Jinwoo bergegas menuju rumah sakit. Karena waktu telah larut malam, rumah sakit terlihat sepi dan tidak ada warga yang menghalangi langkahnya. Jinwoo langsung menerobos ke dalam hingga perawat yang menjaga shiff malam terkejut karena melihat Jinwoo, terutama seorang pria sekarat yang ada di pelukannya.
"Bisakah kau menyelamatkannya!!" Jinwoo langsung to the point menyampaikan tujuan kedatangannya. Dengan cepat perawat itu memanggil dokter.
Kesadaran Dokja masih terjaga, dia melirik dengan lemah ke wajah Jinwoo. Merasa ada gerakan dan tatapan, Jinwoo langsung menghadap ke arah Dokja yng menatapnya lemah
"Tenanglah hyung, kau pasti selamat. Dokter akan tiba, kumohon bertahanlah sedikit lagi" Jinwoo membungkuk dan mencium kening Dokja agar pria itu tenang dan merasa aman
Dokja mengulur tangan kecilnya saat Jinwoo masih dalam keadaan membungkuk ke arahnya, kemudian mengeluarkan suara yang sangat kecil. Namun Jinwoo masih bisa mendengar karena pendengarannya yang tajam
"Ja--ngan berit--au mereka" suara yang begitu lemah. Jinwoo tahu siapa "mereka" yang di bilang Dokja. Itu tertuju pada rekan rekannya di korea dan tentunya keluarga atau kerabat.
Jinwoo menolak. Bagaimana bisa dia tidak memberitahu kabar tentang keadaannya. Namun Dokja menguatkan cengkraman tangan di dadanya
"Ku-mohon.... Aku tidak ingin membuat mereka mencemaskanku" Dokja meminta dengan raut wajah sendu. Terlihat kesedihan di wajah pucat itu. Mau tak mau Jinwoo harus mengiyakan hal itu. Dia tidak mau Dokja sedih
"Baiklah baiklah, berhenti mencengkram dadamu. Kau membuat dirimu semakin kesakitan"
Dokterpun tiba dengan beberapa orang beserta tandu. Dokja langsung di bawa dan langsung memulai operasi. Terlihat lampu tanda operasi menyala begitu terang di kegelapan lorong rumah sakit. Jinwoo duduk di kursi dekat ruang operasi sambil menundukkan diri. Berdoa sebanyak mungkin agar Dokja selamat
Namun tak lama, terdengar sebuah langkah kaki yang begitu cepat. Jinwoo melirik, disana terlihat Asuka Ren yang tiba dengan nafas tak beratur serta wajah pucat yang menatap tidak percaya ke pintu operasi. Kemudian ia melirik kearah Jinwoo yang sudah berdiri menatapnya. Ren berjalan ke arah Jinwoo dan membungkuk didepannya
"Ku bilang akan melindunginya.."
Jinwoo tidak mengelak perkataan itu
"Kau bilang akan melindunginya!!" Kali ini Ren berteriak. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Tak lama sebuah isakan keluar dari mulutnya. Wajahnya tampak terlihat sebuah keputus-asaan dan ketakutan yang sangat dalam
"Tidak.... Tidak... Kumohon jangan lagi--" Ren bergumam sambil mencoba memeluk dirinya sendiri. Jinwoo tampak merasa sedih melihat kondisi wanita itu, namun dia juga mulai merasa ada yang aneh dengan kondisi Ren
"Kumohon jangan rebut dia lagi-- hikk.. harus berapa kali dia harus mengalami semua ini-- kumohon jangan.... Hiks Oni-chan!!" Tangis Ren langsung pecah. Jinwoo tampak pilu melihat kondisi Ren dan memeluk wanita itu untuk memenangkannya. Tiba tiba muncul memori percakapan dirinya dengan Dokja beberapa waktu yang lalu
FLASHBACK
"Hyung.. bagaimana hubunganmu dengan wanita itu?" Jinwoo menatap seperti meminta penjelasan. Meski dia tau Ren adalah rekannya, namun melihat keakrapan yang seperti itu membuatnya sedikit ehem-- cemburu
"Ohh Ren? Dia sudah kuanggap seperti adik perempuanku. Dia juga pernah memanggilku kakak (oni-chan)"
Mereka saat itu sedang berjalan di jalanan yang penuh dengan orang orang. Dokja berhenti di tempatnya
"Namun aku tidak menyukai panggilan itu" Dokja mengatakan itu dengan senyum sendu
"Mengapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Play? [JinDok]
FanfictionSeorang pembunuh profesional yang menjadi buronan internasional dan dijuluki sebagai Demon King of Salvation. Pembunuhannya yang begitu sempurna hingga tak ada yang mampu menyentuhnya - Kim Dokja Seorang Spy profesional yang menjaga keamanan negara...