20. At School : Trying To Get Out

155 66 1
                                    

Setelah berdiam diri selama dua jam, mereka akhirnya memikirkan bagaimana cara untuk segera ke luar dari area sekolah.

"Apakah itu berfungsi?" tanya Kenzo yang penasaran ketika melihat Edgar mengutak-atik sesuatu.

"Sepertinya iya," balas Edgar. "Dean, kita bisa gunakan alat ini untuk memancing para zombie itu berkumpul di suatu ruangan dan mengunci pintunya, lalu kita menyelamatkan diri."

"Tapi, bagaimana dengan zombie-zombie yang berada di lapangan?" tanya Vasta.

"Apakah alat itu bisa memancing para zombie yang ada di lapangan untuk pergi ke tempat lain?" tanya Axton.

"Bukit sekolah," timpal Ansell.

"Ide bagus. Zombie-zombie yang ada di lapangan sekolah, kita arahkan ke bukit yang berada di belakang sekolah. Kemudian, kita bisa ke luar melalui gerbang sekolah," ucap Vasta.

"Alat itu bisa mengeluarkan suara seberapa keras?" tanya Dean. Melihat Edgar yang ingin menyalakan alat itu, Dean segera memberhentikannya. "Jangan dinyalakan sekarang juga."

Edgar terkekeh. "Maaf, aku lupa."

Elvio tertawa kecil. "Dasar, kau ini."

Mereka segera bersiap-siap. Edgar duduk di kursi kayu yang di hadapannya ada banyak sekali jejeran tombol-tombol. Ia menekan salah satu tombol. Terdengar oleh telinga mereka bahwa salah satu speaker ruangan di lantai tiga berbunyi.

Oliver yang masih setia berdiri di dekat pintu, ia pun mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Para zombie itu bergerombol pergi ke sumber suara. Edgar asyik memilih suara-suara yang ia inginkan. Beberapa lagu kesukaannya sudah ia coba.

Kemudian, Dean menyuruh Edgar untuk mengaktifkan speaker di lapangan dan halaman belakang sekolah. Karena lapangan yang begitu luas, Edgar mengaktifkan dua speaker.

Speaker yang ada akan menuntun para zombie dari lapangan menuju halaman belakang sekolah. Kemudian, mereka akan berkumpul di sekitar bukit yang ada di sana.

Setelah para zombie di luar ruang siaran telah pergi, mereka bergegas ke luar. Mereka berlari secepat mungkin menuruni anak tangga. Tidak lupa, Oliver menutup pintu ruang siaran agar speaker di luar sana tetap menyala. Mana tahu, ada zombie yang menyusup masuk ke ruang siaran dan menghancurkannya.

Sepanjang perjalanan, mereka sesekali dihadang oleh beberapa zombie yang masih tersisa. Namun, hal itu bisa mereka atasi berkat kerja sama tim. Setibanya di luar bangunan sekolah, mereka menunggu sejenak agar para zombie itu pergi lebih dulu menuju bukit sekolah.

Setelah lapangan sekolah kosong, mereka bergegas menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba saja, semua speaker mati. Alhasil, para zombie yang sudah setengah jalan, membalikkan tubuhnya dan berlari menghampiri mereka dengan begitu cepat.

"Kalian pergi saja lebih dulu! Kami akan menahannya!" ucap Edgar.

"Tidak! Kita selesaikan bersama-sama," balas Dean.

"Bagaimana speakernya bisa mati? Padahal, aku sudah menutup pintu ruang siaran. Bagaimana bisa zombie membuka pintu?" gumam Oliver.

Karena zombie yang terlalu banyak, mereka sangat kewalahan menghadapinya. Beberapa dari mereka gugur karena jumlah zombie yang semakin banyak mengepung mereka.

"Dean! Ayo, pergi dari sini!" seru Kendrick.

Oliver menarik paksa tangan Dean yang tengah menangis karena menyaksikan teman-temannya mati.

Oliver dengan berat hati meninggalkan teman-temannya. Meski, di sana masih ada yang bisa diselamatkan. Namun, semuanya tidak berarti apa-apa jika sudah tergigit oleh para zombie itu.

Percuma jika diselamatkan dan membawanya pergi bersama mereka, ia akan tetap berubah menjadi zombie dan membahayakan mereka pada akhirnya.

Kenzo bersusah payah membantu Elvio untuk tetap melangkah menuju gerbang. Kendrick dan Jack sudah tiba lebih dulu di gerbang sekolah. Ketika Kenzo dan Elvio sudah dekat, Jack membantu mereka. Mereka menunggu Dean dan Oliver yang masih berada di sana, menyaksikan teman-temannya gugur.

"Edgar? Kukira kau sudah mati," ucap Oliver tidak percaya.

"Cepatlah, ayo pergi!" seru Edgar seraya menarik Dean. Dean pun terpaksa ikut bersama Oliver dan Edgar meninggalkan teman-temannya yang lain.

Setibanya mereka di gerbang sekolah, Jack segera mengunci gerbang tinggi itu. Lalu, mereka berlari tak menentu arah. Pergi ke manapun untuk berlindung.

Di tengah perjalanan, Dean memberhentikan langkahnya. Ia terduduk dengan kedua telapak tangan yang menyentuh aspal dan menundukkan kepalanya. Ia menangis. Oliver menghampirinya. Ia menepuk-nepuk pelan punggung temannya itu.

"Kita bisa melalui ini bersama-sama," bisik Oliver.

"Teman-teman kita mati, Oliver!" bentak Dean.

Dean bangkit dan kembali menuju area sekolah. Oliver mengejarnya dan menahan tangannya. "Mau apa kau kembali ke sana?"

"Mau membunuh semua monster yang sudah membunuh teman-temanku."

Elvio menghampiri Dean. Kenzo membantunya berjalan. Meski Elvio sudah menyuruh Kenzo untuk berhenti dan mengatakan kepadanya bahwa ia bisa berjalan sendiri, Kenzo tetap bersikeras membantunya.

"Dean, ayo kita lanjutkan perjalanan kita. Jangan membuat pengorbanan mereka menjadi sia-sia," ucap Elvio.

Dean pun luluh setelah mendengar ucapan Elvio. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan yang untuk saat ini belum memiliki tujuan akan pergi ke mana.

Sesekali mereka berhenti dan duduk di pinggir jalan sekadar untuk beristirahat. Hari sudah hampir malam. Mereka pun berniat untuk mencari tempat bermalam yang aman di sekitar sana.

Di ujung jalan, ada sebuah rumah yang tidak terlalu kecil, namun tidak terlalu besar juga. Mereka menuju rumah itu dengan berjalan kaki. Tenaga mereka benar-benar sudah habis. Mereka butuh air untuk minum. Dengan langkah kaki yang lamban, mereka tetap fokus melihat ke sekelilingnya.

Di tengah perjalanan, mereka melewati rumah supermarket. Jack dan Kendrick berniat untuk mengambil beberapa makanan dan minuman untuk persediaan mereka hingga esok hari. Oliver menyetujuinya.

Jack, Kendrick, dan Edgar pergi ke supermarket. Sedangkan, Dean, Oliver, Elvio, dan Kenzo tetap berada di luar. Mereka duduk di trotoar seraya menunggu Jack, Kendrick, dan Edgar kembali.

Sebenarnya, Kenzo ingin ikut masuk ke supermarket. Tapi, ia berpikir ulang, nanti siapa yang menjaga Elvio? Suasana hati dan pikiran Dean juga sedang kacau dan siapa yang akan membantu Oliver jikalau ada zombie yang tiba-tiba menghampiri mereka?

Mereka duduk dengan ditemani angin sepoi-sepoi yang membuat anak rambut mereka terhempas kecil. Memandangi langit yang ketika itu memancarkan warna cantiknya.

Di tengah menikmati keindahan alam yang begitu memanjakan mata, teriakan seseorang dari dalam supermarket membuat mereka tersentak kaget.

"Tolong kami!"

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang