06. First Mission : Go to School

345 127 76
                                    

Mereka terkejut ketika melihat keadaan di luar studio 7. Benar-benar kacau. Serpihan kaca berserakan di mana-mana. Darah telapak tangan menempel di dinding-dinding dan juga pintu studio lain.

Tak lupa, Zero mengganjal pintu studio 7 dengan sebuah sofa, sesaat sebelum zombie yang menyerang Lev bangkit untuk mengejar mereka kembali.

"Bagaimana dengan orang-orang yang masih terjebak di dalam? Kita harus menyelamatkan mereka!" seru Victor.

Sebenarnya, Zero ingin melakukan hal yang sama seperti yang Victor inginkan. Namun, hati dan pikirannya menolak.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lev. Pandangannya menyiratkan rasa takut yang begitu besar.

"Zombie." Hanya itu yang bisa Zero katakan untuk menjawab pertanyaan Lev. Ia tidak tahu lebih jauh tentang apa yang sedang terjadi.

Koridor studio 7 tampak begitu sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Seolah-olah hanya mereka bertiga lah manusia yang tersisa di sana.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Lev.

"Ke rumah masing-masing," balas Zero.

"Apa kita akan melakukannya sendiri-sendiri?" tanya Victor.

Zero menggeleng. "Tidak. Kita akan melakukannya bersama."

"Kita ke rumah sakit tempat di mana Ibu Victor dirawat. Bukankah kakakmu ada di sana?" Zero memastikan.

Victor mengangguk. "Ya, Kak Vienna ada di sana."

Zero memilih rumah sakit lebih dulu, karena tempat itu yang jaraknya paling dekat dengan mall tempat mereka berada sekarang. Tanpa membuang waktu lagi, mereka berjalan perlahan menuju pintu ke luar lobby.

Mereka tidak membawa apapun untuk melindungi diri. Tabung fire extinguisher yang tadi digunakan untuk menyelamatkan Lev, Zero tinggal di dalam studio 7. Ia lupa untuk membawanya kembali.

Mereka berjalan membuat lingkaran yang membelakangi satu sama lain yang dipimpin oleh Zero di bagian depan. 

Ketika ingin berbelok, Zero mengedarkan pandangannya ke kiri dan kanan untuk berjaga-jaga. Sialnya, sesosok zombie datang dengan berlari ke arahnya. Mereka bertiga terkejut.

"Masuk ke ruangan itu!" seru Zero.

Victor dan Lev bergegas masuk ke ruangan yang ditunjuk Zero dan segera menutup kembali pintunya. Lalu, Zero meraba-raba dinding untuk mencari saklar lampu untuk melihat ada apa saja di dalam ruangan tersebut.

Tidak ada apa-apa di dalam ruangan itu. Tapi, ada beberapa makanan dan minuman yang tersusun rapi di rak.

"Wabah zombie ini tidak mungkin hanya berlangsung beberapa hari. Kita harus memiliki stok makanan dan minuman untuk beberapa hari ke depan," ujar Zero.

Lev meraba kantung celananya. Ia menyadari ada sesuatu yang hilang. Ponselnya.

"Ponselku hilang!" seru Lev panik. Ia tidak bisa menghubungi ibunya yang berada di rumah. "Sepertinya terjatuh saat aku diserang zombie tadi."

"Kau bisa pakai ponsel milikku," tawar Victor sembari menyodorkan ponselnya pada Lev.

Lev menggeleng. "Aku tidak hapal nomor ibuku." Lev menundukkan pandangannya.

Zero mendekat pada Lev. Mengelus pelan pundak temannya itu. "Jangan khawatir. Kita akan ke rumahmu setelah dari rumah sakit."

Sebenarnya, Zero juga mengkhawatirkan Beth yang sendirian di rumah. Ia berharap, adiknya benar-benar menaati larangan yang ia ucapkan untuk tidak membukakan pintu jika ada orang asing yang datang ke rumah.

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang