12. Great Idea

241 101 57
                                    

Drake memanggil Zero yang berada di sebelahnya menggunakan lambaian tangan. Kemudian, Drake mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Ia mengarahkan layar ponselnya pada Zero yang menampilkan sebuah lagu. Zero mengerti apa yang ingin dilakukan oleh Drake.

"Setuju?" tanya Drake.

Zero mengangguk. "Lempar sejauh mungkin."

Zero mencari di mana Lev berada. Ternyata Lev dan Caroline berada di mobil keempat di barisan depan mereka. Zero melambaikan tangannya tinggi-tinggi, berharap salah seorang dari mereka menyadarinya. Ternyata Lev yang menyadari kode itu.

Zero menjelaskan tentang rencana Drake dan dibantu dengan Drake sendiri yang menjelaskan kepada Lev. Mereka tidak menjelaskan dengan suara, melainkan dengan bahasa isyarat sebisa mereka. Lev mengerti apa yang dijelaskan oleh Drake dan Zero, ia menepuk pundak Caroline yang berada di sebelahnya dan menjelaskan ulang rencana Drake. Caroline mengerti.

Bergegas Drake menaikkan volume ponselnya lalu melemparkannya sejauh mungkin. Sesaat setelah para zombie itu pergi mengikuti alunan musik dari ponsel Drake, ia dan Zero segera turun dari atas mobil. Mereka berlari menghampiri Lev dan Caroline. Kemudian, mereka mencari di mana Victor berada.

"Kau tidak apa-apa?" Drake memastikan keadaan teman barunya itu.

Victor mengangguk.

Setelah berhasil menemukan keberadaan Victor, mereka bergegas mencari di mana sepeda milik Lev dan Zero. Mereka membentuk formasi lingkaran, seperti yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Kali ini, Lev dan Zero berada di depan, bersama Caroline yang memimpin. Drake dan Victor berada di belakang.

"Kau butuh air?" tanya Drake ketika melihat Victor seperti kehausan.

Victor mengangguk.

"Minumlah," sahut Drake. Victor menerima pemberian botol air dari Drake, kemudian ia meneguknya pelan.

"Ajarkan aku memanah agar bisa membantu kalian," pinta Victor tertawa kecil.

Drake tersenyum tipis. "Jika ada waktu senggang, aku akan mengajarkanmu."

"Di sana!" seru Lev ketika melihat sepedanya.

Mereka segera berlari mendekati sepedanya. Namun, seketika mereka menutup rapat-rapat mulutnya ketika ada sesosok zombie yang tengah memakan jasad anak kecil tepat di sebelah sepeda mereka.

Zombie itu membelakangi mereka. Caroline sudah siap dengan busur panahnya. Ia memfokuskan target pada kepala zombie itu, jaga-jaga jika monster itu membalikkan badannya.

Mereka mundur perlahan, mencoba untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun itu. Sayangnya, Victor yang merasa ketakutan tidak sengaja menjatuhkan botol minum pemberian Drake yang membuat zombie di hadapan mereka membalikkan tubuhnya.

Caroline menjadi sasaran pertama dari penyerangan zombie itu karena posisinya yang paling dekat. Drake meminta teman-temannya untuk mundur, kecuali Lev dan Zero. Selagi Drake dan Caroline mengalihkan perhatian dari monster itu, Lev dan Zero segera mengambil sepeda mereka.

"Aku takut. Maafkan aku. Ini semua salahku," ujar Victor.

Zero menggeleng. "Tidak, ini bukan salahmu. Kau tidak sengaja menjatuhkan botol minumnya, 'kan?"

"Kami akan menyusul! Pergilah dan ajak Victor bersama kalian," seru Drake.

Mereka menuruti apa kata Drake. Kemudian, mereka bergegas pergi dari sana menggunakan sepeda masing-masing. Victor menumpang bersama Zero.

Sesampainya mereka di luar basemen, mereka berhenti di suatu tempat yang mereka rasa cukup aman, seraya menunggu Caroline dan Drake kembali. Mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan tanpa kedua temannya itu. Dari kejauhan, ada sebuah tank pasukan militer. Mereka tidak segan-segan menembak para monster dan warga sipil yang bahkan tidak terinfeksi.

"Ini bahaya. Kita harus menghindari mereka," bisik Zero menunjuk ke arah yang ia maksud. Lev dan Victor mengerti.

"Bagaimana keadaan Drake dan Caroline? Kenapa mereka belum kembali?" tanya Victor. "Ini salahku. Harusnya aku lebih berhati-hati ketika memegang botol minum itu."

"Mereka pantang menyerah, kau tahu itu, 'kan? Mereka pasti akan kembali. Drake tidak mungkin menyerah begitu saja sebelum ia menyelamatkan Dean, bukan?" Zero menenangkan.

Victor menangis dalam diam. Menelungkupkan kepalanya di lutut. Merasa bahwa ini adalah salahnya. Ia sudah merepotkan Drake dan Caroline karena tidak bisa membantu apa-apa karena tidak memiliki senjata apapun, ditambah lagi sekarang mereka diserang zombie karena kesalahannya.

"Untuk apa menangis?" Victor mengangkat kepalanya ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya. Ia melihat Drake dan Caroline yang berhasil kembali. Drake tertawa kecil ketika melihat wajah Victor yang menangis.

"Diam. Jangan tertawa," sahut Victor seraya menyeka air mata yang membasahi wajahnya.

"Mereka menembak semua yang mereka lihat." Zero menunjuk ke arah pasukan militer itu.

"Kita cari jalan lain." Drake memutuskan.

"Tidak ada jalan lain. Itu sangat memakan waktu," sahut Caroline.

"Kita tidak bisa lewat sana. Kau sudah bosan hidup, Caroline?"

Terjadi pertengkaran kecil antara Drake dan Caroline. Mereka diam sejenak untuk memikirkan langkah apa yang selanjutnya mereka ambil.

"Aku akan mengalihkan perhatian mereka," yakin Drake.

"Tidak. Jangan lagi. Itu terlalu berbahaya, Drake." Caroline menolak.

"Bagaimana caranya agar kita pergi ke rumah sakit jika ada pasukan militer di sana?" Drake frustasi.

"Kau harus selamat demi Dean."

Drake tertegun sejenak ketika mendengar apa yang Victor katakan. Ia teringat kembali dengan tujuan utamanya untuk menyelamatkan adiknya yang masih berada di sekolah. Drake menarik napas panjang dan kemudian duduk karena merasa lelah dengan semua ini.

"Mungkin, kita bisa menunggu mereka pergi? Setelah itu, kita lanjutkan perjalanan." Lev menyarankan.

Drake menggeleng cepat. "Terlalu lama. Bagaimana keadaan Dean jika kita membuang waktu dengan menunggu mereka pergi dari sana?"

"Mereka mulai melakukan penelusuran." Zero memberitahu.

"Sembunyi," pinta Caroline.

"Tidak. Cari jalan lain saja!" seru Drake. "Jika kita bersembunyi, mereka akan mudah untuk menemukan kita. Kalian lihat, jumlah mereka tidak sedikit."

Apa yang dikatakan oleh Drake ada benarnya. Setelah melakukan perundingan, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari jalan lain seperti yang Drake sarankan. Mereka memutari sudut-sudut mall, mencari jalan lain yang aman untuk mereka lalui. Meskipun jauh, nyawa mereka lebih penting.

Setelah berhasil ke luar dari area mall, mereka segera menuju rumah sakit. Meskipun jaraknya sedikit lebih jauh dibandingkan ketika mereka melewati jalan yang terdapat pasukan militer yang tengah berpatroli, tidak mengapa. Selagi mereka bersama, semuanya akan baik-baik saja.

Karena jarak yang begitu jauh, Drake meminta Caroline untuk menaiki sepeda bersama Lev. Lev dengan senang hati menerimanya. Zero dan Lev sengaja tidak mengayuh sepeda secepat yang mereka bisa karena Drake berlari di belakang mereka.

"Turunkan aku dulu," pinta Victor pada Zero. "Drake, naiklah sepeda bersama Zero. Kau tampak kelelahan."

Drake tersenyum. "Terima kasih."

Kini giliran Victor yang berlari. Bangunan yang menjadi tujuan mereka sudah terlihat dari kejauhan. Jaraknya tidak begitu jauh dari tempat mereka berada sekarang. Mereka akan tiba di sana sebentar lagi.

"Sepeda ini pemberian dari ayahku," ucap Lev.

"Karena itu kau ingin sekali menyelamatkan sepeda ini?" tanya Caroline.

Lev mengangguk. "Ayahku seorang Polisi. Dia Ayah yang baik. Para monster itu kemungkinan adalah alasan kenapa ayahku tidak pulang."

"Dia tahu banyak soal ini?"

"Entahlah, Caroline. Aku tidak tahu. Namun, sepertinya iya."

"Apakah ayahmu ada di antara pasukan militer tadi?"

"Aku tidak yakin. Sepertinya tidak. Ayahku orang baik, dia tidak mungkin seperti pasukan militer yang tadi kita lihat. Dia tidak mungkin menembak orang yang tidak bersalah."

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang