01. Beginning of Destruction

582 181 156
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Beberapa murid mulai berhamburan ke luar dari kelas mereka masing-masing. Sekolah telah berakhir. Saatnya menikmati libur panjang.

Lev, Victor, dan Zero berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. Tak ada yang dibicarakan antara mereka bertiga. Zero berjalan santai. Pandangannya menatap lurus ke depan. Lev berjalan sembari memainkan ponselnya. Jika saja Victor tidak menegurnya, mungkin Lev sudah menabrak sesuatu yang ada di hadapannya tadi.

"Kau pulang naik apa, Zero?" tanya Victor pada teman yang berada di sampingnya itu.

"Seperti biasa. Berjalan kaki," sahut Zero.

Victor mengangguk dan beralih pada Lev. "Bagaimana denganmu, Lev?"

"Aku dijemput oleh ibuku," jawab Lev. "Dan kamu?"

"Aku sepertinya tidak langsung pulang ke rumah. Aku harus pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibuku di sana. Di sana juga ada kakak perempuanku." Victor menjelaskan.

Lev menautkan kedua alisnya bingung. "Ibumu sakit apa? Kenapa kau tidak memberitahuku dan juga Zero?"

"Aku tidak tahu. Untuk saat ini, Dokter belum bisa memastikan apa penyakitnya." Victor membalas. "Ibuku juga baru dirawat kemarin. Dan aku baru sempat memberitahu kalian sekarang."

"Kita pergi ke bioskop lusa. Bagaimana jika besok aku dan juga Zero menjenguk ibumu di rumah sakit?" tanya Lev. "Bagaimana, Zero? Apa kau besok bisa?"

Zero mengangguk. "Tentu saja bisa."

"Terima kasih. Kalian memang teman terbaikku," ujar Victor.

"Sesama teman bukankah itu hal yang wajar?" Lev terkekeh.

Victor tersenyum. "Alamat rumah sakitnya akan aku kirimkan melalui pesan nanti."

Sesampainya di gerbang sekolah, Lev berpamitan pada Victor dan juga Zero.

"Hati-hati," ucap Victor.

Zero hanya melambaikan tangannya pada Lev yang perlahan memasuki mobilnya.

Setelah mobil Lev menghilang dari pandangan mereka, kini Victor yang berpamitan pada Zero.

"Aku ke rumah sakit dulu. Hati-hati di jalan," ucap Victor.

"Naik apa kau ke sana?" tanya Zero.

"Taksi. Aku akan menunggu di sekolah hingga sopirnya datang. Jika kau ingin pulang lebih dulu, tidak masalah."

Zero mengangguk. "Baiklah, aku duluan. Hati-hati."

Victor mengangguk dan tersenyum.

Zero melangkahkan kakinya perlahan, meninggalkan Victor yang sedang menunggu taksinya tiba.

Di perjalanan, Zero berpapasan dengan seorang wanita yang berkelakuan cukup aneh. Wanita itu berjalan sedikit pincang. Mulutnya dipenuhi darah. Dan, matanya seperti meminta pertolongan pada Zero.

Zero menatap wanita itu dalam diam. Memerhatikan tingkah laku wanita itu. Tiba-tiba, tatapan mata yang semula sendu, kini berubah menjadi tatapan mengerikan.

Wanita itu menyerang Zero!

Zero berusaha melawan. Menghindari wanita itu. Wanita itu terlihat seperti ingin menggigit Zero. Hampir saja Zero tergigit, namun ia berhasil menghindar.

Tanpa aba-aba, suara tembakan menggelegar di jalanan yang cukup sepi itu. Satu peluru tepat mengenai kepala wanita itu. Tubuh wanita itu tumbang.

Zero masih terduduk di aspal. Menatap wanita itu kebingungan. Ia tak tahu apa yang terjadi pada wanita itu. Pandangannya kini beralih pada dua orang polisi yang telah menembak wanita itu.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang