Berbagi Cerita

1.5K 236 88
                                    

"fuwaaa~~" Dokja keluar dari kamar mandi dengan senyum segar. Hanya menggunakan kaos putih polos dengan celana pendek. Bahkan celana itu tertutup karena ukuran kaosnya yang oversize.

'sungguh nikmat yang sangat menyegarkan' batin Jinwoo melirik Dokja dari atas sampai bawah. Bahkan sesekali berhenti saat menatap di bagian paha. Tapi dia memutuskan untuk mengganti pandangannya ke arah lain.

"Hyung,, mendekatlah" panggil Jinwoo. Dokja memiringkan kepalanya secara alami, tapi juga menuruti perkataan pria itu. Kemudian Jinwoo meberi kode untuk duduk dibawahnya. Dokja masih bingung, tapi tetap ia lakukan

Jinwoo mengambil handuk yang ada dileher Dokja dan mengusapkannya ke helaian rambut yang basah itu. Dokja merasa nyaman menutup matanya, menikmati usapan yang diberi. Diam.. tidak ada yang membuka topik untuk pembicaraan

"..... Ibuku"

"...."

"Ibuku,, dia dibunuh. Oleh pembunuh yang menargetkan rumah kami..... Tepat didepan mataku"

"......" Jinwoo terus mendengar tanpa memotong perkataan Dokja. Sebari mengusap rambut yang masih basah. Dokja melanjutkan ceritanya

"Saat itu sangat menakutkan.. seluruh tubuhku membeku, tidak bisa bergerak. Yahh wajar,,,  juga tidak. Untuk anak diusia 5 tahun seharusnya menangis atau mungkin sudah pingsan duluan. Tapi aku hanya diam gemetar tidak bergerak dari tempat. Saat itu darah ibu terus keluar, bahkan hampir menutupi seluruh lantai.

Namun kau tau, jika aku tidak melakukan apapun, maka aku akan berakhir seperti ibuku.. aku akan menjadi tidak bergerak dengan genangan merah dimana mana. Atau mungkin tidak berwujud lagi. Karena itu......... Aku,,, membunuh pembunuh itu agar bisa hidup" nafas Dokja tampak tersenga senga, raut wajahnya semakin memburuk. Tapi dia membungkukkan kepalanya

Jinwoo menghentikan aktivitasnya. "Itu pembunuhan pertamaku...." Keduanya diam.. tidak ada yang bergerak. Namun seulur tangan mengusap pelan helaian rambut yang hampir kering itu

"Begitu.... Syukurlah jika kau masih hidup sampai saat ini hyung" ujar Jinwoo pelan.. Dokja tidak bisa untuk tidak tertegun dengan kata kata Jinwoo.. air mata yang sudah menumpuk di ujung mata menetes kembali... Kali ini Dokja menangis tanpa bersuara...namun bukanlah tangisan kesedihan ataupun ketakutan.. melainkan tangisan lega dan haru yang di ikuti oleh senyum manis

Dokja menghapus air mata yang tersisa dan menghadap Jinwoo yang dari tadi tersenyum. "Mengapa kau begitu baik kepadaku.... Aku seorang buronan kau tau. Seorang pembunuh. Bahkan kau bisa saja menangkapku saat ini"

Jinwoo menghela nafas, tanpa sadar kedua tangannya memegang Dokja dan mengangkatnya untuk duduk dipangkuannya.. mereka saling tatap tatapan.

"Sudah kubilang, aku akan menangkap Demon King of Salvation. Bukan seorang pribadi ceroboh yang bernama Kim Dokja" sekali lagi Dokja tertegun, sekaligus agak kesal karena dianggap ceroboh. Tidak Jinwoo, Sooyoung, atau orang orang nya selalu memanggilnya begitu. Dokja meletakkan telapak tangannga di pipi Jinwoo

"Kau pria teraneh yang pernah ku jumpai... Orang normalnya akan menangkapku, bahkan menggunakanku. Tapi kau malah dengan mudahnya berbicara seperti itu.. kau memang aneh" ucap Dokja tanpa sadar mendekatkan diri ke wajah Jinwoo,, mereka bisa merasakan kedua nafas yang saling beradu..

Pria kecil yang diatas pangkuan masih sibuk menatap dan tidak sadar dengan kondisi, sedangkan dibawahnya tengah membeku sekaligus menahan niat untuk "menyentuh" pria dipangkuannya ini. Terlihat rona merah di sekitar telinga, dengan wajah datar tripleknya.

'tch... Ingin,,, tapi itu hanya akan menghancurkan moment ini' upat Jinwoo secara membatin. Kini batinnya tengah bertempur antara melawan niat dengan niat 'ingin' melakukan

Wanna Play? [JinDok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang