Scene Kejadian:
(Sejarah peristiwa ini berawal pada tanggal 13 Maret 1942, saat tentara Jepang mendarat di Pantai Perupuk bergerak menuju dan menyerang Tanjung Balai, sehingga Belanda menyerah dan Jepang menduduki Asahan.)
Prolog:
Masyarakat berbaris rapi di pesisir Pantai Perupuk yang terletak di Batubara, Sumatra Utara. Mereka mendapati penglihatan tak lazim setelah Belanda menguasai Indonesia ratusan tahun lamanya.
Seluruh pasang mata tercengang mendapati hal tersebut, karena tentara dari negara asing datang lagi, bersenjata lengkap, dan memikili mata sipit. Awalnya masyarakat mengira, kalau Belanda telah menjemput sekutu untuk bekerjasama.
Kehadiran tentara yang membawa kapal berukuran besar menepi di Pelabuhan Ruku, mereka turun dari anak tangga dan memantau sekitar pesisir Pantai Perupuk atau lebih dikenal dengan Pantai Sejarah.
(Mari kita mengulas sedikit perihal kejadian di tahun 1942.)
Melihat potensi yang kaya akan beraneka ragam hasil alam, Jepang pun tertarik singgah ke Sumatra dengan membawa pasukan bersenjata dan ingin menguasai wilayah. Ini adalah kisah ketika perang dunia ke-II terjadi.
"Mau apa mereka datang ke daerah kita, Pak?" tanya seorang lelaki yang menggunakan topi berwarna kuning.
"Aku tidak tahu pasti, apa mau mereka hadir ke daerah seperti ini. Mungkin, ingin membantu Koloni Belanda dalam mengambil alih wilayah tempat tinggal kita."
"Apakah mereka akan membunuh kita semua yang ada di sini?" tanya seorang wanita berambut sepinggang itu.
"Sepertinya kita harus pergi dari sini, sebelum mati karena senapan milik mereka itu," ujar seseorang yang menjadi pimpinan regu dalam kehidupan bermasyarakat di kota Batubara itu.
Para masyarakat pun mendadak bubar dan meninggalkan pantai Perupuk dan berjalan untuk ke tempat pengungsian, tidak ada satu pun yang berani menemui para Koloni Jepang yang datang saat itu.
Masyarakat percaya, kalau tentara yang hadir barusan adalah sekutu dari Belanda yang memang telah menjajah ratusan tahun lamanya di tanah air Indonesia.
Bab 01 Tanjung Balai Tahun 1942
Dari setiap sudut kota telah di hadirkan oleh penglihatan tak lazim karena hadirnya tentara bersenjata, memiliki badan tinggi, berkulit putih, dan mata yang sipit. Mereka mendarat melalui jalur laut, dah berhenti di pelabuhan yang sedang porak poranda keadaannya.
Masyarakat Tanjung Balai menahan napas, cemas, dan takut. Terlebih kalau para tentara bermata sipit itu akan meluluhlantakkan daerah tempat tinggal mereka.
"Destory now ...," teriak seorang pemimpin perang yang baru saja tiba di Kota Tanjung Balai.
"Komandan! Sepertinya para sekutu dari negara asing datang lagi melalui jalur laut, mereka akan menguasai wilayah kita. Apa yang selanjutnya yang akan kita lakukan!" pekik seorang tentara remaja itu, namanya adalah Arjuna Perwira.
Sang komandan pun menghela napas panjang, lalu dia meletakkan telapak tangannya di pundak Arjuna. "Kita harus melawan, hidup atau mati."
"Laksanakan, Komandan!" Arjuna pun memberikan salam hormat kepada pemimpin mereka.
Melalui pengeras suara, Arjuna membunyikan alarm yang sangat keras untuk mengumpulkan para pasukan tentara, sebuah formasi yang baru saja dibentuk beberapa hari itu bukanlah berasal dari orang-orang yang terlatih. Namun, para rakyat Kota Tanjung Balai pun ikut ambil andil dalam bagiannya.
Tanpa berbekal senjata, dan hanya menggunakan bambu runcing, masyarakat dan tentara di Kota Tanjung Balai mendapat undangan berkumpul di sebuah lapangan terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baret Merah (Kekejaman Tentara Jepang Yang Meluluhlantakkan Asahan)
Ficción históricaRank 1 Penjajah: 5 Juli 2022 Rank 1 Menguasai: 5 Juli 2022 Rank 1 Sejarah: 5 Juli 2022 Bercerita tentang sejarah Desa Sipaku Area, mendapatkan sebutan Area karena telah mengalami pertempuran dahsyat antara Tentara Belanda, Jepang, dan Tentara Indone...