16. At School : Find A Way Out

174 64 2
                                    

Setelah latihan selama beberapa jam, mereka duduk beramai-ramai di bawah pohon rindang di halaman sekolah. Halaman sekolah itu terletak tidak jauh dari lapangan yang dijadikan tempat mereka berlatih dan gedung olahraga yang biasanya dijadikan tempat pemberian arahan sejenak oleh pelatih tiap kali sebelum memulai latihan.

Mereka tertawa karena salah seorang temannya memberikan lelucon. Tempat mereka berada sekarang terletak sedikit lebih pojok dari bangunan-bangunan di sekitarnya.

Saat sekolah masih aktif, tempat itu memang biasa dijadikan tempat berkumpul mereka. Mereka membeli makanan dari kantin dan membawanya ke sana untuk dimakan bersama-sama. Mereka berasal dari kelas yang berbeda-beda. Namun, dengan tingkatan kelas yang sama.

Oliver melihat dari kejauhan ada siswa lain yang menghampiri mereka seraya berjalan sempoyongan. Sekolah memang sudah diliburkan karena ujian telah selesai, tetapi sekolah akan tetap buka jika seandainya ada siswa-siswi yang memang ada keperluan dipersilakan untuk datang ke sekolah menemui guru yang bersangkutan.

Oliver menaruh minumannya di sebelah Dean. Kemudian, lelaki itu menghampiri siswa itu. Belum sempat menanyakan bagaimana keadaannya, tiba-tiba saja siswa itu terjatuh. Tubuhnya kejang-kejang.

Melihat hal itu, Oliver memundurkan langkahnya. Teman-temannya yang lain bangkit dari duduknya karena penasaran apa yang akan terjadi setelahnya pada siswa itu.

Setelah beberapa detik berlalu, siswa itu bangkit dan berubah menjadi mayat hidup. Zombie itu berlari ke arah mereka. Dengan cepat, mereka memukul zombie itu berulang kali dengan tongkat bisbol masing-masing. Namun, zombie itu tidak kunjung mati dan terus bangkit seolah-olah ingin memakan mereka hidup-hidup.

Tiba-tiba, zombie itu menyerang Evan. Evan terjatuh dan berusaha menahan gigitan zombie itu menggunakan tongkat bisbolnya. Edgar menarik kerah baju zombie itu agar menjauh dari Evan. Kemudian, Dean membantu Evan untuk berdiri.

"Kita harus pergi dari sini!" seru Vasta setelah melihat sekumpulan zombie mulai menghampiri mereka.

Mereka berniat untuk menuju ke gerbang sekolah. Mereka pun berlari secepat mungkin. Ansell dan Axton berada di belakang untuk memperlambat laju monster itu agar mereka bisa ke luar melalui gerbang sekolah dengan selamat.

Namun sayangnya, setibanya di sana mereka melihat jika gerbang sekolah sudah terbuka dan dipenuhi oleh zombie. Bahkan, dua petugas yang berjaga pun sudah menjadi zombie masih dengan mengenakan seragam kerjanya.

Mau tidak mau, mereka harus berbalik arah dan memasuki bangunan sekolah. Para monster itu mulai berlari ke arah mereka dari arah berlawanan. Ansell dan Axton masih berada di belakang untuk memperlambat laju zombie itu.

Dean dan Oliver mengecek setiap pintu-pintu kelas, namun semuanya terkunci. Terpaksa mereka harus naik ke lantai dua.

Setibanya di sana, Dean dan Oliver berjalan lebih dulu, teman-temannya yang lain masih berada di lantai bawah untuk menghalau para monster itu.

"Semuanya terkunci!" seru Oliver.

"Lantai tiga!" balas Dean.

Oliver kembali menuju tangga dan berseru kepada teman-temannya untuk naik ke lantai tiga karena di lantai dua semua ruangan terkunci. Wajar hal itu terjadi karena sekolah sudah diliburkan, dan para siswa-siswi hanya perlu ke ruang guru jika ada keperluan.

"Ruang guru! Pasti petugas sekolah tidak mengunci ruangan itu," ucap Oliver setelah teringat sesuatu.

"Terlalu jauh! Ruang guru ada di lantai lima."

"Naik lift, Dean!" seru Oliver.

Oliver menoleh ke belakang, teman-temannya masih berusaha menahan pergerakan zombie yang setiap menitnya semakin bertambah.

Dean berlari menghampiri lift yang berada tidak jauh di hadapannya. Ia menekan tombolnya berkali-kali, namun tidak bisa. Dean baru ingat jika seluruh lift di sekolah itu sedang dalam perbaikan sejak beberapa Minggu yang lalu.

"Lantai tiga! Panggil yang lain untuk berlari saja. Mustahil mereka bisa menahan zombie sebanyak itu. Aku pergi duluan untuk mengecek apakah ada ruangan yang aman di lantai tiga atau tidak," ujar Dean sesaat setelahnya ia berlari menaiki anak tangga menuju ke lantai tiga.

Oliver berteriak pada teman-temannya untuk berlari saja karena mustahil mereka bisa menahan zombie yang semakin bermunculan. Mereka menuruti apa kata Oliver dan segera berlari menyusul Dean yang sudah lebih dulu menuju ke lantai tiga.

"Cepat, cepat!" ujar Kenzo.

Elvio terjatuh di tangga, Kenzo pun membantunya untuk berdiri. Sepertinya ia terjatuh karena terlalu panik. Kenzo membopong temannya karena kakinya terasa sakit bila digerakkan.

"Maafkan aku. Aku merepotkanmu," ucap Elvio.

Kenzo tidak menjawab, ia berusaha menyusul teman-temannya yang sudah berada jauh di hadapannya.

"Ruangan ini aman!" seru Dean. "Cepatlah!"

Kenzo dan Elvio yang berada jauh di belakang, berusaha untuk mempercepat langkahnya. Melihat kedua temannya sedang dalam bahaya, Ansell dan Axton berlari menghampiri mereka untuk menghalau zombie yang berada di belakang.

Ketika Ansell dan Axton sedang menghalau para monster itu, mereka menyuruh Kenzo dan Elvio agar lebih cepat karena mereka tidak mungkin menahan zombie-zombie itu dalam waktu yang lama. Ansell dan Axton berjalan mundur, menghindari serangan dari para monster itu.

Evan dan Edgar menghampiri Kenzo dan Elvio untuk membantunya berjalan sedikit lebih cepat. Dean yang berada diambang pintu ikutan panik melihat teman-temannya sedang dalam bahaya.

Ketika jarak Kenzo dan Elvio sudah dekat, Vasta berlari ke arah mereka untuk  membantunya cepat masuk ke ruangan.

Sedangkan, Evan dan Edgar membantu Ansell dan Axton. Mereka terus memukuli para monster itu, meski hal itu sia-sia karena tidak memberikan pengaruh apa-apa bagi zombie-zombie itu. Mereka hanya terjatuh lalu bangkit lagi.

Ketika Kenzo dan Elvio sudah masuk ke ruangan, begitu juga dengan Vasta, Dean berteriak pada keempat temannya agar pergi dari sana dan berlari dengan cepat memasuki ruangan.

Setibanya mereka di dalam ruangan itu, Oliver segera menutup pintunya. Mereka pun membuat barikade untuk menahan pintu itu. Mereka mengumpulkan kursi dan meja-meja di ruang kelas itu lalu menumpuknya.

Mereka saling melempar pandang satu sama lain kemudian tertawa bersama-sama.

"Tadi itu sangat gila!" Vasta terkekeh.

"Teman-teman," panggil Oliver. "Sepertinya tidak hanya ada kita di ruangan ini," ucap Oliver setelah melihat pergerakan kecil dari balik lemari.

"Apa maksudmu? Jangan membuatku takut," balas Evan.

Kenzo menempatkan Elvio di sebuah kursi berwarna coklat di dekat jendela. Elvio tidak bisa menggerakkan kakinya. Jika digerakkan, itu akan terasa begitu sakit. Kenzo meminta Elvio untuk menunggu. Setelah waktunya tepat, ia akan mengobati kakinya.

Oliver menghampiri sebuah lemari yang berada di pojok ruangan kelas itu. Dengan posisi yang siap memukul seraya memegang tongkat bisbolnya, ia memperpendek jaraknya dengan lemari berwarna coklat itu.

Teman-temannya yang berada di belakang juga memasang posisi siap, jaga-jaga jika memang ada zombie di balik lemari itu.

Dean menghampiri Oliver. Ia memutar lemari itu dari sisi yang lain. Jika seandainya memang benar ada zombie di balik lemari itu, zombie itu tidak bisa langsung menyerangnya. Ia memilih sisi yang aman untuk melindungi dirinya.

Setelah Dean memutar lemari itu, dua orang yang berada di sana terkejut.

"Kalian siapa?" tanya Oliver.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang