Bab 06 Pemerkosaan Massal Tentara Jepang

209 6 1
                                    

Scanne Kejadian:

(Pemerintahan Jepang yang dipimpin Letnan I Jemada merubah pemerintahan bentukan Belanda menjadi Asahan Bunsyu yang membawahi Fuku Bunsyu Batubara yang berkedudukan di Labuhan Ruku.)

***
Malam gelap dengan cahaya seadanya, dimar ublik menemani kesunyian yang mendadak menjadi sangat ricuh. Bagaimana tidak, para wanita yang berhasil ditangkap oleh bangsa Jepang telah dibawa ke pusat kantor di Labuhan Ruku, Batubara.

Penyekapan wanita-wanita cantik itu adalah untuk menjadikan mereka budak seksual para lelaki yang haus nafsu ketika malam tiba. Mareka menurunkan tawanan dari atas mobil konvoi, dan meyeretnya masuk ke dalam sebuah bangunan penyekapan.

Terdapat ratusan wanita di sana, baik yang sudah punya suami, bahkan anak remaja berusia di bawah tujuh belas tahun. Tidak tanggung-tanggung dalam memilih budak seksual, para tentara Jepang pun mengambil wanita sesuai selera mereka.

"You, come with me. We're going to have fun tonight." Ajak salah seorang tentara yang sedang membawa senapan laras panjang.
Artinya: Kamu, ikut dengan saya. Kita akan bersenang-senang malam ini.

"Jangan! Kenapa harus saya. Jangan pernah lakukan itu, karena saya sudah punya suami," pungkas wanita berambut pendek di pojok ruangan.

Dengan memaksa dan menarik tangan wanita itu, lelaki yang sudah menatap dengan penuh nafsu pun hanya sejurus pada lekuk dada targetnya saja.

"If you don't want to, then I will kill you right here. Are you ready to die?" tanya lelaki berkumis tipis itu.
Artinya: Kalau kamu tidak mau, maka saya akan membunuh kamu di sini. Apakah kamu sudah siap untuk mati?

Mendengar ucapan tersebut, wanita yang tidak bisa berbahasa Inggris itu hanya terdiam. Dari nada suara tentara di hadapannya sudah sangat marah, pasti pengancaman telah dikatakan olehnya saat ini.

Di dalam ruangan itu, para wanita lainnya memekik dan menolak akan ajakan tentara Jepang. Namun, satu persatu terdiam akibat sodoran senapan di kepala mereka. Alhasil, mau tidak mau, tawanan pun hanya mengikuti permaianan yang hendak dilakukan oleh lelaki tersebut.

Mereka pun mendapat giliran masing-masing, hanya menunggu kapan ajakan lelaki bersenjata itu memerlukan mereka. Dengan beberapa suntikan, mereka berikan pada bokong wanita yang akan digagahi, agar mereka tidak punya anak dan keturunan itu tidak bertambah.

Terjadilah pemerkosaan massal antara wanita penyekapan dan tentara Jepang di Labuhan Ruku. Teriakan, isak tangis, bahkan sakit di alami dan hanya menggema seluruh ruangan.

Dengan kasarnya, Jepang akan membunuh jika ada dari wanita itu yang melawan. Sehingga mereka hanya berdiam diri, kala para lelaki bersenjata itu melicuti pakaian mereka secara paksa.

Setelah sekian jam berlalu sebuah peristiwa pemerkosaan, wanita yang belum mendapat giliran pun disekap pada ruangan, agar ada pembeda dengan yang sudah mereka gagahi malam ini. Begitulah kejamnya bangsa Jepang dalam memerlakukan rakyat di negeri ini.

Bukan hanya Romusha (kerja paksa) yang mereka lakukan, tetapi memperbudak seksual pada wanita-wanita juga telah dilaksanakan.

Malam yang gelap hanya ada dimar ublik sebagai penerang. Seorang wanita bernama Sri Minarti mencoba membangunkan dirinya dari pelukan tentara Jepang.

Tepat di sebuah ruang yang jauh dari kata layak, mereka telah menghabiskan waktu dengan berhubungan intim. Kegelisahan, serta merasa ternodai membuat Sri ingin meninggalkan lokasi tersebut.

Melihat lelaki di sampingnya telah tertidur pulas, Sri pun membangkitkan badan secara perlahan dan mencoba untuk memakai pakaiannya yang telah robek menjadi beberapa bagian. Namun, dia sudah tidak punya pakaian lain, sehingga hanya itulah yang dia pakai.

Bersama isak tangis yang sangat lirih, Sri pun mencoba untuk menapak keluar dari ruang yang sudah mengambil perawannya itu. Tapakkan kaki membawanya menuju belakang gedung, di sana sudah ada beberapa tentara yang tengah menjaga.

Dengan menarik napas berat, Sri pun berjalan perlahan dan menuju koridor sebelah kanan. Untuk mengatur siasat, wanita berusia tujuh belas tahun itu sengaja mengambil sebuah kaleng bekas minuman, lalu dia melemparkannya di atas lantai.

Suara kaleng itu memecah keheningan malam, membuat para penjaga pintu bagian belakang pun menoleh ke pusat lokasi.

"What sound is that?" tanya lelaki yang menggunakan topi miring.
Artinya: Suara apa itu?

"Just check there, maybe there is a woman who wants to run away," ujar yang satunya.
Artinya: Coba saja cek ke sana, barangkali ada wanita yang hendak melarikan diri.

"Are you still here?" tawar lelaki bertopi miring itu.
Artinya: Apakah kau tetap berada di sini?

"If you're scared, I'll go to that location too. Come on, we'll see, before the commander finds out that a woman is on the run," sergah lelaki bermata sipit itu.
Artinya: Kalau kau takut, aku akan ikut ke lokasi itu juga. Ayo, kita lihat, sebelum komandan tahu bahwa ada wanita yang kabur.

Setelah tarik ulur dalam memutuskan hal, mereka berdua pun pergi dari lokasi penjagaan. Kemudian Sri menuju pintu belakang dan sudah menantikan kepergian mereka dari tempat semula.

Bersama napas yang ngos-ngosan, wanita berusia remaja itu keluar dan berlari sangat kencang.

Setibanya di belakang pohon kelapa, Sri meletakkan badannya seraya mengintip ke gedung semula. Para penjaga telah kembali dengan langkah yang sangat laju. Lalu, wanita berambut sepinggang itu mulai pergi menuju jalan setapak dan entah ke mana akan membawanya.

Malam itu sangatlah sunyi, para pasukan Jepang tidak melakukan patroli dan konvoi seperti biasanya, karena mereka sengaja ingin menggagahi wanita-wanita yang baru saja ditangkap pagi tadi.

Sri pun tetap berlari dan berhenti di sebuah pepohonan, lalu dia melanjutkan aksinya dan melintasi sungai yang ketika semula dia lewati ketika bersama kakaknya.

Kali ini, Sri hanya membebaskan diri masing-masing, tidak mungkin dia mengajak saudaranya di dalam sana.

Langkah kaki yang semakin lelah, membawa Sri ke sebuah tempat. Jauh dari lokasi penyekapan, dan di sana telah ada beberapa orang sedang melintas. Karena merasa tidak kenal, wanita berusia tujuh belas tahun itu mengendap-endap dan menghindar.

Dia takut kalau orang tersebut adalah bagian dari lelaki bersenjata yang baru saja memperkosanya. Sehingga, rasa traumatis menghantui dan membuat jiwanya semakin waspada ketika melihat orang asing.

Gerimis pun mengguyur wilayah Asahan, angin kencang mendadak hadir dan membasahi semua yang ditimpah oleh tetes tangisan langit mendung. Tepat di sebuah goa, Sri pun mendudukkan badan, sesekali dia menyentuh perutnya karena menahan lapar.

Kemudian, wanita berusia remaja itu menyentuh bokongnya. Bekas suntikan yang diberikan oleh tentara Jepang sebelum menggagahi, terasa sangat sakit dan membuat Sri menangis kecil.

'Ya, Allah ... kenapa hidup kami seperti ini. Apa salah kami, semua berubah setelah manusia bermata sipit itu datang. Apa maunya mereka, sampai mengambil mahkota yang selama ini kami jaga.'

Suasana semakin gelap, terpaan angin merayap lubang pori-pori dan membuat Sri Minarti tertidur dengan posisi meringkuk. Di dalam sebuah goa, yang belum pernah terlihat semasa hidupnya.

'Seandainya aku akan mati di sini, aku pasrah dan rela. Asal tidak mati dalam pemerkosaan yang dilakukan lelaki bajingan itu lagi,' omel Sri dalam hatinya.

Bersambung ...

Baret Merah (Kekejaman Tentara Jepang Yang Meluluhlantakkan Asahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang