19. IS : Chat WhatsApp

462 12 0
                                    

"Kerjasama apa?"

Luna membisikkan sesuatu ke telinga Vano. Sekejap Vano langsung membulatkan matanya. Ia berpikir gadis yang tak lain mantan pacarnya ini sepertinya sudah tidak waras.

"Apa?! Tidak! Aku tidak mau ikut terlibat rencana jahatmu itu." Vano mengalihkan pandang ke arah samping.

"Oh, ayolah ... aku tahu kau menyukai Alisa kan?"

"Tidak!"

"Ck, jangan bohong. Aku tahu dari matamu. Kau pikir aku tidak tahu kalau akhir-akhir ini kau begitu dekat dengan Alisa. Kalian juga pernah bertemu di pesta waktu itu kan?"

Vano menoleh menatap Luna, memandang gadis itu dengan tatapan tajam.

"Benar kan?"

"Tunggu, sejak kapan kau tahu aku pernah bertemu Alisa di pesta?" tanya Vano dengan tatapan curiga.

"A-iya, a-aku tahu dari Zain. Ya, dari Zain. Emang kenapa?" ucap Luna dengan gelagapan, wajahmu mulai keringat dingin.

"Kenapa kau berkeringat? Atau jangan-jangan kau yang-" Vano menggantung ucapannya.

"Apa?"

"Astaga, jadi kau dalang dari semua masalah waktu itu? Kau yang mencampurkan obat ke minuman Nona Serlin kan? Kau yang membayar pelayan itu agar Alisa yang mengganti mengantarkan minuman agar nantinya Alisa yang tersangka," ucap Vano panjang lebar.

Luna yang mendengar itu tampak kaget, bagaimana Vano bisa tahu perbuatannya selama ini?

"Jaga bicaramu! Kau jangan menuduhku ya!" bentak Luna mencoba membela diri padahal ia tahu itu memang perbuatannya.

"Ku benar-benar licik, Luna! Aku tidak mau ikut campur rencana yang kau bisikkan tadi. Tapi, ingat. Jangan sesekali-kali kau menyakiti Alisa. Kau akan tahu akibatnya jika menyakiti Alisa!" Vano pun berdiri bersiap melangkahkan kaki untuk pergi.

"Tuh, benar kan? Kau mencintai Alisa."

Vano menghentikan langkahnya. "Oke, aku akui aku memang mencintai Alisa. Aku akan melakukan sesuatu dengan caraku sendiri!" Vano pergi meninggalkan Luna yang tampak emosi.

***

Sudah jam setengah satu malam tapi Zain belum bisa tidur. Ia menyalakan lampu di atas nakas. Lalu mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja nakas sampingnya.

Zain:
Apa kau sudah tidur?

Ia mengirim pesan pada Alisa. Sebelumnya tiga jam yang lalu ia sudah mengirimkan sebuah pesan cinta. Ya, Zain menyatakan cintanya pada Alisa lewat aplikasi WhatsApp untuk sementara. Rencananya ia akan menyatakan langsung besok. Ia juga sudah menyiapkan banyak kejutan untuk istrinya.

Alisa:
Mas belum bisa tidur ya?

Begitu balasan Alisa, Zain tak menyangka jika istrinya telah membalas pesannya dengan cepat.

Zain:
Aku merindukanmu.

Alisa:
Besok kita bertemu kan? Jadi bersabarlah di sana.

Zain:
Tapi aku tidak bisa bersabar, Sayang.

Untuk pertama kalinya Zain memanggil Alisa dengan sebutan sayang. Diseberang sana, Alisa terlihat senyum-senyum sendiri. Ia tidak menyangka, Zain bisa berubah secepat ini. Ia berharap Zain akan selamanya begini, maksudnya tidak akan pernah menyakitinya lagi.

Alisa:
Nggak boleh gitu.

Zain:
Kau tidak merindukanku juga, ya?

IM SORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang