26. To Zero's house

173 71 15
                                    

Sesudah mengobati kedua tangan adiknya, Dean memberikan Drake sebuah roti untuk ia makan. Persediaan makanan kelompok Dean masih cukup untuk beberapa hari ke depan.

Jack, Kendrick, dan Edgar pun juga makan. Mereka makan biskuit dan minum minuman kaleng.

Drake teringat kembali dengan kesalahannya pada Victor. Ia berhutang maaf kepada lelaki itu. Drake bangkit dari duduknya dan menghampiri Victor.

"Maaf," ucapnya seraya mengulurkan tangan.

Victor diam sejenak dan kemudian ia tertawa. "Aku sudah memaafkanmu."

Drake menghela napas lega. Lalu, kembali teringat pada kejadian beberapa waktu yang lalu.

Ketika Drake sudah siap meluncurkan anak panahnya, Vienna menggigit tangan adiknya. Victor meringis kesakitan. Vienna pun terbebas dan menghalangi Drake kembali.

Bersamaan dengan itu, Drake meluncurkan anak panahnya. Anak panah itu mengenai bahu Vienna. Drake terkejut. Vienna pun jatuh terduduk dengan tangan yang terus memegangi bahunya.

Victor menangis dan mendorong Drake secara kasar karena ia telah melukai kakaknya, meski itu ketidaksengajaan. Pandangan Drake beralih pada Caroline. Tanpa pikir panjang, ia mengarahkan panahnya ke zombie itu. Kali ini, tepat sasaran. Anak panahnya tertancap di kepala zombie itu. Caroline berlari menghampiri Vienna.

Mereka pun berkenalan satu sama lain, kecuali Lev dan Zero yang wajahnya tampak murung. Drake pun menghampiri kedua temannya itu untuk menanyakan apa yang sedang mereka pikirkan.

"Aku harus kembali ke rumah untuk menyelamatkan Beth," ucap Zero yang bangkit dari duduknya.

Drake menahan Zero untuk tidak pergi sendiri. Mereka harus tetap bersama supaya bisa melindungi satu sama lain.

Terlebih lagi, Zero dan Lev tidak memiliki alat perlindungan diri. Tidak seperti kelompok Dean yang memang mereka adalah anak-anak dari klub bisbol. Meski tongkat bisbolnya tidak bisa membuat para zombie itu mati, setidaknya mereka masih memiliki alat perlindungan diri.

Tidak hanya kelompok Dean, Jack dan Kendrick juga memiliki masing-masing sebilah pisau. Sedangkan, Drake dan Caroline, mereka adalah anak-anak klub dari pemanah di sekolahnya.

"Aku dan Zero akan pergi bersama. Aku harus menjemput ibuku." Lev bersikeras untuk tetap pergi.

Drake berkali-kali membujuk mereka untuk tidak pergi dan dibantu oleh Dean juga. Namun, Zero dan Lev tetap keras kepala. Daripada mereka saling berpencar, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan lagi. Berhubung bahu Vienna dan tangan Dean juga sudah diobati.

Oliver, Dean, Edgar, dan Kenzo, memberikan tongkat bisbol mereka kepada Lev, Victor, Zero, dan Vienna. Sedangkan, mereka menggunakan pisau-pisau yang sudah dibawakan oleh Dean ketika mereka melarikan diri dari serangan zombie di supermarket beberapa waktu lalu.

Drake meminta Zero dan Jack untuk tidak lupa membawa persediaan makanan dan minuman. Drake meminta Zero untuk menyimpan laptop yang tadi mereka bawa dari ruangan Dokter Jacob dengan aman. Zero pun segera memasukkan laptop itu ke dalam tasnya yang juga berisi makanan dan minuman.

Zero dan Lev terpaksa meninggalkan sepeda mereka di rumah sakit. Kedua sepeda itu pun sudah hancur karena injakan kaki dari para zombie ketika mereka di sana.

Mereka pun memulai perjalanan menuju rumah Zero lebih dulu karena jaraknya lebih dekat dibandingkan dengan rumah Lev. Setelah dari rumah Zero, mereka akan segera menuju rumah Lev untuk menyelamatkan ibunya.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Di tengah-tengah perjalanan, Drake membuka suara. "Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan," ucapnya.

Mereka yang berada di barisan belakang pun berusaha menajamkan pendengarannya. Drake, Zero, dan Lev berada di barisan depan.

"Pertama, aku dan Zero menemukan sebuah laptop yang berisi penyebab dan akibat mengapa virus zombie ini bisa terjadi. Kedua, Pasifix Corporation mengatakan mengenai ciri-ciri orang yang terinfeksi virus antara lain adalah keluarnya darah dari hidung, mata memerah, dan merasakan pusing yang begitu hebat," jelas Drake.

"Pasifix Corporation? Bukankah itu perusahaan Farmasi terbesar?" Oliver memastikan.

Zero mengangguk. "Virus itu berasal dari sana."

"Kenapa bisa?" Kenzo penasaran.

"Ada seseorang bernama James. Putrinya menjadi korban pelecehan. Tapi, pemerintah dan masyarakat menutup mata atas kasus itu. James menjadi depresi dan mengurung diri di rumah sepanjang hari," ucap Zero.

"Suatu hari, James mendengar perbincangan antara dua orang. Lalu, James merekam pernyataan seorang pria yang mengatakan pada lawan bicaranya bahwa ia melakukan kecurangan di perusahaan Pasifix tempatnya bekerja.

Kemudian, James memaksa pria itu untuk membuat sebuah cairan berbahaya yang ia racik sendiri. James mengancam pria itu akan memberikan rekaman video tadi kepada atasannya. Pria itu sedang mengalami krisis ekonomi di keluarganya. Mau tidak mau, ia menuruti permintaan James," sambung Drake.

"Kedua orang tua kalian," ujar Drake seraya menoleh ke arah Victor dan Vienna. Kemudian, ia melanjutkan kata-katanya. "Kedua orang tua kalian adalah subjek kedua dari eksperimen Dokter Jacob."

"Siapa Dokter Jacob?" tanya Elvio.

"Dokter Jacob adalah Dokter yang merawat ibu Victor dan Vienna. Dokter Jacob dan James adalah teman baik. James juga mengancam akan membunuh keluarga Dokter Jacob jika dia tidak mau menuruti permintaan James." Zero menjelaskan.

"Tapi, ketika melakukan uji coba pada subjek kedua, Dokter Jacob mulai merasakan penyesalan. Jadi, dia mencoba membuat sebuah obat penawar pada ibu kalian," ucap Drake menatap Victor dan Vienna. "Tapi, obat penawar itu gagal dan justru merubah ibu kalian menjadi zombie lebih cepat dari waktu yang sudah diperkirakan."

"Siapa subjek pertama dari eksperimen itu?" tanya Dean.

"Zombie itu masih berada di ruangan Dokter Jacob," sahut Drake.

"Apakah ada subjek lain setelah subjek kedua?" tanya Kenzo.

Zero mengangguk. "Ada, tapi zombie itu berhasil melarikan diri. Dan dia adalah zombie pertama yang menyebarkan virus ini."

"Sebelumnya, Dokter Jacob sudah mencoba obat penawar yang ia racik ulang pada subjek ketiga, namun gagal." Drake menambahkan.

"Di mana Dokter Jacob? Aku akan membunuhnya," ucap Victor seraya mengepalkan kedua tangannya.

"Dia sudah membunuh dirinya sendiri," balas Zero.

"Kenapa dia bunuh diri?" tanya Edgar.

"Dia merasa bersalah dan sudah tidak memiliki alasan untuk hidup karena keluarganya pun mati akibat eksperimen gila yang ia buat sendiri," sahut Zero. "Dan menurut sepengetahuan Dokter Jacob, pekerja dari perusahaan Pasifix itu sudah dipecat secara tidak hormat."

"Siapa subjek pertamanya?" tanya Oliver yang masih ingin tahu lebih banyak.

"Subjek pertamanya tidak memiliki identitas. Dia adalah korban kecelakaan. Dia juga pasien dari rumah sakit tempat Dokter Jacob bekerja," sahut Zero.

Tiba-tiba saja seorang anak lelaki berpakaian serba hitam dengan topi berwarna abu-abu menabrak Lev yang berada di barisan depan.

Lev mencoba memperhatikan wajah lelaki itu. Lev kembali teringat pada seseorang yang menyenggolnya ketika ia berada di mall dan mengakibatkan es krimnya jatuh. Meski anak lelaki di hadapannya memakai masker, Lev masih mengingat jelas itu adalah orang yang sama.

"Di sana! Di sana ada pasukan militer! Cepat berlindung!" teriak anak lelaki itu.

"Tenanglah. Siapa namamu?" tanya Drake.

Lev menyenggol pelan lengan Zero yang berada di sebelahnya. "Kau ingat anak lelaki yang membuat es krimku terjatuh? Dia lah orangnya," bisik Lev.

"Tolong bawa aku pergi bersama kalian. Aku takut. Di sana ada pasukan militer! Mereka membunuh semuanya!"

"Siapa namamu?" tanya Drake sekali lagi seraya mencoba menenangkan anak lelaki itu. Mereka seumuran. Namun, Drake sedikit lebih tinggi darinya.

"Vigo. Namaku Vigo!"

ZINEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang