17. At School : Two Options

154 59 2
                                    

"Kalian murid yang sering dirundung oleh Jack dan Kendrick, bukan?" tanya Vasta ketika melihat Neo dan Zea berada di balik lemari. Mereka pun bangkit dengan pandangan yang menunduk ke bawah. 

"Kukira kalian adalah zombie," ucap Evan lega.

"Baiklah, kita harus menyusun rencana agar bisa pergi dari sini," ucap Dean.

"Mengapa terburu-buru?" tanya Axton.

"Barikade yang kita buat tidak mungkin bisa menahan para monster di luar sana. Sewaktu-waktu mereka bisa menghancurkannya," balas Ansell.

"Bagaimana caranya pergi dari sini sedangkan banyak sekali ruangan yang terkunci?" tanya Oliver.

"Kita bisa pergi dengan cara pindah dari ruangan satu ke ruangan lainnya," sahut Dean.

"Dengan cara pergi ke luar lalu mengeceknya satu persatu? Itu sangat gila, Dean," sergah Vasta. "Sama saja kau  menjadikan dirimu sebagai santapan para monster itu."

"Tidak. Kita akan menggunakan drone milik anak klub robotik yang dibuat bulan lalu untuk perlombaan," lontar Dean.

"Kau anak klub robotik, 'kan?" tanya Oliver pada Kenzo yang masih menemani Elvio.

Kenzo menganggukkan kepalanya.

"Kau pasti tahu di mana ruangan klub robotik berada, 'kan?" Dean memastikan.

Kenzo lagi-lagi mengangguk. "Aku bisa menunjukkan jalannya pada kalian. Tapi, bagaimana dengan Elvio? Sepertinya kakinya terkilir karena terjatuh tadi."

"Apakah kau bisa jalan?" tanya Dean.

Elvio mencoba menggerakkan kakinya perlahan. Masih sakit, namun tidak sesakit beberapa waktu yang lalu. "Sepertinya bisa."

"Kau yakin?" Kenzo memastikan. Ia sangat mengkhawatirkan Elvio karena temannya itu sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain dirinya.

Kedua orang tuanya telah meninggal beberapa tahun lalu. Elvio adalah sahabat kecilnya. Mereka sudah saling mengenal, bahkan sebelum mereka masuk ke SMA Cartagena International School.

Sebelum meninggal, kedua orang tuanya menitipkan Elvio pada Kenzo. Mereka mempercayakan Kenzo agar dapat menjaga Elvio setelah mereka tiada.

Elvio meyakinkan Kenzo bahwa ia baik-baik saja dan masih sanggup berjalan. Kemudian, ia memaksakan diri bangkit dari kursinya untuk membuktikannya pada Kenzo.

"Lihat! Aku bisa berdiri, 'kan?" ujar Elvio.

Elvio memang bisa berdiri, meski masih berpegangan pada jendela yang berada di sebelahnya.

"Bolehkah aku menyarankan agar Elvio berada di posisi tengah? Supaya kita bisa melindunginya jika ada serangan," ujar Kenzo.

Mereka menyetujui permintaan Kenzo. Mereka memahami mengapa temannya itu begitu mengkhawatirkan Elvio. Kenzo melakukan itu karena pesan terakhir mendiang orang tua Elvio yang memintanya untuk menjaga anaknya.

"Baiklah, sekarang kita pikirkan bagaimana caranya mengalihkan perhatian zombie-zombie yang ada di luar sana supaya kita bisa melanjutkan perjalanan," ujar Edgar.

"Dengan musik!" Evan berseru.

"Musik?" tanya Vasta yang kebingungan.

"Zombie-zombie itu akan mengikuti sumber suara. Selagi mereka terkecoh, kita bisa melanjutkan perjalanan." Evan menjelaskan.

Vasta menganggukkan kepalanya. "Ternyata kau pintar, walau terkadang menyebalkan dan banyak bicara."

Evan terkekeh.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang