Bab 15 Proklamasi 17 Agustus 1945

24 3 0
                                    

Setibanya di dalam sebuah lokasi, Arjuna pun mendudukkan badannya seraya menatap mantap seisi kamar. Para lelaki berseragam tentara itu telah membekuk seseorang di pojok ruangan.

Karena merasa sangat aneh, Arjuna hanya mendelik dan mendengarkan sebuah percakapan di sebuah ruangan yang ada di dalam kamar tersebut.

Seketika, lelaki yang tertutup sebuah kain berwarna putih pun dibuka lebar oleh tentara itu. Sebuah penglihatan tak lazim terpampang jelas, dia adalah Ustaz Arifin—selaku petuah di barak Arjuna tinggal.

Mendapati hal tersebut, remaja berambut cepak itu mencoba membangkitkan badannya. Kemudian, para tentara itu menahan Arjuna untuk berdiri.

"What are you doing! Stay seated or we will kill you now!" pekik seorang tentara berkumis tebal, kehadirannya sangat asing kali ini.
Artinya: Apa yang kau lakukan! Tetap duduk atau kami akan membunuhmu sekarang!

"Apa yang telah kalian lakukan pada Ustaz Arifin!" teriak Arjuna.

Mendengar ucapan bernada tinggi itu, salah seorang tentara memukul mulut Arjuna menggunakan pangkal senapannya. Kemudian, remaja berusia dua puluh enam tahun itu membuang tatapan. Darah keluar dari bibirnya, ditimpali dengan posisi badannya juga bergeser.

"Your presence here is only to explain, what is the meaning of this letter." Pimpinan dari tentara Jepang itu memerlihatkan secarik kertas yang telah ditulis tangan, mereka tidak tahu bahasa Jawa sama sekali.
Artinya: Kehadiranmu di sini hanya untuk menjelaskan, apa arti dari surat ini.

Mendapati ucapan dari secarik kertas itu, Arjuna pun tercengang. Tertulis bahwa, sang pengirim adalah Ustaz Mustafa dan Bupati Abdullah Eteng. Namun, di bagian bawah ucapan, terdapat kata-kata untuk mereka ingin meninggalkan wilayah Tanjung Balai dan sekitarnya.

Karena merasa sangat tidak masuk akal, Arjuna pun mulai berkata dengan ucapan manipulasi. Apa yang dia singkap sedikit berbeda, kalau rakyat dan seluruh warga di tanah air ini rela mati demi mempertahankan tanah air.

"OK, I will answer in English. However, it would sound strange if this delivery was wrong. It was written in the letter that the people and the regent would attack the intruders." Kemudian, Arjuna menjeda ucapannya.
Artinya: Baiklah, saya akan menjawab dengan bahasa Inggris. Namun, akan kedengaran aneh jika penyampaian ini salah. Tertulis di surat itu, kalau para masyarakat dan bupati akan menyerang penyusup.

"Oke, next," seru Letnan I Jemada.
Artinya: Baiklah, selanjutnya.

"Based on the announcement on the radio, a notification has been broadcast that Indonesia has ...." Karena tulisan itu telah terkena air, membuat Arjuna tidak bisa membacanya.
Artinya: Berdasarkan pengumuman di radio, telah tersiar sebuah pemberitahuan kalau Indonesia telah.

Tidak berapa lama, suara teriakan terdengar dari luar ruangan. Membuat para tentara itu pergi keluar dan berbondong-bondong membawa senjata.

Karena Ustaz Arifin telah tidur telentang, membuat Arjuna membangkitkan diri dan membuka kain penutup separuh badannya.

Tampak jelas di bagian perut Uztaz Arifin telah ada darah yang keluar tanpa henti. 'Astaga! Jadi ... yang tadi malam kena tembak adalah—Ustaz?'

Selepas bertanya dalam hati, Arjuna pun menutup wajah dari si ustaz dan dia meneteskan air mata. "Ustaz ... maafkan aku yang tidak bisa melindungimu."

Air mata yang bergerak sejurus membasahi pipi, membuat Arjuna kembali memutar kilas balik perihal sang sahabat yang mendadak terlintas di pikirannya.

Dengan cepat, remaja bercelana panjang itu membangkitkan badan seraya berjalan meninggalkan Ustaz Arifin.

Baret Merah (Kekejaman Tentara Jepang Yang Meluluhlantakkan Asahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang