Mereka pun berlari bersama-sama menuju ke lantai tiga, ruang siaran. Ruangan yang tadi Dean meminta kepada Kenzo untuk mengarahkan dronenya ke sana. Lebih tepatnya, ruangan yang berada di bawah ruangan klub robotik, tempat mereka berada sebelum pergi ke atap sekolah.
Saat menuruni anak tangga menuju ke lantai empat, terlihat dari kejauhan sekumpulan zombie menghalangi jalan mereka.
Dean meminta teman-temannya untuk tetap maju dan menghabisi para zombie itu. Mereka pun menarik napas dalam-dalam, meyakinkan diri bahwa semuanya akan berhasil jika mereka bekerja sama.
Mereka pun maju untuk melawan para zombie itu bersama-sama. Neo dan Zea hanya berdiam diri karena mereka tidak memiliki alat perlindungan diri apapun. Kendrick yang melihat hal itu begitu jengkel.
Beberapa zombie sudah berhasil mereka taklukkan. Dean meminta teman-temannya untuk melanjutkan perjalanan. Ia yang akan membereskan sisa zombie yang masih ada bersama Oliver, Jack, dan Kendrick.
Jack dan Kendrick terus menancapkan pisau mereka ke kepala monster itu berkali-kali tanpa rasa ampun. Zombie itu pun terjatuh ke lantai. Baju-baju mereka tampak kotor. Banyak noda-noda merah akibat pertarungan mereka melawan para zombie itu.
Setelah selesai, Dean meminta teman-temannya untuk menyusul yang lainnya. Koridor lantai empat tampak mengerikan. Banyak sekali mayat hidup yang berhamburan tidak bernyawa di sana.
Dean terkejut ketika melihat Edgar berada di tangga. "Kenapa kau ada di sini?"
"Aku mengkhawatirkan kalian," sahut Edgar.
Dean segera mengajak Edgar untuk menyusul teman-temannya yang lain. Mereka menuruni anak tangga, menuju ke lantai tiga, tempat tujuan mereka yaitu ruang siaran.
Setibanya di koridor lantai tiga, Dean terkejut ketika melihat teman-temannya berada di sana.
"Kenapa kalian berdiam diri?" seru Dean.
"Kami tidak bisa meninggalkanmu dan Oliver begitu saja. Pergilah bersama-sama," balas Kenzo.
Dean menggelengkan kepalanya. Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Kenzo mengarahkan mereka ke ruang siaran. Koridor lantai tiga tampak kosong melompong. Ke manakah perginya zombie-zombie itu?
Jack menyadari sesuatu. Di ruangan belakang tepat ia berdiri, dipenuhi oleh para zombie. Karena itu lah koridor lantai tiga tampak kosong, zombie-zombie itu berada di sana. Namun, pintu ruangan itu masih sedikit terbuka.
Jack bisa melihat para zombie di dalam sana melalui kaca kecil yang berada di pintu itu.
Lalu, Jack menyuruh Neo untuk menutup rapat pintu itu agar para zombie di dalamnya terkurung di sana dan tidak menjadi penghalang perjalanan mereka.
Neo awalnya menolak karena takut. Namun, Kendrick memaksanya dan mengancam akan mengadukannya kepada teman-temannya yang lain karena tidak membantu apa-apa.
Mendengar keributan, Evan yang berjalan paling belakang pun menoleh. "Ada apa?"
"Kami menyuruh Neo untuk menutup rapat pintu yang di dalamnya ada sekumpulan zombie, namun ia menolak," balas Kendrick.
Jack terus mendorong pelan tubuh Neo mendekat ke arah pintu itu. Meski lelaki itu berkali-kali menolak dan hampir menangis, namun Jack tetap memaksanya.
Neo sudah tiba di hadapan pintu itu. Ia menggerakkan tangannya perlahan untuk menutup pintu itu agar tertutup dengan sempurna. Namun, karena rasa takut yang begitu besar, Neo justru berteriak.
Mereka yang berada di sana tersentak kaget ketika melihat aksi Neo yang dapat memancing para zombie menjadi agresif dan kembali menyerang mereka.
Karena teriakan Neo yang begitu keras, satu zombie berlari menghampirinya. Zombie itu menerobos pintu di hadapan Neo. Pintu itu pun hancur tidak berbentuk. Neo terjatuh duduk dan memundurkan dirinya. Ia terpojokkan ke dinding di belakangnya.
Namun, zombie itu tidak menyerangnya, justru zombie itu menyerang Zea yang berada di sebelahnya.
Neo segera menarik baju Evan dan mendorongnya ke arah zombie yang siap menerkam Zea. Jack dan Kendrick terkejut melihat apa yang Neo lakukan. Ia sudah berkhianat dengan mengorbankan temannya sendiri.
"Lari, lari, lari!" seru Jack.
Kendrick masih tidak berniat untuk berpindah tempat. Ia melihat Evan yang dimangsa oleh para zombie itu di hadapannya. Masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Neo, Kendrick disadarkan dengan pukulan di pundak dari Jack.
Jack menarik lengan temannya itu untuk segera pergi dari sana dan menyusul teman-temannya yang lain di ruang siaran.
Sesampainya di depan ruang siaran, mereka memukul-mukul pintu di hadapannya agar segera dibukakan karena para zombie itu mulai berlari ke arah mereka. Oliver membukakan pintu untuk Jack dan Kendrick.
"Di mana Neo, Zea, dan Evan?" tanya Dean ketika yang kembali hanya Jack dan Kendrick.
Jack dan Kendrick benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa ke mereka.
Tiba-tiba, suara ketukan pintu kembali terdengar. Oliver membukanya. Neo dan Zea bergegas masuk.Dari ambang pintu, Oliver melihat sekumpulan zombie mulai berlari menghampiri mereka, cepat-cepat ia menutup kembali pintunya.
Bangunan sekolah ini memiliki koridor yang cukup panjang. Meskipun zombie-zombie itu berlari dari ujung ke ujung, mereka tidak mungkin tiba di depan ruang siaran secepat itu. Mungkin, setelah Oliver menutup pintunya, para zombie yang berada di luar itu kebingungan. Mereka tidak akan menjadi agresif ketika tidak melihat manusia di sekitarnya.
"Di mana Evan!" Dean berteriak karena tidak kunjung mendapat jawaban.
"Neo sudah berkhianat," ucap Jack.
Dean menghampiri Jack untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Ia berdiri di sebelahnya, menunggu lelaki itu buka suara. Namun, justru Kendrick yang angkat bicara.
"Dia mengorbankan Evan demi Zea." Hanya itu kalimat yang ke luar dari mulut Kendrick.
Suasana di ruang siaran itu sangat menegangkan. Tidak ada yang bersuara kecuali jika Dean bertanya. Dean menonjok keras wajah Neo. Lelaki itu tersungkur dan meringis kesakitan.
"Kenapa kau melakukan itu?" tanya Dean. "KENAPA KAU MELAKUKAN ITU, NEO? KAMI SUDAH MENGIZINKANMU UNTUK BERGABUNG BERSAMA KAMI."
Dean mengarahkan tangannya ke dinding. Ia berkali-kali memukul dinding itu hingga tangannya memerah dan kesakitan. Kenzo dan Edgar berusaha menenangkan Dean. Mereka semua merasa sedih setelah kehilangan salah satu temannya, Evan.
"Aku minta kalian berdua ke luar sekarang. Aku tidak menerima kalian lagi. PERGI!" seru Dean di hadapan Neo dan Zea.
"Pintunya akan aku bukakan untuk kalian," ketus Oliver.
Neo dan Zea dengan terpaksa memisahkan diri dari yang lainnya. Mereka pun ke luar dan menjadi santapan para monster di luar sana. Oliver segera menutup kembali pintunya.
Dean terus menangis. Ia duduk di kursi dekat jendela, mencoba untuk menenangkan dirinya. Semua yang ada di ruangan itu pun terdiam. Menangis tanpa suara.
Mereka tidak menyangka jika Neo bisa melakukan hal licik seperti itu. Mengorbankan orang lain demi seseorang? Jika bisa menyelamatkan keduanya, maka selamatkan lah keduanya.
"Jangan bersedih. Kau masih punya kami. Kami ada di sini untukmu," bisik Elvio yang duduk di sebelahnya.
Dean tak kuasa menanggung semuanya sendirian. Ia pun memeluk Elvio untuk membagi rasa sedihnya. Elvio menerima pelukan Dean dengan senang hati. Ia menepuk pelan pundak temannya itu agar sedikit tenang.
"Aku membenci mereka. Aku benci Neo," ucap Dean seraya menangis.
Elvio hanya diam seraya mendengarkan ocehan Dean. Ia tidak berani membalas ucapannya temannya itu di saat-saat seperti ini. Dean sangat terpukul kehilangan Evan. Elvio bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Dean, ia juga kehilangan seseorang yang ia sayangi lebih dari apapun, yaitu kedua orang tuanya.
Beruntungnya, Elvio memiliki Kenzo, temannya sejak ia masih kecil yang selalu ada di sisinya ketika ia butuh sosok untuk mengadu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZINEMA
Mystery / ThrillerGENRE : THRILLER - ZOMBIE ⛔ DILARANG KERAS PLAGIAT ‼️ Tiga anak remaja pergi ke bioskop setelah ujian sekolah berakhir. Di tengah menikmati film, tanpa mereka sadari di luar sana telah terjadi kekacauan besar yang sangat mengerikan. Di mana, sebuah...