"Permisi," sapa seorang pria yang baru saja datang.
Pria itu Vano, ia datang membawa sebuah bukti. Vano memperlihatkan video CCTV. Di sana terbukti bahwa bukan Alisa yang berniat mengugurkan kandungan Serlin. Di video tersebut, seorang pelayan memasukkan obat ke dalam segelas susu milik Serlin.
"Aku cabut tuntutannya, bebaskan Alisa." Tiba-tiba terdengar suara wanita yang tak lain adalah Serlin.
Serlin juga sudah mengetahui dari CCTV yang Vano selidiki tadi pagi. Ia dan Andika bahkan sudah memecat pelayan yang melakukan kejahatan itu. Tadinya Serlin berniat memenjarakan pelayan tersebut, tapi pelayan itu memohon untuk tidak dipenjara sebab ia ditinggal suami dan memiliki anak yang masih bayi yang tidak bisa ia tinggalkan.
Polisi mengeluarkan Alisa dari sel. "Alisa, aku minta maaf, aku salah." Serlin mengatupkan tangannya meminta maaf pada Alisa.
"Seharusnya aku tidak-" Alisa memotong perkataan Serlin.
"Tidak, kau tidak bersalah. Jika aku di posisimu, aku juga akan melakukan itu." Alisa memegang kedua tangan Serlin sambil tersenyum.
"Terima kasih karena telah mengeluarkanku dari sini," ucap Alisa.
"Berterima kasihlah pada Vano. Dia yang mencari bukti bahwa kau tidak bersalah," jawab Serlin.
Alisa memandang ke arah Vano. Ia mengucapkan terima kasih dan dibalas senyuman oleh Vano. Setelah terbebas dari penjara, Maya membawa Alisa ke rumahnya bukan ke rumah Zain.
Sudah dua minggu Alisa berada di rumah Maya. Alisa selalu meminta izin untuk pulang ke rumah Zain. Namun Maya tidak memperbolehkannya. Maya tahu, Alisa hanya akan tersiksa jika tinggal satu atap dengan putranya.
"Alisa, Mama minta maaf. Semua ini salah Mama. Mama sudah memaksamu menerima perjodohan konyol ini," ucap Maya di taman belakang rumah.
"Tidak, Ma. Ini bukan salah Mama, ini sudah takdir. Jadi, jangan menyalahkan diri Mama sendiri," jawab Alisa sambil tersenyum manis.
"Aku membebaskanmu Alisa, kau boleh pergi. Kau bisa menceraikan Zain," tukas Maya, tidak ada pilihan lain lagi.
"Enggak, Ma. Pernikahan kami saja baru satu bulan. Pernikahan bukan permainan. Alisa, akan tidak akan melakukan itu."
"Tapi, Nak. Kau akan tersiksa jika meneruskan pernikahan ini," ucap Maya sembari memegang kedua tangan Alisa.
Di lain tempat, Zain sedang meeting di kantornya. Akhir-akhir ini Alisa selalu bermunculan di pikirannya, entah apa yang terjadi. Zain segera menampik pikirannya itu dan melanjutkan meeting-nya. Sesaat lamanya, meeting pun selesai. Di jam istirahat makan siang, Luna datang membawa paperbag berisikan masakan kesukaan Zain.
"Sayang, makanlah. Kenapa wajahmu terlihat lesu begitu? Kau sakit, ya?"
Zain tidak memperdulikan kehadiran Luna sedari tadi. Pikirannya selalu tertuju pada Alisa dan mamanya yang marah pada waktu itu. Kemungkinan sekarang Alisa berada di rumah Maya, pikir Zain.
Pria itu pun berdiri, keluar dari ruangannya meninggalkan Luna yang masih di sana. Zain mengendarai mobilnya dan mulai membelah jalanan, ia mengendarinya dengan kecepatan sedang.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit. Mobil Zain telah memasuki pekarangan rumah mamanya. Ia berlari memasuki rumah itu, mencari keberadaan Alisa ke penjuru arah. Namun, sampai detik ini belum menemukan Alisa.
"Bi Minah, di mana semua orang? Kenapa rumah terlihat sepi sekali?" tanya Zain pada Bi Minah yang sedang menyapu di halaman belakang rumah.
"Tuan muda datang ke sini untuk jemput Non Alisa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
Romance"Jika bukan karena aku membutuhkan biaya operasi adikku, aku tidak akan pernah mau menerima tawaran ini."-Alisa Anindita. "Jangan pernah mengharapkan cinta dariku, karena wanita yang kucintai bukanlah dirimu."-Zain Aditya Raharja. Menjadi istri dari...