Penjamuan

1.4K 215 51
                                    

Kini Jinwoo, Dokja dan tentunya dengan sebuah robot berbentuk bayangan dengan tampang datar yang melayang layang tengah duduk dengan tenang

"Aku kurang pandai menjelaskan sesuatu. Tapi suatu hari, Sooyoung tiba tiba menghampiriku dan memberi sebuah program kedalam hpku. Dan itu adalah Fourth Wall. Dia yang selama ini menemaniku dalam misi dan selalu membantuku. Awalnya hanyalah program yang hanya bisa menjawab apa yang aku tanyakan saja. Namun Sooyoung kembali mengupdatenya menjadi sebuah karakter dimana dia juga memiliki kesadarannya sendiri. Berkat itu aku jadi bisa mengobrol dengannya

Kemudian ayahku, lebih tepatnya ayah angkatku mencoba untuk mengembangkan program Sooyoung dan memindahkan nya ke dalam wujud robot dengan teknologi yang bisa dikatakan jauh lebih terdepan untuk beberapa tahun. Namun untuk saat ini masih dalam tahap coba, dan masih belum bisa untuk dipublikkan. Tapi entah mengapa, selain Fourth Wall, semua hasil coba selalu gagal.. seperti ada sesuatu yang kurang, dan sampai saat ini masih belum ditemukan jalan keluarnya"

"Awalnya aku sangat senang, karena memiliki teman untuk mengobrol selama misi berlangsung, tapi nyatanya dia robot dengan mulut garam... Tiada hari tanpa mengejekku" geram Dokja menatap datar ke arah Fourth Wall yang mengambang di udara

[Sungguh tuan yang sangat bodoh, kau tidak lebih dari seorang bocah songong yang tidak bisa apa apa tanpaku]

"Apa katamu?!!" Geram Dokja dengan wajah cemberutnya

[Aku mengatakan kenyataan, idiot]

"!! Hum!!" Dokja semakin kesal. Namun kemudian dia berdiri tersentak

"Ada apa hyung?" Jinwoo yang dari tadi diam melihat interaksi keduannya akhirnya bisa membuka suara

"Aku lupa mematikan air di bak!!" Dengan panik pria itu berlari menuju kamar mandi. Meninggalkan keduanya dengan wajah datar

[Huff,, benar benar tuan yang ceroboh]

"Aku setuju itu"

Awalnya Fourth Wall diam, kemudian terbang mendekat ke arah Jinwoo

[Sehebat hebatnya tuan, dia tetaplah pria polos yang tidak tau apa apa selain melakukan misi membunuh]

"......."

[Setiap melakukan pekerjaan, tiada saat tanpa luka. Namun meski begitu, dia tetap melakukannya hingga tuntas. Dia mengorbankan diri dan seluruh waktunya hanya demi menciptakan akhir yang selalu ia bualkan]

".....Akhir??"

["Dunia dimana semuanya bahagia dan aman tanpa adanya yang terluka". Itu sangat mustahil bukan]

".... Kau benar, tidak ada namanya kebahagian naif yang seperti itu"

[Ya... Tapi tuan, dia terus mencobanya. Membunuh seluruh orang yang menurut dunia pantas untuk dihukum, dan menyelamatkan senyum senyum dari wajah yang hampir hilang harapan. Bahkan dia tidak takut akan kematian. Terus maju tanpa ragu sedikitpun]

"Heh,, benar benar sangat mencerminkan sosok hyung" kekeh Jinwoo pelan

[Aku berusaha sekuat mungkin untuk memberi bantuan secara akurat, mencari cara agar dapat mengurangi dampak yang akan muncul. Untuk saat ini aku mungkin bisa menahannya. Tapi kedepan, tidak ada yang tau apa yang akan terjadi. Bisa jadi suatu saat nanti dia akan menghadapi kematian yang tidak akan bisa dihindar]

[Karena itu.... Tolong lindungi tuan saat waktu itu tiba]

"Tenang saja, sampai kapanpun aku akan terus melindunginya" ucap Jinwoo dengan tatapan penuh keyakinan

[.... Kuserahkan padamu.. dan aku ingin berterima kasih padamu]

"Untuk apa?"

[Karena mau bersama dengan tuan bodoh itu. Meski dia terlihat seperti itu, aslinya dia hampir tidak memiliki sahabat dekat. Mungkin nona Sooyoung dan rekan rekan companyanya yang lain ada. Tapi meski begitu, bocah itu selalu sendiri. Dia selalu merasa kesepian, tapi terus memaksa diri untuk tetap tersenyum didepan rekan rekannya]

Wanna Play? [JinDok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang