Bab 24 Penipu Yang Tertipu

10 2 0
                                    

Abdullah Eteng selaku Bupati dan komando perjuangan cq. Dewan Pertahanan bersama wakilnya Saidi Muli melihat bahwa sebagian besar daerah asal telah diduduki musuh, sehingga untuk memberikan perlawanan secara maksimal dengan kekuatan yang ada, dilakukan pendelegasian komando.

Untuk daerah asal Utara diberikan kepada Lauriencius Tampubolon yang berkedudukan di Pulau mandi yang kemudian markas komando ini dipindahkan ke Butrea Piasa Ulu. Untuk Asahan Selatan dipegang oleh Abdullah Eteng dan H. A. Dahlan yang berkedudukan di Tanjung Balai.

Pada tanggal 5 Agustus 1947, tentara Belanda dengan gencarnya melakukan penyerangan dan meluluhlantakkan Kota Tanjung Balai terutama Selat Lancang dan Sei Dua, namun tidak berhasil melumpuhkan pemerintahan Asahan karena sudah dipindahkan ke Bandar pulau.

"Where is the community? Why is everything so quiet like this?" tanya seorang pimpinan dari koloni Belanda.
Artinya: Di mana masyarakat? Kenapa semua menjadi sangat sunyi seperti ini?

"Have they been hiding somewhere. Impossible, because yesterday they were still in town in a neat line," jawab seorang wakil dari pimpinan koloni.
Artinya: Apakah mereka telah bersembunyi di suatu tempat. Tidak mungkin, karena kemarin masih saja ada di kota dengan berbaris rapi.

"All right, then we will go to the government office of Regent Abdullah. Perhaps they were hiding with the regent of the government," ajak pimpinan dari koloni Belanda.
Artinya: Baiklah, kalau begitu kita akan datangi kantor pemerintahan Bupati Abdullah. Brangkali mereka bersembunyi bersama bupati pemerintahan.

Koloni Balanda pun akhirnya memutuskan untuk menuju ke pusat kantor Bupati. Kala itu, dia telah mengenal siapa pimpinan di Kabupaten Asahan. Dengan menggunakan mobil konvoi, mereka bergegas meninggalkan Kota Tanjung Balai.

Selesai menggempur dan meluluhlantakkan Sei Dua dan Selat Lancang, penjajah Belanda kembali ingin menggempur wilayah Asahan yang lainnya. Menggunakan mobil sebagai kendaraan utama, mereka membawa senjata lengkap dan merasa tengah dipermainkan.

Biasanya ketika melintas, mereka selalu mendapati para penduduk yang lalu lalang di jalanan. Namun, saat ini sangat sunyi dan tidak tersisa sama sekali. Anggapan Belanda percuma melakukan penggempuran, kalau masyarakat lokal telah menghilang dari wilayah.

Setibanya di depan kantor bupati, mereka pun memberhentikan mobil konvoi. Satu persatu dari mereka turun dan memantau area. Para tentara Belanda menatap sekitar lokasi. Bahkan tempat yang menjadi pusat mereka berpijak juga sangat sunyi.

"Try checking into the office, maybe they are still hiding in there," suruh seorang pimpinan tentara Belanda.
Artinya: Coba kalian cek di dalam ruangan kantor, kemungkinan mereka masih bersembunyi di dalam sana.

"All right, Commander. We will check into and around the building," jawab para pasukan tentara Belanda.
Artinya: Baik, Komandan. Kami akan periksa ke dalam dan sekitar gedung.

Tujuh tentara Belanda pun bergeming di teras kantor, mereka mendapati pintu telah terkunci sangat rapat. Karena merasa sedang ditipu, komplotan mendobrak pintu dan mengarahkan senapan laras panjang yang mereka bawa.

Para komplotan itu memasuki ruangan, berjalan sangat gontai dan tiba di sebuah lokasi yang ukurannya lumayan luas. Secara saksama, mereka pun saling celingukan pada sebuah tumpukan kertas di atas meja.

Satu orang pun tidak ada di ruangan, termasuk Bupati Abdullah yang mereka tahu bertugas setiap hari di sana. Mereka pun menembakkan senapan menuju beberapa dinding dan lemari karena kesal. Lalu, datang lagi tentara dari depan halaman.

"Did they put up a fight?" tanya angkatan bersenjata yang baru saja tiba.
Artinya: Apakah mereka melakukan perlawanan?

"They are not here a single person, perhaps all have outwitted us and have left the city area," sergah komandan—pimpinan perang.
Artinya: Mereka tidak ada di sini satu orang pun, barangkali semua telah mengecoh kita dan telah pergi dari wilayah kota.

"All right, then let's get out of here and go back to the chief."
Artinya: Baiklah, kalau begitu kita keluar dari sini dan kembali menemui pimpinan.

Mereka pun bergegas meninggalkan ruangan yang telah porak poranda kareka kekesalan para tentara Belanda. Lemari yang telah pecah, serta tembok-tembok juga menjadi amukan para manusia berhati iblis itu.

Lelaki berkulit putih itu yang tergabung menjadi delapan orang bergegas keluar, mereka berlari dan kembali ke pusat temu di depan halaman kantor Bupati Asahan.

Setibanya di sana, pimpinan dari mereka sudah menduga dan membuang puntungan rokok di samping kanan kakinya. Lalu, dia menginjak dengan sepatu berukuran sangat besar.

"Report, Commander. They weren't in the room, had probably been gone for a few days," ujar pimpinan tentara.
Artinya: Lapor, Komandan. Mereka sudah tidak ada di ruangan, kemungkinan telah pergi sejak beberapa hari.

Mendengar ucapan itu, pimpinan perang pun hanya membuang ludahnya di depan para tentara miliknya. Emosi memuncak, kemudian dia melayangkan kaki kanannya pada salah satu tentara di samping.

"God damn it! We must quickly find them, dead or alive!" pekiknya.
Artinya: Kurang ajar! Kita harus secepatnya menemukan mereka, hidup atau mati!

Sementara tentara yang mendapatkan pukulan keras dari kaki sang pemimpin, hanya meringis kesakitan dan memegang perutnya. Tanpa mampu membalas, dia menahan semua karena konsekwensi besar akan diterima jika melawan.

"We're leaving this place now! Back to the city center ...!" teriak pemimpin perang.
Artinya: Kita tinggalkan tempat ini sekarang! Kembali ke pusat kota ...!

Mendengar perintah itu, pasukan tentara pun berbaris sangat rapi membawa senapan. Mereka kembali berlari dan mengikuti mobil konvoi yang dibawa oleh pimpinan. Gerak lambat dari kendaraan itu masih dapat diikuti oleh komplotan.

Di sepanjang jalan menuju kota, pimpinan Balanda hanya menarik napas karena gagal untuk meluluhlantakkan wilayah Asahan. Padahal, rencananya selepas kepergian Jepang, akan mengambil alih kekuasaan.

Untuk tetap tinggal, mereka tidak mungkin. Penyusunan strategi baru akhirnya kembali mereka buat. Untuk hari ini, para tentara Belanda hanya mengitari setiap sudut kota dan daerah terpencil sekitar.

Harapan mereka agar bertemu salah satu warga sipil untuk dipaksa menunjukkan di mana kepergian masyarakat dan Bupati Abdullah. Namun, kegagalan demi kegagalan untuk mengambil alih wilayah telah terjadi.

Para kompeni berkedudukan di Selat Lancang, Tanjung Balai. Daerah yang pernah hancur beberapa tahun akibat hadirnya Japang dari jalur laut. Kini, hanya puing-puing bangunan kosong yang telah porak-poranda.

Pelatihan terus dilakukan untuk antisipasi para tentara Belanda, mereka sedikit was-was, jika perang secara tiba-tiba dilakukan oleh warga sipil seperti yang pernah terjadi di Laburan Ruku, beberapa tahun lalu.

Akibat peperangan itu, Jepang pun memutuskan untuk pergi dari wilayah. Kali ini, jumlah yang tengah didatangkan dari Belanda sangat banyak, sehingga kekalahan hanya akan berpengaruh sangat kecil untuk mereka.

Wilayah kota yang semula sangat indah, tertata sangat rapi, berubah menjadi lautan darah manusia. Bangunan hasil kerja keras warga, telah hancur dan porak-poranda.

Begitulah keadaan Kota Tanjung Balai, setelah penjajah Jepang hadir.

Bersambung ...

Baret Merah (Kekejaman Tentara Jepang Yang Meluluhlantakkan Asahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang