08. IS : Undangan Pesta

436 16 0
                                    

Seperti hari biasa, Zain telah sampai di kantor pagi ini. Karyawan yang berpapasan dengan Zain tak lupa menyapa dan memberikan senyum sopan padanya. Dan tak jarang ada yang memberikan ucapan selamat atas pernikahan bosnya itu.

Zain duduk di kursi kerjanya, seperkian detik berikutnya Bima datang dengan membawa kertas undangan.

"Undungan untukmu, Tuan. Pesta jamuan sore ini di Restoran Moonlight," ungkap Bima sembari meletakkan kertas undangan di meja kerja Zain.

"Dari siapa?"

"Tuan Farhan."

"Kenapa si Farhan tidak datang langsung saja memberitahuku?"

"Saya kurang tahu, Tuan. Yang pasti tuan diminta datang bersama istri Anda."

"Dia bukan istriku. Sore ini aku akan datang bersama Luna."

"Tapi, Tuan-"

Zain memotong perkataan Bima. "Tidak usah banyak bicara. Kau bisa keluar sekarang."

Tidak mau terlalu ikut campur, Bima akhirnya pamit keluar, namun Zain menghentikannya.

"Tunggu sebentar, aku mau nanya. Siapa yang memberitahu karyawan kantor kalau aku sudah menikah? Bukanya aku sudah perintahkan kau untuk tutup mulut, hah?!"

"Maaf, Tuan. Bukan saya orangnya. Tapi Nyonya Maya yang telah mengumumkan bahwa Anda telah menikah sekarang," jawab Bima lalu pamit keluar.

"Sudah ku duga," ucap Zain, pelan.

Detik berikutnya Zain mengambil handphone, berniat menelpon Luna. Tak butuh waktu lama, sang kekasih pun menjawab panggilan dari Zain.

"Pagi, Sayang. Oh ya, apa nanti sore kau sibuk?" ucap Zain.

"Oh, hai Sayang. Sepertinya aku engga sibuk, kenapa?"

"Nanti sore temani aku ke pesta jamuan di Restoran Moonlight, apa kau bisa datang?"

"Tentu, dengan senang hati, Sayang."

"Oke, baiklah. Aku mau meeting, aku tutup dulu teleponnya."

Zain pun mengakhiri pembicaraan dalam telepon. Setelah itu, ia bergegas keluar ruangannya untuk meeting bersama klien di cafe dekat kantor.

***

Maya datang berkunjung ke rumah Zain. Ia melihat Alisa tengah sibuk memasak di dapur. Tadinya ia berniat membantu menantunya itu, tapi Alisa dengan sopan menolaknya.

Alisa menyuruh ibu mertuanya untuk istirahat saja di taman belakang, sebentar lagi ia akan selesai memasak.

Usai memasak, Alisa menghampiri Maya yang tengah duduk di kursi taman belakang rumah. Ia memberikan secangkir teh kepada ibu mertuanya.

"Gimana kabar, Mama?" tanya Alisa memulai pembicaraan.

"Alhamdulillah baik, kamu gimana, Nak?" Maya bertanya balik.

"Iya, aku baik, Ma," balas Alisa sambil memberikan senyuman.

Maya menyesap teh buatan Alisa. Setelah itu, ia menaruh cangkir kembali ke atas meja kecil samping tempat duduknya.

"Oh ya, ku dengar sore ini akan ada pesta jamuan yang diadakan temannya Zain. Apa dia sudah memberitahumu?"

Alisa terdiam sejenak, sejauh ini Zain belum memberitahu dirinya. Jadi, Alisa hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban untuk Maya.

"Apa? Belum? Yasudah, sekarang telpon suamimu itu," pinta Maya.

Alisa termenung, ia tidak tau harus menjawab apa. Bukan tidak punya handphone, kemarin ia sudah membelinya. Tapi masalahnya, sekarang ini ia tidak memiliki kontak Zain. Ia tidak berani meminta, mana mau Mas Zain memberikannya, begitu pikir Alisa.

IM SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang