18. At School : Go to Rooftop

154 64 0
                                    

Mereka bersiap-siap untuk pergi dari sana dan menuju atap sekolah. Bangunan sekolah mereka hanya memiliki lima lantai. Mereka hanya perlu naik satu lantai lagi agar bisa tiba di tempat tujuan mereka.

Setelah semuanya siap, Axton membuka pintu. Ia melihat ke kanan-kiri untuk memastikan apakah situasi aman atau tidak. Setelah yakin bahwa semuanya aman, Axton menyuruh teman-temannya untuk bergegas.

Mereka berlari dengan cepat. Menaiki anak tangga untuk tiba di sana. Beruntung, pintu besi di hadapan mereka tidak terkunci. Ansell membuka pintunya dan setelah teman-temannya berada di atap sekolah, ia kembali menutup pintu itu.

Seluruh sudut sekolah bisa terlihat dengan jelas dari atas sana. Kenzo membantu Elvio untuk duduk di salah satu jejeran kursi yang ada di sana. Kursi-kursi yang berada di atap sekolah, biasanya sudah tidak terpakai, namun masih layak untuk ditempati.

Tanpa mengulur waktu, mereka berkerja sama untuk membuat tulisan SOS seperti yang disarankan oleh Ansell. Mereka menggunakan barang-barang bekas yang ada seperti tali dan yang lain untuk membuat kode tanda bahaya dalam internasional itu. Mereka berharap ada yang datang untuk menyelamatkan mereka.

Setelah selesai, mereka duduk dengan membuat sebuah lingkaran di tengah-tengah. Tidak ada yang berbicara. Semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hampir satu jam mereka menunggu di sana, namun belum juga ada tanda-tanda penyelamatan.

Ansell menajamkan pendengarannya ketika mendengar suara helikopter yang mendekat. Ternyata memang benar, ada helikopter di atas mereka. Mereka bangun dari duduknya dan melambaikan tangannya ke arah helikopter itu. Mereka juga menggunakan papan kayu agar seseorang yang mengemudikan helikopter itu melihat ke arah mereka yang berada di bawah.

Mereka terharu karena usahanya tidak sia-sia. Helikopter itu mendekatkan diri kepada mereka. Namun, baru saja mereka maju selangkah, pasukan militer itu menodongkan senjatanya ke arah mereka. Mereka mengangkat kedua tangannya seraya menjauhkan diri perlahan. Mereka merasa heran ketika melihat penolakan dari pasukan militer itu.

"Masuk ke dalam!" ucap salah seorang dari mereka. "Kalian sudah terinfeksi."

"Cepat! Masuk ke dalam sebelum kami menembak kalian," tambah seseorang yang lain.

Salah seorang pasukan militer itu melayangkan tembakan ke udara kosong untuk membuat mereka ketakutan. Karena merasa terancam, mereka memutuskan untuk kembali masuk ke bangunan sekolah dan menutup pintunya. Pasukan militer itu terus menerus menggedor-gedor pintu besi di belakang mereka. Mereka bingung apa yang akan mereka lakukan setelah ini.

Dean melihat ke lantai bawah, ada sesosok zombie yang sedang berjalan lurus di sana. Bersamaan dengan itu, Oliver memukulkan tongkat bisbolnya ke dinding. Zombie itu pun menoleh ke arah mereka dan berlari menaiki tangga. Mereka terkejut ketika tiba-tiba sesosok zombie muncul di hadapannya. Ansell dan Axton berkali-kali memukul kepala zombie itu, namun monster di hadapannya tidak kunjung mati.

Di detik-detik kepasrahan, datang Jack dan Kendrick yang langsung menancapkan pisau ke kepala zombie itu berulang kali. Zombie itu pun berhasil tumbang.

"Mereka tidak akan mati jika kalian hanya memukulnya dengan tongkat yang selalu kalian banggakan itu," ketus Jack.

"Mengapa kalian di sini?" tanya Kendrick. "Ada siapa di luar? Pasukan militer?" Kendrick segera menerobos dan menyuruh mereka semua untuk minggir ketika mendengar deru mesin helikopter di luar sana. Edgar menahannya dan menjelaskan tentang pasukan militer yang ingin membunuh mereka.

"Pasukan militer akan menolong kita, bukan membunuh kita," sahut Jack.

"Mereka tidak seperti yang kalian bayangkan. Mereka bukan penyelamat kita!" seru Edgar.

Jack menonjok pipi Edgar dengan keras. "Kau berani berbicara dengan nada tinggi padaku?"

"Memangnya kau siapa?" Edgar tersenyum miring di hadapan Jack. Pukulan tadi meninggalkan memar berwarna kebiruan di pipinya. Meski hanya sekali tonjokan, itu benar-benar terasa menyakitkan.

Jack mengepal tangannya kuat-kuat. Ia berancang-ancang untuk mendorong Edgar. Sebelum niat Jack terlaksana, Edgar lebih dulu mendorong tubuh Jack ke samping. Alhasil, lelaki itu terjatuh ke bawah dan terkapar di lantai.

Bangunan sekolah memang hanya memiliki lima lantai. Namun, untuk tiba di atap sekolah, mereka perlu naik satu tangga lagi yang berada di lantai lima.

Jack jatuh dengan posisi tengkurap. Ia perlahan membalikkan tubuhnya. Menarik napasnya dalam-dalam. Tubuhnya benar-benar terasa sakit, seolah-olah tulang-belulangnya sudah remuk. Jack melayangkan tatapan penuh amarah pada Edgar yang masih bisa ia lihat dari bawah sana.

"Perundung seperti kalian hanya bisa merugikan orang lain," seru Edgar dari atas sana.

Kendrick menuruni anak tangga. Kemudian, ia menghampiri Jack untuk membantunya agar bisa kembali berdiri.

"Sebaiknya kita bergabung bersama mereka," bisik Kendrick.

Jack menggeleng dan melempar pandang ke arah lain. "Tidak mau."

"Jumlah mereka banyak. Mereka juga memiliki alat perlindungan diri yaitu tongkat bisbol. Meski alat itu tidak bisa digunakan untuk membunuh para monster di luar sana."

"Kita juga punya pisau," balas Jack.

Ketika Jack dan Kendrick berada di gedung kosong saat melakukan pembullyan pada Neo dan Zea, mereka melarikan diri lebih dulu tanpa memberitahu apa yang sedang terjadi kepada Neo dan Zea.

Entah bagaimana caranya Neo dan Zea berhasil selamat dan kemudian bergabung dengan anak klub bisbol lebih dulu. 

Saat berlari menyelamatkan diri di tengah kejaran para zombie, Jack dan Kendrick memasuki area kantin dan menutup pintu kacanya.

Cepat-cepat mereka menuju tempat memasak dan menemukan banyak sekali alat pemotong seperti pisau di sana. Mereka mengambil dua buah.

Dari kejauhan, mereka melihat bahwa pintu kaca tidak lama lagi akan roboh karena zombie-zombie di luar sana terus mendorongnya.

Mereka berlari menuju pintu kecil yang berada di dapur dan kemudian menuju bangunan sekolah.

Sama seperti anak klub bisbol, awalnya mereka ingin ke luar melalui gerbang sekolah. Namun, karena di sana sudah tidak ada harapan, akhirnya mereka terpaksa masuk ke gedung sekolah.

Sebenarnya, mereka bisa ke luar dengan cara memanjat melalui tembok di halaman belakang sekolah. Namun, selain tembok itu cukup tinggi, mereka juga harus memutar terlalu jauh. Itu sebabnya, tidak ada jalan ke luar selain memasuki bangunan sekolah untuk berlindung sementara waktu. Hanya bangunan sekolah itu lah yang terlintas di benak mereka saat itu.

Mereka berjuang mati-matian mencari tempat berlindung karena hampir semua ruangan di dalam bangunan itu terkunci. Sebelum mereka bertemu dengan anak-anak dari klub bisbol, mereka berlindung di kamar mandi sekolah. Karena menyadari bahwa tidak bisa terus menerus bertahan di sana, akhirnya mereka mencoba ke luar dan berakhir dengan bertemu anak-anak dari klub bisbol, dengan Neo dan juga Zea.

Kendrick menghela napasnya karena menerima penolakan dari Jack. "Jika kau tidak mau ikut, aku akan bergabung sendiri dengan mereka."

Jack menautkan kedua alisnya.

"Hey! Apakah boleh aku bergabung bersama kalian?" Kendrick berteriak dari bawah.

"Tidak," ucap Edgar spontan.

"Oh, ayolah! Kita bisa bekerja sama. Kalian punya tongkat bisbol, aku punya pisau," sahut Kendrick. "Kita bisa bunuh para zombie itu bersama-sama." 

Edgar diam sejenak. Ia tampak menimbang-nimbang. Kemudian, ia bertanya kepada teman-temannya mengenai persetujuan mereka.

"Izinkan saja," sahut Vasta.

Teman-temannya yang lain pun setuju dengan ucapan Vasta. Mau tidak mau, Edgar juga ikut menyetujuinya.

Kendrick menoleh pada Jack. Menunggu kata-kata yang ke luar dari mulut temannya itu.

"Baiklah, aku ikut," ujar Jack.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang