BUAKKK
BRAKK
TAK TAK TAK
'apa ini.....?'
"KAU!!! BAJINGAN TENGIK SIALAN!"
"Heh~~ omongan saja yang besar, nyatanya kau tak lain dari kotoran lemah" ejek Dokja yang kini tengah meraih kerah pria besar yang penuh dengan memar dan luka lebam dimana mana. Dengan seringai menyenangkan, ia melancarkan pukulan terakhir di wajah dan pria itu langsung terjatuh pingsan
"Huff,, menghabiskan waktu dan tenagaku saja" keluh Dokja kembali ke tempat duduknya
'seingatku aku hanya meninggalkan mereka sebentar untuk mengambil dokumen.... Tapi mengapa malah berakhir begini T_T'
Jinho benar benar ingin menangis
Beberapa saat yang lalu
Dokja, Jinwoo dan Jinho berserta para petinggi yang lain tengah mengadakan rapat mengenai rencana untuk pembantaian Organisasi Giant secara serentak dan matang. Semua berjalan dengan lancar, Jinwoo dan Jinho fokus menghadap ke layar, kecuali Dokja yang merebahkan kepalanya di meja, menatap bosan wajah wajah sangar yang melotot ke arah layar.
Di saat penyampaian rencana, Jinho berbisik ke orang disebelahnya, lanjut dengan Jinwoo
"Hyung... Aku keluar sebentar, sepertinya ada dokumen yang tertinggal"
Jinwoo mengangguk dan Jinho keluar dengan cepat agar tidak tertinggal informasi penting
Dokja semakin lama semakin bosan dan mencoba memain mainkan lengan baju Jinwoo yang ada disebelahnya. Jinwoo tertegun,, terkejut dengan tingkah Dokja, menahan diri untuk tidak heboh. Pria ini benar benar sangat menggemaskan. Ia mencoba menutup mulutnya yang ingin tertawa dengan tangan yang lain. Jinwoo membiarkan Dokja memainkan lengan bajunya dan fokus kembali ke layar, meski dirinya sesekali kehilangan fokus
Semua berjalan normal, hingga terdengar bisikan kecil dari meja yang ada tepat di belakang.
(Note: percakapan dibawah menggunakan bahasa Jepang, tapi di translate ke ver Indo)
"Heh lihatlah pria kecil itu.. aku benar benar tidak mengerti dengan Korea. Mengapa mereka mengirim pria kecil lemah yang tampaknya tidak berguna"
"Hey,, kecilkan suaramu. Bagaimana jika dia mendengarnya"
"Tenang saja, lagian dia juga tidak mengerti apa yang aku katakan" pria itu tertawa ejek sambil melirik ke arah Dokja
Mereka sengaja berbicara dengan volume yang bisa terdengar oleh Dokja dan Jinwoo. Tentunya Dokja mengerti apa yang mereka bicarakan, mengingat kenakalannya yang berasal dari Jepang. Tapi ia tidak mempedulikan itu, toh itu tidak mengganggu sama sekali.
Tapi berbeda dengan Jinwoo, meski sedikit, dia juga bisa mengerti bahasa Jepang. Karena ini bukan yang pertama kali ia berada disini, dulu Jinwoo juga pernah datang ke Jepang untuk menjalankan misi. Mendengar rekannya di olok olok membuat amarah di dalam hati terus memuncak. Ingin berbalik tapi terhalang oleh tangan Dokja yang menggenggam erat lengan bajunya. Sepertinya pria itu sadar dengan situasi.
Dokja saat ini sedang tidak mood untuk membuat kekacauan, meski agak bosan, dia tidak ingin merepotkan rekannya yang lain hanya karena keegoisannya. Dia harus menahan demi itu. Jinwoo memutuskan untuk menghargai keputusan Dokja dan kembali tenang. Tapi tidak di dalam pikirannya, berbagai macam gambaran pria itu terbunuh olehnya sangatlah banyak. Membayangkan itu membuat dirinya lega.
Tak puas dengan mengejek Dokja, kedua pria itu melanjutkan perbincangannya
"Kau lihat, bahkan bocah yang baru saja tadi keluar terlihat seperti pecundang. Dia sangat bagus untuk dijadikan pembantu daripada harus bekerja kasar hahahha" pria itu terus berkata. Ok kali ini Dokja sangat marah. Dia tidak masalah jika dirinya di hina, tapi tidak dengan rekan rekan berharganya
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Play? [JinDok]
FanfictionSeorang pembunuh profesional yang menjadi buronan internasional dan dijuluki sebagai Demon King of Salvation. Pembunuhannya yang begitu sempurna hingga tak ada yang mampu menyentuhnya - Kim Dokja Seorang Spy profesional yang menjaga keamanan negara...