14. Pasifix Corporation

208 89 89
                                    

Caroline mendekat pada Victor. "Hidungmu mengeluarkan darah."

Dengan sigap, Drake segera mengarahkan panahnya pada Victor. "Menjauh dari Caroline!"

Victor memundurkan langkahnya. Dengan jantung yang berdegup kencang, ia berkata dengan suara kecil namun masih bisa didengar oleh teman-temannya. "Aku tidak mungkin terinfeksi. Aku tidak menyentuh zombie itu sama sekali, hanya menarik bajunya."

Vienna yang melihat adiknya dijadikan target panahan oleh Drake, ia menarik Caroline dan mengancam akan membunuh perempuan berdarah Prancis itu jikalau Drake menembak Victor.

Caroline memberontak, mencoba melepaskan cengkraman tangannya dari gadis itu. Tapi itu sia-sia, tenaganya kalah jauh dengan Vienna. Vienna mundur selangkah dengan Caroline yang masih ada dalam kendalinya. Ia meraih sebuah pisau lipat yang berada di atas meja kecil di sudut ruangan. Kemudian, ia mengarahkan pisau itu ke leher Caroline.

Drake masih mengarahkan panahannya pada Victor. Selagi Drake belum menurunkan panahannya, Vienna tidak segan-segan akan membunuh Caroline di hadapan mereka semua jika ada satu luka di tubuh adik kesayangannya.

"Temanmu akan celaka jika kau mencelakakan adikku!" seru Vienna.

Zero mencoba menengahi keduanya. "Drake, Victor tidak mungkin terinfeksi. Kita cari solusi lain untuk mengatasi hal ini, ya."

Drake memberikan tatapan tajam pada Zero. Kemudian, ia kembali mengarahkan pandangannya pada Victor. "Masuk ke kamar mandi. Kau boleh ke luar jika sudah dipastikan tidak terinfeksi."

Victor menuruti apa yang dikatakan oleh Drake. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi di ruangan itu. Drake terus mengarahkan panahannya pada Victor hingga laki-laki itu benar-benar masuk ke kamar mandi.

Vienna menurunkan pisau lipatnya dan melepaskan Caroline dengan mendorong pelan perempuan itu. Caroline menghampiri Drake. Laki-laki itu menanyakan bagaimana keadaan dirinya. Caroline mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Vienna menarik napasnya dalam-dalam. Kemudian, ia duduk di sofa disusul dengan Zero dan Lev yang duduk di sampingnya.

"Dari mana monster-monster itu berasal?" tanya Vienna tanpa menolehkan pandangannya pada Zero dan Lev.

"Belum tahu," sahut Zero.

"Kami turut berdukacita atas ibumu," ujar Lev. Vienna mengangguk.

Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. 30 menit sudah berlalu, dan mereka semua memutuskan untuk mengeluarkan Victor dari dalam sana.

Lev bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri kamar mandi yang memiliki pintu berwarna biru muda itu. Kemudian, ia mengetuk pintu kamar mandi itu berulang kali dengan pelan. "Victor, kau sudah boleh ke luar."

Victor membuka pintunya dan tersenyum pada Lev. Lev membalas senyuman itu. Kemudian, Victor berjalan menghampiri teman-temannya.

"Maafkan aku," ucap Drake.

Victor tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak mengapa. Aku tahu, kau melakukan itu demi keselamatan kita semua."

Tiba-tiba, ibunya yang telah berubah menjadi sesosok monster mengerikan memberontak. Tali yang mengikat kaki dan tangannya terputus.

"Turunkan panahmu! Jangan bunuh ibuku," seru Vienna berusaha merebut panahan milik Drake ketika laki-laki itu ingin menembak ibunya.

Bersamaan dengan itu, terjadilah pemadaman listrik. Ruangan menjadi gelap gulita. Mereka bisa melihat bahwa zombie itu turun dari tempat tidurnya.

Namun, zombie itu tidak bisa melihat mereka dalam kegelapan. Menyadari hal itu, Drake menyuruh teman-temannya untuk tetap diam.

Ruangan itu tidak sepenuhnya gelap gulita, ada sedikit cahaya yang masuk di sudut ruangan itu. Namun, sedikit redup.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang