Bab 29 Kehadiran Pasukan Belanda di Simpang Kawat

14 2 0
                                    

Setibanya di depan kantor yang berpusat di Simpang Kawat, Lettu Ahmad Nurdin Lubis dan beberapa jajarannya mendapati sebuah pemandangan yang tidak biasa.

Pelatihan tentara yang diyakini akan membuat pertempuran melawan pasukan Belanda membuahkan hasil maksimal. Kala itu, Arjuna pun memasuki barisan yang dipimpin oleh Komandan Lettu Ahmad Nurdin Lubis.

Hari berganti hari, memboyong sang waktu bergerak lebih cepat dari biasanya. Orang-orang yang saat itu masih latihan, mendadak berhenti dan bersiap siaga menjaga portal pertahanan.

Tentara yang terdiri dari berbagai jajaran membawa senjata lengkap. Serta masyarakat yang kala itu memadati area jalan lintas, sedia mati demi mempertahankan negara Indonesia.

Ketika siang hari, Lettu Ahmad Nurdin Lubis memasuki markas dan mengambil senjata. Dibantu oleh para tentara, mereka membawa senjata di teras depan kantor. Manakala pasukan Belanda datang, akan digempur habis-habisan tanpa sisa.

Kali ini tidak secara grilya, melainkan bertatap muka langsung untuk melakukan perlawanan itu. Tepat di barisan pertahanan, para pasukan khusus dikerahkan secara grilya dan tidak bergabung dengan pasukan lainnya.

Untuk mengantisipasi kehadiran pasukan bermobil konvoi, harus benar-benar siap siaga.

"Mulai hari ini, kita akan melakukan penjagaan lebih ketat. Sesuai strategi awal kita, ambil bagian masing-masing. Laksanakan!" teriak Lettu Ahmad Nurdin Lubis, selaku komandan dalam mengambil alih anggota bela negara.

"Laksanakan!" sergah para anggota pasukan khusus.

Satu persatu anggota pertempuran mengambil bagian. Perbatasan telah dijaga ketat dari segala arah. Mulai dari Simpang Kawat, Sipaku dan Hessa.

Arloji bergerak terus-menerus. Namun, wilayah yang telah diperkiraan akan kehadiran pasukan Belanda, tidak tiba di jam tersebut. Tentara masih berada di lokasi perbatasan, mereka menahan haus dan lapar.

Senjata telah ada di tangan masing-masing, bahkan ada yang tengah tiarap agar tidak terlihat persembunyian tersebut.

***
Tepat di Kota Tanjung Balai, pasukan Belanda pun bersiap siaga untuk menaiki mobil konvoi masing-masing. Mereka akan bergerak di siang menjelang sore itu. Senjata lengkap beserta pasukan telah siap siaga, hanya menunggu pimpinan perang keluar dari ruangan.

"Commander, are we going to do battle today?" tanya seorang prajurit di barisan.
Artinya: Komandan, apakah kita akan melakukan pertempuran hari ini?

"That's right, we will do battle and kill the regent Abdullah and his staff," jawab pimpinan perang yang baru saja keluar dari dalam kamar.
Artinya: Benar, kita akan melakukan pertempuran dan membunuh Bupati Abdullah beserta jajarannya.

Siang itu, pimpinan dari tentara Belanda tengah menggagahi seorang wanita budak seksual di dalam kamar. Beberapa warga sipil yang ditangkap itu menggunakan kain panjang sebagai penutup badan, mereka pun ingin melarikan diri.

Setelah diketahui wilayah akan ditinggal dalam waktu lama, wanita-wanita itu bergegas keluar dan menuju arah belakang. Namun, hiruk-pikuk terdengar dari pusat ruangan.

Pimpinan yang kala itu menoleh, mengetahui kepergian beberapa wanita budak seksual para pasukan Belanda.

"Commander, it looks like those ladies escaped from our room," kata seorang perajurit yang baru saja memperbaiki resleting calananya.
Artinya: Komandan, sepertinya wanita-wanita itu melarikan diri dari ruangan kita.

"Chase them and bring them before me!" seru pimpinan pasukan.
Artinya: Kejar mereka dan bawa ke hadapan saya!

"Do it, Commander!" sergah beberapa perajurit.
Artinya: Laksanakan, Komandan!

Beberapa lelaki yang kala itu berada di barisan pun berlari untuk mengejar wanita-wanita budak seksual. Mereka baru saja digagahi oleh para pasukan Belanda sebelum perang akan dilaksanakan. Tertangkaplah enam wanita cantik dengan rambut acak-acakan, mengenakan kemban dan kain panjang.

"Jangan lakukan ini pada kami, jangan sakiti kami," rengek wanita yang mengenakan kemban.

"Bring them before me now!" teriak komandan perang, dengan nada suara yang sangat gagah.
Artinya: Bawa mereka ke hadapan saya sekarang!

Wanita-wanita itu telah berada di depan barisan tentara pasukan, mereka hanya merengek dan ketakutan akan hal kejam diperlakukan oleh mereka lagi. Komandan perang kala itu menarik tangan salah satu dari keenam wanita di hadapannya.

"What are you doing out there? How dare you run away from here."
Artinya: Apa yang kau lakukan di luar sana? Beraninya kau melarikan diri dari sini.

"Jangan sakiti kami, biarkan kami pergi sekarang," jawab wanita itu.

Komandan dari pimpinan perang mendorong badan wanita berbadan semampai itu dengan keras, sehingga mereka terjatuh di tanah dan mendudukkan badan. Kekejaman tentara Belanda semakin merajalela. Padahal, sebelumnya tidak pernah begitu.

Wanita-wanita yang tertangkap itu selalu mendapat perlakukan baik, walaupun sama-sama untuk tempat pelampiasan seksual. Namun, adrenalin para tentara Belanda sangat memuncak ditambah kekesalan akibat kepergian seluruh lapisan masyarakat di Bandar Pulau.

Dengan mengambil senapan laras panjang, si pimpinan menembak keenam wanita itu sangat bringas. Satu persatu tawanan pun tewas seketika.

Sementara di barisan pertahanan, para lelaki yang pernah menggagahi tubuh wanita itu meringis penuh kemenangan.

"I never told you to leave. If you want to go, then now I grant it." Dengan bengisnya, pimpinan perang membuang kembali senapan di badan perajurit.
Artinya: Saya tidak pernah menyuruh kalian untuk pergi. Jika ingin pergi, maka sekarang saya kabulkan.

Mayat-mayat tak bernyawa itu telah terbujur di samping kantor tempat mereka berkumpul. Kemudian masing-masing pimpinan yang telah mendapat jatah terakhir dari para wanita masyarakat sipil bergerak menaiki mobil mereka.

"We destroy Asahan now ...!" teriak kompeni Belanda.
Artinya: Kita musnahkan Asahan sekarang ...!

Mobil perang pun akhirnya bergerak menuju jalan lintas, membawa pasukan dua kali lebih banyak dari biasanya. Kali ini, koloni Belanda tidak main-main dalam memberikan gempuran, karena sempat tersiar beberapa bulan lalu lewat selebaran-selebaran yang diberikan.

Sementara di jalan raya, koloni Belanda menembakkan senapan beberapa kali ke rumah-rumah warga yang telah kosong. Entah apa maksud mereka, karena itu adalah cara kejam yang dilakukan agar tidak ada sisa lagi warga sipil di Asahan.

Selat Lancang dan Sungai Dua telah porak-poranda, kemudian pasukan Belanda melalui jalan Simpang Empat menuju Simpang Kawat.

Tebakan awal Lettu Ahmad Nurdin Lubis Benar, kalau pasukan Balanda akan melalui jalan tersebut untuk menuju Bandar Pulau. Namun, tepat di portal batas wilayah Simpang Kawat, para tentara yang menjaga telah mendapati pemandangan yang selama ini dinantikan.

Seorang tentara menyentuh pundak sahabatnya di samping kanan. "Lihat ke arah sana, apakah itu adalah pasukan Balanda?"

"Benar, mereka telah sampai di wilayah perbatasan. Tolong berikan kabar pada Komandan di tempat, agar mereka bersiap siaga!"

"Laksanakan!" sergahnya.

Seraya berlari sangat kencang, tentara di perbatasan wilayah menembakkan senapannya dia atas udara sebanyak tiga kali.

Pertanda itu didengar oleh para pasukan siap mati di Simpang Kawat. Mereka menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya dari mulut.

"Pasukan Belanda telah datang ...!" teriak para tentara di wilayah utama perbatasan.

Bersambung ...

Baret Merah (Kekejaman Tentara Jepang Yang Meluluhlantakkan Asahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang