Sesuai janjinya, Zain mengajak Luna bersenang-senang hari ini. Dari diberikan kalung berlian sampai makan malam di restoran termewah. Mereka berdua terlihat bersenda gurau, Luna tersenyum-senyum melihat kalung berlian di tangannya.
"Sini, aku pakaikan."
Zain mengambil alih kalung itu, lalu memakaikannya di leher kekasihnya.
"Gimana cantik gak?" tanya Luna, dan Zain mengangguk tersenyum.
"Sayang, ini benar-benar bagus banget. Dari dulu kamu itu memang gak pernah gagal bujuk aku deh," lanjutnya sembari melihat kalung tersebut dari pantulan kamera handphone-nya.
"Pastilah, Sayang. Apapun yang kamu minta bakalan aku turuti." Zain menjawab sembari tersenyum.
"Oh ya, aku dengar kau menikah ya? Ternyata ini alasan waktu itu kamu tidak menjemputku?" Luna bertanya.
Zain menjawab, "Hm, itu permintaan Mama. Sayang tahu sendiri kan? Jika aku tidak menuruti permintaannya, aku bakalan dicabut dari jabatan Direktur."
Luna mencebik kesal, wajahnya cemberut. "Tapi kau tidak mencintai gadis itu kan?" tanya Luna memastikan.
"Tidak sama sekali, ngapain aku suka gadis kampung seperti dia. Lagian aku sudah memiliki bidadari di depanku," ucap Zain, gombal.
Luna tersipu malu, wajahnya merah padam. "Gombal, tapi iya sih aku memang cantik seperti bidadari." Luna membanggakan diri.
"Kapan kau akan menceraikannya?"
Zain termenung beberapa saat hingga seseorang datang menghampiri meja mereka. Pelayan restoran datang mengantarkan pesanan yang telah mereka pesan beberapa saat lalu. Zain pun memutuskan untuk izin ke toilet sebentar usai pelayan tersebut kembali.
Di waktu Zain di toilet, Luna memasukkan obat tidur dalam minuman Zain. Sejak mengetahui kekasihnya itu sudah menikah, Luna telah merancang rencananya.
"Maaf, Zain. Semua ini demi kebaikan kita bersama," ucap Luna sebelum akhirnya Zain datang.
Akhirnya mereka pun menikmati makan malam dengan diam. Sesuai rencana, kini Zain jatuh tidur seketika. Luna meminta bantuan pada satpam untuk membawa Zain ke dalam mobil.
Tak butuh waktu lama, kini mereka telah sampai di kamar hotel. Zain terbaring di atas kasur. Sedangkan Luna menjalankan aksi rencananya.
Di tempat lain, Alisa berjalan mondar-mandir di rumah, ia bahkan berkali-kali melihat ke arah luar jendela. Ia menunggu kedatangan Zain, hingga tertidur di sofa ruang tamu.
Pukul 01:37 am, gadis itu terbangun. Ia naik ke lantai dua untuk mengecek keberadaan Zain di kamar. Alisa memegang gagang pintu, dan ternyata kamar tersebut tidak terkunci. Itu artinya, suaminya pasti belum pulang. Dan benar, saat Alisa masuk, ternyata tidak ada siapapun di sana.
"Mas, kau dimana?" ucap Alisa cemas.
***
Pagi hari yang cerah, Alisa melakukan pekerjaannya yaitu membersihkan ruangan sendiri. Dikarena Zain tak pernah menyewakan seorang pelayan, katanya hanya buang-buang duit saja.
Suara notif dari handphone Alisa menghentikan aktivitasnya. Sebuah nomor tak dikenal mengirimkan foto, seketika Alisa langsung menjatuhkan handphone yang ia pegang. Ia terkaget, air matanya langsung menetes.
Alisa menggeleng. "Tidak, tidak, itu pasti tidak mungkin kan? Bagaimana bisa?" Alisa langsung tersadar dan mengambil handphone yang ia jatuhnya, untung saja tidak rusak.
Bagian wajah foto tersebut ia perbesar. Ia perhatikan secara seksama dan itu jelas-jelas memang Zain yang sedang telanjang dada dengan banyaknya bekas kecupan di wajahnya.
Alisa mencoba menelpon nomor tersebut untuk memastikan. Di sebrang sana seorang wanita mengangkat panggilan tersebut.
"Selamat pagi, Nyonya Raharja. Gimana kejutannya?" ucap wanita tersebut yang tak lain ialah Luna.
"Siapa kau? Dimana suamiku?!" tanya Alisa sedikit emosi.
"Tenang, Nyonya Raharja. Kenalin akulah Luna Armeva kekasih Zain Aditya Raharja, yang tak lain suamimu. Ups, salah! Bukan suamimu tapi calon suamiku." Luna tersenyum smirk.
"Aku tidak ingin mengenalmu, katakan saja dimana suami Zain?"
"Oh, Zain ya? Dia sedang mandi, kenapa?"
"Tidak, kau pasti bohong."
"Untuk apa bohong, kau tidak percaya? Nih, aku dekatkan handphone-ku ke pintu kamar mandi." Luna berjalan ke kamar mandi, mendengarkan suara gemercik air dari dalamnya.
"Udah ya, jangan ganggu waktu kami. Tubuhku benar-benar sakit, jadi jangan menyuruhku untuk berjalan seperti ini. Sudah, selamat bersenang-senang, Nyonya Raharja." Luna pun memutuskan panggilan secara sepihak.
"Jadi mereka benar-benar melakukan itu?" Pikiran Alisa berkalut kemana-mana, mau percaya atau enggak. Tapi foto itu benar-benar sudah menghancurkan kepercayaannya.
"Kau memang keterlaluan, Mas. Setelah melakukannya padaku, kau juga melakukan hal itu dengan wanita lain? Dan bahkan ia bukan istrimu, hiks."
Alisa berlari ke lantai atas, mengambil koper lalu memasukkan beberapa baju ke dalamnya sambil sesenggukan. Karena merasa kesal, ia memutuskan untuk pergi dari rumah.
Kini Alisa telah sampai di rumah Lea sahabatnya. Awalnya ia mau mengenap di rumah bibinya. Namun ia urungkan, sebab ia tidak mau membuat bibinya marah karena dirinya menumpang.
Alisa berharap Raka baik-baik saja di sana, tapi untungnya saat ini paman mereka sudah datang dari luar kota. Jadi, bibi pasti tidak akan berani menindas Raka, begitu pikir Alisa.
"Ya ampun Alisa, kalian sedang bertengkar, ya?" tanya Lea sambil makan cemilan.
"Enggak, udah ah aku mau tidur." Alisa membaringkan tubuhnya di kasur milik Lea.
"Ish, kalau ada masalah sama suami tuh diselesain dengan baik-baik. Jangan main kabur kayak begini, terus suami kamu tahu gak kalau kamu nginap di sini?"
"Le, kalau lagi makan jangan banyak bicara, gak baik."
"Lah, ini kan cuma makan cemilan."
"Sama aja. Udah sana tidur, udah malem."
Lea tak menjawab, ia lebih fokus pada laptopnya. Tak berselang lama, Lea berteriak histeris. Alisa terkaget, ia pun bangun dari tidurnya.
"Le, ada apa?"
"Oh my god, lihat!"
Lantas Lea pun mengeser laptopnya, memperlihatkan sesuatu pada Alisa. Pasangan utama di drakor yang Lea tonton sedang melakukan adegan ciuman panas.
Melihat itu, Alisa langsung memalingkan wajah dan kembali merebahkan tubuhnya.
"Alisa, kok kamu biasa aja sih. Aku aja ampe baper gini."
Lea melanjutkan menonton. Sedangkan Alisa, gadis itu jadi teringat kejadian satu hari yang lalu. Di mana ia sedang berciuman dengan Zain. Serta melakukan hubungan suami-istri.
"Gimana kalau aku hamil? Terus kalau Mas Zain memilih Luna kemudian menceraikanku, lalu bagaimana nasib anakku nanti?" batin Alisa, lantas iapun menggeleng cepat, menghilang pikiran tersebut.
"Semoga aja belum, itupun cuma satu kali. Tidak akan mungkin membuatku langsung hamil," lanjutnya dalam hati.
Bersambung .....
Jangan lupa vote-nya ya, terima kasih buat yang sudah mampir membaca.
6 September 2022
alyafzyh04
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
Romance"Jika bukan karena aku membutuhkan biaya operasi adikku, aku tidak akan pernah mau menerima tawaran ini."-Alisa Anindita. "Jangan pernah mengharapkan cinta dariku, karena wanita yang kucintai bukanlah dirimu."-Zain Aditya Raharja. Menjadi istri dari...