amel? Kenapa secepat ini? Aku baru menikahi Amel 1 tahun lalu. Aku masih berharap bisa bersama Amel sampai tua, tapi takdir berkata lain. Rela tidak rela aku harus melepaskan Amel, mengikuti kemauan Amel yang menyetujui menikah dengan Revan.

Aku tarik nafasku lalu ku hembuskan perlahan, sesak rasanya harus melepaskan orang yang aku cinta, apa lagi aku dengan Amel sudah kenal dari SMP.

"Sebenarnya Lyra keberatan dengan semua ini, papah yang datang minta pertanggungjawaban kepadaku, dan papah juga yang datang meminta aku menceraikan Amel. Sebenarnya aku tidak ingin. Bahkan di pikiranku tidak terlintas untuk menceraikan Ame. Tapi di sini Amel juga tidak keberatan, bahkan Amel menyetujuinya so, aku akan menceraikan Amel"

Setelah berkata itu aku langsung pergi meninggalkan ruang tamu meninggalkan mereka semua aku masuk ke kamar ka Misel.

Air mata yang sedari tadi aku tahan akhirnya keluar tanpaku suruh, aku mengusap kasar air mata yang keluar. Ku dudukkan pantatku di tempat tidur sembari memejamkan mataku untuk menahan rasa sakit yang hinggap di dadaku.

Secepat ini aku dan Amel berakhir?

Sejauh apapun aku mempertahankan hubunganku, kalau dari salah satu pihak pasangannya mulai bosan dan capek semuanya akan tetap berakhir.

Apa lagi hubungan sejenis seperti ini, semua mertua pasti menginginkan cucu dari anaknya. Andai saja aku laki-laki mungkin aku sudah memberikan mertuaku cucu seratus agar puas.

Ceklek

Aku langsung menoleh saat pintu kamar terbuka. Ku lihat Amel menatapku dengan mata yang sudah mulai sembab, dia berjalan mendekatiku, Amel berjongkok di hadapanku sembari memegang kedua tanganku.

"Maafin aku"

Aku menghela nafas membiarkan Amel berbicara apa yang ingin dia bicarakan.

"Raa, aku bakal tetap mencintai kamu walaupun nanti aku bakal jadi istri orang lain"

Ku usap telapak tangan Amel "kamu plin plan mel. Berhentilah mencintaiku, kalau pada akhirnya kamu berpisah dariku cuma gara-gara kamu ingin menuruti kemauan papamu. Kalau mau menuruti keinginan papahmh kenapa ga dari dulu Mel? Mulailah hidup kamu yang baru dan belajar mencintai orang yang memang pantas untuk kamu cintai...berbahagialah"

It's Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang