Mereka yang berada di luar bergegas masuk ke supermarket untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam sana.
Mereka mendorong pelan pintu kaca di hadapannya yang sudah rusak. Melangkahkan kakinya masuk dengan pelan. Tiba-tiba, sebuah tangan menarik mereka dengan cepat masuk ke balik tirai berwarna merah. Tirai itu menutupi dinding berwarna putih di belakang mereka. Mereka pun bersembunyi di balik tirai itu dengan keheranan.
"Zombie," bisik Edgar.
Meski mereka tidak yakin apakah tirai yang tidak terlalu panjang itu bisa menyelamatkan mereka atau tidak. Pasalnya, panjang tirai itu hanya sampai sebatas lutut mereka.
Tirai itu tidak terlalu tebal. Mereka bisa melihat ada sesosok zombie di hadapan mereka melalui tirai yang tipis itu. Zombie itu cukup lama berdiam diri di depan mereka. Hingga pada akhirnya, zombie itu pergi melewati mereka begitu saja.
"Ke luar dengan pelan," bisik Edgar.
Edgar menyingkap tirai itu. Kemudian, mereka berjalan mengendap-endap selagi zombie itu membelakangi mereka. Kenzo membelalakkan matanya ketika tidak sengaja menjatuhkan minuman kaleng. Zombie itu pun membalikkan tubuhnya.
Sebelum zombie itu menyerang teman-temannya, Dean mengambil alih perhatian zombie itu berlari ke sisi lain. Dean berteriak pada teman-temannya untuk segera ke luar selagi ia mengalihkan perhatian zombie itu.
Dean membawa zombie itu berkeliling supermarket agar teman-temannya punya waktu untuk ke luar. Ketika ia melihat di ujung sana ada rak yang berisi alat-alat memasak, Dean menambah kecepatan larinya.
Ia mengambil sebuah pisau dan segera menusuk kepala zombie itu. Tidak lupa, ia juga mengambil beberapa pisau untuk diberikan ke teman-temannya agar mereka bisa melindungi dirinya sendiri.
Dean bergegas ke luar dari supermarket dan menyusul teman-temannya yang lebih dulu tiba di luar sana. Setibanya di luar, Dean segera membagikan pisau yang ia bawa pada teman-temannya. Meski Jack dan Kendrick sudah memiliki pisau, mereka tetap menerimanya.
Hari sudah hampir gelap. Matahari sudah tidak berada di tempatnya lagi seperti yang mereka lihat beberapa saat lalu. Cepat-cepat mereka menuju rumah yang tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang.
"Maafkan aku, Dean. Aku tidak sengaja," ucap Kenzo.
Dean menggeleng. "Tidak mengapa."
Setibanya mereka di depan rumah itu, Edgar dan Kenzo memutuskan untuk memeriksa rumah itu terlebih dahulu. Rumah itu memiliki dua lantai. Mereka menyusuri setiap sudut yang ada di rumah itu.
Hingga mereka tiba di lantai dua, Kenzo mendengar suara dari dalam ruangan yang berada di sebelahnya. Kenzo pun memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan itu.
Tidak ada siapapun di dalam sana. Sampai pada akhirnya seorang anak perempuan muncul dari balik pintu yang membuat Kenzo reflek mendorongnya karena terkejut.
Anak itu terjatuh lalu bangkit menyerang Kenzo. Anak perempuan itu telah berubah menjadi zombie. Dengan terpaksa Kenzo membunuhnya.
Edgar menghampiri Kenzo dan pandangannya mengarah ke anak perempuan yang baru saja dibunuh oleh Kenzo.
Edgar menepuk-nepuk punggung temannya. Edgar sudah mengenal Kenzo sejak lama. Ia tahu betul bahwa Kenzo tidak tega membunuh anak perempuan yang sudah berubah menjadi mayat hidup itu. Namun, mereka harus melakukannya saat ini demi keselamatan diri sendiri.
"Di mana orang tuanya?" tanya Kenzo.
"Kita periksa ruangan lain," sahut Edgar.
Mereka segera mengecek ruangan satu persatu. Tinggal satu ruangan lagi yang harus mereka periksa. Edgar membuka pintu ruangan itu. Di dalam sana ada dua zombie yang telah mati, sepertinya dengan sengaja membunuh dirinya sendiri.
"Apakah itu orang tuanya?" tanya Edgar ketika melihat dua zombie yang tergeletak di lantai dengan pisau yang masing-masing tertancap di kepalanya.
"Sepertinya mereka bunuh diri sebelum benar-benar berubah menjadi zombie," pikir Kenzo.
"Apakah anak mereka yang menggigitnya?" tanya Edgar.
Kenzo tampak berpikir sejenak. "Sepertinya iya. Anak perempuan itu lebih dulu menjadi zombie secara total."
"Mereka tidak tega membunuh anaknya. Jadi, mereka mengurung anaknya di ruangan tadi supaya tidak mencelakakan orang lain," sambung Kenzo.
"Baiklah, amankan kedua ruangan ini. Jangan biarkan yang lain memasukinya," ucap Edgar yang dibalas anggukan oleh Kenzo.
Mereka pun menuruni anak tangga dan mempersilakan teman-temannya untuk masuk. Oliver menutup pintu dan memastikan bahwa jendela di ruang utama itu sudah tertutup dengan sempurna.
Setibanya di dalam, mereka segera duduk di sofa yang terdapat cukup banyak bercak-bercak darah. Kenzo mengajak Elvio untuk mengecek halaman belakang rumah.
Sembari berjalan, Elvio menutup jendela-jendela yang masih terbuka. Kenzo juga mengganjal pintu belakang menggunakan meja kayu yang cukup besar.
Tidak ada apa-apa di halaman belakang rumah itu selain tumbuh-tumbuhan. Namun, ada beberapa yang sudah layu. Dan ada beberapa pohon buah di sana. Karena tidak ada yang menarik, mereka kembali ke ruang utama.
Jack dan Kendrick mengeluarkan makanan dan minuman kaleng yang berhasil mereka ambil dari supermarket, begitu juga dengan kedua mata Edgar yang berbinar ketika melihat banyaknya camilan di depannya. Tidak terlalu banyak, setidaknya cukup untuk beberapa hari ke depan jika mereka berhemat.
Di luar sedang hujan. Gemuruh petir saling bersahutan. Dean memandang ke luar dengan tatapan kosong melalui jendela yang tidak ada gordennya. Oliver menghampiri teman dekatnya itu.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Oliver sedikit khawatir.
"Hari ini kakakku berulang tahun. Aku ingin mencarinya karena aku yakin Drake juga sedang mencariku."
Oliver menepuk pelan pundak Dean agar temannya sedikit merasa tenang. "Kita akan mencarinya besok."
Tidak terasa hari semakin larut. Dari balik jendela, Dean memandangi bulan yang begitu cantik memancarkan sinarnya.
Hujan telah berhenti sejak satu jam yang lalu. Pandangannya beralih pada aspal yang masih sedikit basah karena hujan yang begitu deras. Dean suka sekali menikmati ketenangan seperti ini. Melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan, membuat hati dan jiwanya tentram.
"Bagaimana jika malam ini kita bergantian untuk berjaga?" Kenzo menyarankan.
Mereka pun setuju.
"Setiap berapa jam dilakukan pergantian penjaga?" tanya Oliver.
"Tiga jam sekali," sahut Kenzo. "Tiap tiga jam akan ada dua orang yang berjaga," sambungnya.
Pada jam pertama, mereka sepakat bahwa Elvio dan Dean yang berjaga. Elvio dan Dean tidak keberatan akan hal itu. Mereka menyetujuinya dengan senang hati.
Elvio dan Dean mengobrol santai agar mereka tidak mengantuk selama tiga jam ke depan. Teman-temannya yang lain tidur di ruang utama beralaskan selimut yang mereka ambil dari kamar-kamar yang berada di lantai dua. Mereka juga mengambil beberapa bantal dan guling agar tidur terasa lebih nyenyak.
Lampu jalanan mati total, tidak ada yang menyala. Hanya sinar dari bulan indah yang berada di langit sebagai penerang dunia luar.
Elvio dan Dean sengaja hanya menyalakan lampu redup di bagian ruang utama supaya tidak mengundang seseorang yang bisa mengancam keselamatan mereka datang ke rumah itu. Lampu-lampu di lantai dua dan di belakang rumah pun juga mereka matikan.
Elvio dan Dean menyandarkan punggungnya ke dinding seraya mengobrol mengenai hal-hal kecil.
"Elvio, sepertinya ada yang mendekat," ucap Dean mengangkat jari telunjuknya ketika mendengar suara langkah kaki dari luar. Kemudian, Dean bangkit dari duduknya dan mengintip melalui jendela.
"Ada apa?" tanya Elvio yang tidak berani melihat ke arah luar. Ia masih dengan posisi awalnya yaitu bersandar pada dinding dengan pandangan yang menoleh pada Dean di sebelahnya.
"Ada dua zombie di luar. Cepat matikan lampu itu. Cahayanya bisa mengundang mereka mendekat ke sini," ucap Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZINEMA
Mystery / ThrillerGENRE : THRILLER - ZOMBIE ⛔ DILARANG KERAS PLAGIAT ‼️ Tiga anak remaja pergi ke bioskop setelah ujian sekolah berakhir. Di tengah menikmati film, tanpa mereka sadari di luar sana telah terjadi kekacauan besar yang sangat mengerikan. Di mana, sebuah...