05. Zombie

346 133 84
                                    

Sesampainya di lantai empat, Victor segera mengantre untuk membeli tiket. Sementara Lev dan Zero menunggu.

"Anak tadi cukup aneh," gumam Zero.

"Dia tidak meminta maaf padaku sama sekali." Lev masih kesal.

"Setelah selesai menonton, kau bisa membeli es krim lagi, Lev. Di tempat yang sama." Zero mencoba menenangkan Lev.

Tampaknya perkataan Zero tak memberi pengaruh apa-apa. Seseorang yang aneh berjalan secara tidak hati-hati yang mengakibatkan es krim miliknya terjatuh, itu membuatnya merasa cukup kesal. Meski itu hal sepele, Lev merasa jengkel.

"Mau pesan minuman dan juga popcorn?" tawar Zero.

Lev mengangguk.

Selagi Victor mengantre memesan tiket, mereka berdua membeli minuman dan popcorn. Sebelumnya, Victor sudah tahu film apa yang ingin mereka tonton. Jadi, Lev tidak memberitahunya lagi. Ia cukup mengatakan 'film zombie', Victor pun sudah tahu film apa yang Lev maksud.

Zero memesan popcorn rasa caramel, sementara Lev memesan popcorn rasa pedas. Mereka membelikan Victor popcorn yang sama dengan Zero. Untuk minumannya, mereka memesan sama.

"Aku sudah membeli tiketnya. Kita akan menonton di studio 7," ucap Victor.

Zero memberikan popcorn dan minuman yang sudah dibeli pada Victor.

"Terima kasih."

Zero mengangguk.

Mereka berjalan santai menuju studio 7. Sesekali Lev dan Victor memakan popcorn miliknya. Studionya terletak agak pojok dari tempat memesan tiket tadi. Terlihat ada beberapa orang yang sedang menunggu waktu menontonnya tiba. Sekitar 15 menit lagi.

Mereka bertiga duduk bersebelahan. Entah kenapa, Zero merasa tidak tenang. Ia merasa takut. Tapi, entah takut dengan apa. Ia merasa, seperti akan ada sesuatu yang terjadi. Sesuatu yang berbahaya untuk dirinya, kedua temannya, dan juga orang lain.

"Popcorn milikku sangat pedas." Lev terlihat sedikit berkeringat.

"Siapa suruh kau memilih rasa itu," sahut Victor tak habis pikir.

"Aku hanya penasaran."

Victor menggelengkan kepalanya.

"Kau mau mencoba popcorn milikku?" tawar Zero pada Lev. Ia merasa kasihan pada temannya itu.

"Apa boleh?" tanya Lev.

"Jika tidak diperbolehkan, aku tidak mungkin menawarkannya padamu, Lev."

Lev terkekeh. Ia mengambil beberapa popcorn milik Zero.

"Rasanya enak sekali. Terima kasih."

Zero mengangguk.

"Bagaimana keadaan ibumu?" tanya Zero pada Victor.

"Cukup buruk," balas Victor.

"Kakakmu menemaninya di rumah sakit?" tanya Lev.

Victor mengangguk. "Iya, Kak Vienna menemaninya sepanjang waktu. Bahkan, ia sampai lupa dengan dirinya sendiri. Kalau aku tidak mengingatkannya makan, dia tidak akan makan."

"Bagaimana rasanya punya Adik dan juga Kakak?" Lev memandangi Zero dan Victor bergantian. "Aku anak tunggal."

"Bukankah Beth sudah mengatakan berkali-kali padamu bahwa dia tidak keberatan jika kau menganggapnya sebagai Adik?" sahut Zero.

"Kak Vienna juga tidak keberatan jika kau menganggapnya sebagai Kakak. Aku pun begitu." Victor tersenyum.

Dan, bagaimana rasanya mempunyai orangtua yang lengkap? Zero membatin.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang