"ughhh badanku pegal pegal" gumam Dokja lesu. Seusai pertemuan, Dokja dan Jinwoo memutuskan untuk kembali ke ruangan masing masing untuk beristirahat. Mereka meminta tolong untuk menyerahkan hal hal rumit kepada Jinho. awalnya keduanya berpikir itu akan membebani Jinho, tapi dia malah bersemangat.
Ketiganya memiliki kamar yang bersampingan, dengan Jinho di kanan, Dokja di tengah dan Jinwoo yang berada tepat di ujung kiri. Awalnya Jinho yang tidur di tengah, tapi entah mengapa Dokja bersikeras untuk tidur di kamar Tengah. Saat ditanya alasan, dia hanya berkata tidak ingin di kanan dan memasang wajah memohon dengan puppy eyes. Tentu dengan mudah langsung di iyakan oleh Jinho.
"Kalau begitu Jinwoo, aku istirahat dulu" ucap Dokja membuka pintu kamarnya
"Baiklah hyung,, jika ada apa apa panggil saja aku kesebelah" balas Jinwoo melewati kamar Dokja.
Dokja menutup kamarnya dan langsung berlari menuju kasur dan melemparkan diri keatas kasur yang empuk dan nyaman
"Huwaa badanku lelah,, rasanya ingin tidur panjang." Gumam Dokja membenamkan wajahnya ke bantal. Ingin mengganti baju, tapi rasa kantuk menghancurkan niat itu. Perlahan mata Dokja mulai tertutup dan terlelap dalam mimpi yang panjang
.
.
.
.
Disuatu ruangan, terdapat seorang wanita dengan genangan merah yang sangat banyak,, wanita itu tidak bergerak dan mulai membiru. Sementara di samping, seorang pria yang memegangi senjata tajam menatap dengan tatapan buas dan amarah"Ahh sial,,, ini sangat merepotkan"
"Kau sama tidak berguna nya dengan wanita sialan ini. Seharusnya dari dulu saja ku bunuh kalian semua"
Dokja kecil bergetar tak henti, menutup mulutnya yang ingin meneriaki sesuatu dengan mata yang terus mengalirkan air mata. Pria itu mendekat, mencoba meraih Dokja kecil yang penuh dengan lebam dimana mana. Ingin lari tapi tubuhnya membeku seketika. Pria itu mencekiknya dengan kuat, Dokja kecil tertangkap dan tidak bisa berbuat apa apa
"Akan sangat bosan jika langsung membunuhmu,,, apa aku harus bermain dulu seperti yang ku lakukan dengan wanita itu"
Pria itu menggoreskan senjatanya ke pipi dan paha Dokja hingga membuat darah segar mengalir. Pria itu tertawa keras, seperti orang yang telah di rasuki oleh setan
"Tidak,,, tidak!! Jika aku diam maka aku akan menjadi seperti ibu.. aku tidak mau!"
"Bunuh pria itu jika tidak ingin berakhir seperti ibumu" tiba tiba muncul kata kata dalam otak Dokja yang menyuruhnya membunuh sebelum dibunuh
"Tidak!!"
"Bunuh!"
"Tidak..."
"Bunuh,, jika kau ingin hidup"
Seketika mata Dokja melebar,, menggigit tangan pria itu dengan kuat. Membuatnya terlempar, tepat disamping terdapat pisau dapur yang besar dan tajam
"Ambil"
Dokja kecil dengan gemetar mengambil pisau
"Tusuk pria itu, dengan itu kau terbebaskan"
"Ya.. dengan ini aku bebas,, aku hidup"
Dokja kecil dengan mata kosong, air mata yang mengalir deras dengan cepat berlari dan menikam pria itu berulang kali,, meski pria itu telah tidak bergerak, Dokja tetap menusuknya
Tiba tiba, muncul api dari dapur dan membakar semuanya. Dokja kecil dengan mata kosong menatap datar mayat pria itu
"Aku hidup... Apapunn,, demi bertahan hidup"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Play? [JinDok]
FanfictionSeorang pembunuh profesional yang menjadi buronan internasional dan dijuluki sebagai Demon King of Salvation. Pembunuhannya yang begitu sempurna hingga tak ada yang mampu menyentuhnya - Kim Dokja Seorang Spy profesional yang menjaga keamanan negara...