10. Mission Change : Go to Basement

257 110 84
                                    

Lev memikirkan bagaimana keadaan ibunya yang masih berada di rumah. Ia juga mencemaskan bagaimana keadaan  ayahnya yang masih bertugas hingga sekarang.

Ayahnya seorang polisi. Lev pikir, pasti ayahnya tahu banyak mengenai situasi yang terjadi sekarang ini. Dan alasan ayahnya tidak pulang semalam, pasti karena peristiwa ini.

Victor duduk di lantai bilik toilet dengan pandangan kosong ke depan. Hatinya cemas memikirkan bagaimana situasi di rumah sakit. Terutama keadaan kakak dan ibunya yang masih berada di sana.

"Tenang. Kau boleh khawatir, tapi jangan berlebihan. Belum tentu semua apa yang kau kira, itu benar-benar terjadi." Caroline menenangkan.

Victor melirik sekilas pada gadis di sebelahnya lalu tersenyum tipis.

Caroline menyamaratakan tingginya dengan Victor yang terduduk di lantai yang kering. Ia menepuk pelan pundak lelaki itu agar sedikit lebih tenang.

"Terima kasih, Caroline. Meski kita belum lama saling mengenal, tapi kau baik sekali," ujar Victor.

Caroline tersenyum.

Di sisi lain, Zero duduk termenung di atas kloset yang tertutup dengan satu kaleng minuman di genggamannya.

"Beth, kuharap kau bisa menjaga dirimu sendiri untuk kali ini saja. Kakak akan segera menjemputmu," batin Zero.

Suara-suara aneh dari pergerakan para monster itu tiba-tiba menghilang sedikit demi sedikit. Drake benar-benar memiliki pendengaran yang tajam.

"Suara pergerakan mereka menghilang. Apa mereka sudah tidak ada di luar?" tanya Drake.

Lev mengerutkan keningnya. "Siapa yang kau maksud?"

Drake menoleh pada Lev. "Para monster itu."

Lev segera menaiki kloset untuk memastikan bagaimana keadaan di luar sana.

Kosong.

"Mereka sudah pergi," sahut Drake.

Lev kebingungan. Bagaimana bisa para monster itu tiba-tiba pergi begitu saja?

"Apa kau serius?" Lev tidak yakin dengan pernyataan Drake.

"Aku serius. Jika tidak percaya, kau lihat saja sendiri." Drake mempersilakan Lev untuk menaiki kloset agar temannya itu bisa melihat situasi di luar.

"Kau benar! Tapi, bukankah itu aneh? Maksudku, apakah ada orang lain yang mengalihkan perhatian mereka?" Lev kebingungan.

Drake diam sejenak. "Apa yang kau katakan itu benar, Lev. Para monster itu tidak mungkin pergi sendiri tanpa ada sesuatu yang mengalihkan fokus mereka. Apakah masih ada orang lain yang hidup selain kita di bioskop ini?"

Lev dan Drake saling melempar pandang.

"Mungkin apa yang kau pikirkan ada benarnya," sahut Lev.

Drake menghela napas kasar. "Baiklah, jangan membuang-buang waktu. Kita harus segera pergi dari sini dan menuju basemen."

Selagi Drake merapikan busur panahnya, Lev mengetuk pembatas bilik antara bilik toilet dirinya dengan bilik toilet Zero.

"Sampaikan pada Victor dan Caroline bahwa kita akan pergi sekarang dan segera menuju basemen. Para monster itu tiba-tiba saja sudah pergi dari sini," kata Lev sedikit berbisik.

Lev takut jika ia berbicara terlalu besar, para monster itu akan datang lagi. Jadi, ia berusaha untuk merendahkan intonasi suaranya.

Setelah Drake siap dengan panahannya, mereka ke luar dari bilik toilet, begitu juga dengan Zero, Victor, dan Caroline.

Drake memimpin di depan. Lev, Victor, dan Zero berada di tengah, sedangkan Caroline di belakang.

Mereka bertiga merasa bersalah karena tidak bisa membantu apa-apa dan hanya mengandalkan perlindungan dari Drake dan Caroline.

Namun, Drake dan Caroline sama sekali tidak mempersalahkan hal tersebut. Di situasi seperti ini, rasa kepedulian antar sesama lebih diutamakan.

Mereka berjalan perlahan mendekati pintu masuk kamar mandi. Pandangan mereka tertuju ke segala arah. Mencoba berkonsentrasi dan berwaspada jikalau ada sesosok zombie yang tiba-tiba menghampiri.

Drake berjalan lebih dulu. Matanya melihat ke kanan-kiri. Dirasa aman, ia menyuruh teman-temannya yang berada di belakang untuk bergegas dan jangan menimbulkan suara sekecil apapun.

Caroline yang berjaga di belakang juga tidak lengah sedikitpun. Matanya selalu melihat ke segala sudut lobby bioskop. Busur panahnya siap meluncur jikalau para monster itu mendekat.

Mereka hampir tiba di pintu lobby. Drake mendorong pelan pintu kaca itu. Drake melihat, di belakang ada satu zombie. Namun, zombie itu melihat ke arah lain. Drake memberi isyarat menggunakan jarinya, menyuruh teman-temannya untuk tidak menimbulkan suara.

Mereka berjalan perlahan menghampiri Drake yang sedang menahan pintu kaca itu agar tidak tertutup.

Lev, Victor, dan Zero berhasil menghampiri Drake. Namun, saat bagian Caroline, tiba-tiba saja satu zombie menyerangnya dari sisi lain. Caroline tersungkur. Ia sangat terkejut dengan serangan yang muncul tiba-tiba itu.

Caroline berusaha menahan zombie itu dengan alat panahannya agar dirinya tidak tergigit. Drake tidak bisa berdiam diri. Ia masuk kembali ke lobby bioskop untuk menolong temannya. Drake menarik kasar zombie itu dan menyuruh Caroline untuk segera ke luar dan bergabung dengan Lev, Victor, dan Zero yang sudah berada di luar bioskop sesaat sebelum penyerangan itu terjadi.

Drake menghajar zombie itu dengan brutal. Meskipun zombie itu tidak mati, setidaknya ada jeda waktu yang Drake miliki untuk melarikan diri dan menutup pintu lobby bioskop. Karena suara keributan yang ditimbulkan antara Drake dengan zombie itu, berhasil memancing zombie-zombie lain mendekat ke arah mereka.

Drake berhasil mengikatkan seuntai tali pada gagang pintu itu agar para zombie yang mengejar mereka tidak bisa mengikuti.

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, mereka segera turun melalui eskalator. Setelah tiba di lantai 3, mereka segera berlari menuju pintu darurat yang langsung terhubung ke basemen.

Keadaan sekitar sangat kacau-balau. Banyak lampu-lampu toko yang padam dan pintu-pintu kaca yang pecah.

Keadaan masih baik-baik saja ketika mereka menaiki tangga darurat. Sejauh ini tidak ada halangan apapun. Namun, setibanya di pintu darurat yang mereka tuju, justru pintunya terkunci rapat dengan gembok besi yang menyelimutinya.

"Apa-apaan ini!" Drake berteriak frustasi sembari memukul-mukul pintu di hadapannya dengan cukup keras.

"Mereka akan datang jika kau terus berteriak, Drake," ucap Zero.

"Pasti ada cara untuk mengatasi ini. Berpikir jernih." Zero mencoba meyakinkan teman-temannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Tidak bisa, para monster itu pasti akan menelusuri tiap-tiap sudut yang ada di mall ini. Jika kita terlalu lama berdiam diri, kita akan mati." Lev ketakutan.

"Tenang, Lev. Aku mengerti, kau sangat ketakutan. Tapi, di saat-saat seperti ini, bertindak cepat tanpa berpikir dengan tepat, itu akan sia-sia," sahut Zero.

"Kita cari pintu lain!" Drake memutuskan.

Drake merasa, apa yang dikatakan oleh Lev ada benarnya. Jika mereka tidak cepat bertindak, para monster itu akan menghampiri mereka. Bahkan, jika mereka mati karena bunuh diri pun, para monster itu akan memakan jasad mereka, bukan?

"Turun ke lantai dua!" Drake memimpin.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang