23. Malignancy II

157 69 18
                                    

Sesudah mengantarkan Kenzo ke kamar mandi, mereka pun kembali ke ruang utama. Tidak terasa tiga jam sudah berlalu, saatnya pergantian penjaga. Kini giliran Oliver dan Kendrick.

Kenzo pun ingin ikut berjaga karena kantuknya hilang ketika ia terbangun di tengah malam. Edgar dan Jack pun segera membangunkan Oliver dan Kendrick.

Setelah kedua temannya terbangun, Edgar dan Jack pun memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk melanjutkan tidurnya.

Tidak ada yang berniat untuk memulai percakapan. Mereka sibuk dengan dirinya masing-masing. Oliver menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan tetap berusaha membuka matanya agar tidak tertidur karena udara malam yang begitu menyejukkan. Kendrick sesekali pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih untuk ia minum.

Sementara Kenzo, lelaki itu berkeliling melihat-lihat bingkai foto yang terpajang di dinding rumah. Meski semua fotonya tidak terlihat dengan jelas karena kurangnya pencahayaan, masih bisa sedikit terlihat di mata lelaki berambut kecoklatan itu.

Oliver dan Kenzo terkejut ketika mendengar suara benda jatuh. Kendrick segera mengangkat tangannya. "Aku tidak sengaja menjatuhkannya."

Oliver dan Kenzo pun menghela napasnya. Mereka kira itu adalah zombie yang berhasil masuk ke rumah.

Kendrick mengambil buku besar  yang berada di lantai itu. Setelah ia perhatikan, ternyata itu adalah album foto. Ia pun membuka album foto itu dan berhenti di halaman pertama. Di halaman pertama terdapat foto keluarga yang menempati rumah yang sekarang mereka jadikan tempat bermalam untuk sementara waktu.

Terlihat senyum mengembang menghiasi wajah anggota keluarga di foto itu. Mereka tampak bahagia dengan keluarga kecilnya. Namun sayangnya, sebuah virus datang merenggut kebahagiaan itu.

Kendrick berjalan ke sofa dan kemudian duduk di sana. Album itu masih berada di tangannya. Perlahan, ia membolak-balik halaman demi halaman. Ia melihat-lihat semua foto yang ada di album foto itu. Ada beberapa foto yang di sebelahnya ada sebuah catatan kecil berupa ungkapan rasa sayang ibu kepada anak dan istri kepada suaminya.

Tidak terasa waktu pun cepat berlalu. Pagi pun hampir tiba. Mereka segera membangunkan teman-temannya untuk bergegas melanjutkan perjalanan. Jika mereka lambat bergerak, mereka takut akan ada semakin banyak bahaya yang menghampiri mereka.

Tidak butuh waktu lama untuk bersiap-siap. Setelah selesai, mereka segera ke luar dari rumah itu dengan sikap waspada.

Kemudian, mereka berjalan ke arah kiri. Masih belum ada tujuan untuk pergi ke mana. Terlihat dari kejauhan, ada sekumpulan zombie di sana. Jumlahnya mungkin ratusan. Namun anehnya, para zombie itu hanya diam dan tidak berlari ke arah mereka seperti biasanya.

Mereka bingung apa yang harus mereka lakukan. Mustahil pisau-pisau mereka bisa menghabisi zombie yang bahkan jumlahnya tidak terhitung. Ketika mereka berniat untuk pergi ke arah yang berlawanan, dua zombie berlari menghampiri mereka.

Dean yang menyadari sesuatu, mencoba memastikan apakah dugaannya benar atau tidak. Ketika kedua zombie itu sudah dekat, Dean bisa melihatnya dengan jelas.

"Neo dan Zea," gumam Dean.

Teman-temannya menoleh bersamaan ke arah Dean.

"Apa maksudmu?" tanya Oliver.

"Dua zombie itu adalah Neo dan Zea," balas Dean.

"Mereka berubah menjadi zombie?" Elvio keheranan seraya menajamkan penglihatannya.

Ketika Neo dan Zea tiba di hadapan Dean dan teman-temannya, mereka menyunggingkan senyum miring.

"Apa kabar?" sapa Neo.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang