24. IS : Honeymoon?

539 12 0
                                    

Hai, selamat malam semuanya.
Maaf mimin baru update.
Okey, langsung saja.. Selamat membaca..

Oh ya, jangan lupa untuk vote & comment ya🤗

***

Pagi telah tiba, sinar matahari memasuki sela-sela gorden yang masih tertutup rapat. Di atas kasur ada sepasang pasutri yang tengah tertidur pulas. Siapa lagi kalau bukan Zain dan Alisa. Perlahan Alisa mengerjap-ngerjapkan matanya, posisinya kini berada dalam dekapan Zain. Kedua tangannya bahkan ada di atas dada bidang suaminya. Saat Alisa hendak keluar dari dekapan, Zain langsung menariknya kembali.

“Apakah semalam tidurmu nyenyak?” tanya Zain usai membuka mata.

“Em, i-iya.” Alisa gugup.

“Kemarin malam kamu marah padaku. Lalu kenapa sekarang kamu bersandar begitu dekat denganku?” Zain menatap istrinya.

“Mas Zain lah yang dekat denganku kan?”

“Lihat belakangmu.”

Alisa menoleh ke arah belakangnya, dan benar saja. Dirinya lah yang mendekat ke arah Zain, bagian belakangnya masih terlihat sangat luas, kini iapun terbangun.

Zain tersenyum, “Yaudah sini, lanjutkan tidurnya,” ujar Zain sambil menepuk lengan kekarnya agar bisa dijadikan bantal bagi Alisa.

Sehabis pulang dari supermarket kemarin malam, Zain memaksa untuk melepas gips di tangannya. Sebab dirasa tangannya sudah agak membaik, awalnya Alisa menentang tetapi Zain bersikeras untuk membuka perban di tangannya. Karena kejadian inilah Alisa ngambek sama Zain, ditambah sebelumnya mereka telah bertemu dengan Cita, mantannya Zain waktu SMA.

Alisa masih terdiam, lantas Zain pun duduk terbangun, memegang kedua pundak Alisa lalu menghadapkan tubuh gadis itu ke arahnya. Wajahnya terlihat cemberut, tidak ada senyum-senyumnya sama sekali.

“Wajahnya Nyonya Raharja kok gitu, jelek sayang, senyum dong.”

“Apa? Jelek kamu bilang? Yaudah sana cari Nyonya Raharja baru, yang semalam sepertinya cocok!” Alisa menepis kedua tangan Zain yang berada di pundaknya.

“Masih marah soal Cita?”

“Jangan menyebut namanya di depanku ya, mas.”

“Atututu, sayangku lagi cemburu ya?”

“Engga!” Alisa mengarahkan pandangannya ke arah lain.

“Lah itu apa tadi? Cemburu kan?”

“Engga, Alis bilang enggak ya engga!”

“Udah gapapa, cemburu artinya tanda cinta. Mas biasanya juga gitu.”

Tanpa aba-aba, Zain mengecup singkat bibir istrinya. Sebelum akhirnya ia beranjak ke kamar mandi sambil tersenyum. Kini tinggal Alisa seorang diri di atas kasur yang masih syok. Setiap kali bibir mereka menempel, jantung Alisa selalu berdegup kencang.

“Mas Zain!!!”

“Morning kiss, sayang!” teriak Zain dari dalam kamar mandi.

Suaranya bahkan sangat keras hingga terdengar dari lantai bawah. Siapa sangka, di bawah ternyata ada Maya yang tengah menaiki tangga. Ibu Zain ini sudah sering kali keluar masuk rumah anaknya tanpa menunggu tuan rumah. Karena dia sendiri telah memiliki kunci cadangan rumah tersebut.

“Ya ampun, aku benar-benar gak sabar untuk mempunyai cucu,” ucapnya girang, lalu melanjutkan naik ke atas.

Tok, tok, tok!

Maya telah sampai di depan kamar Zain dan telah mengetuk pintu tersebut. Tak berselang lama, Alisa pun muncul dari balik pintu.

“Mama mau ketemu Mas Zain, ya?” tanya Alisa.

IM SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang