Warning!
Harap bijak dalam membaca, karena chapter ini mengandung sedikit adegan dewasa yang tidak diperuntukkan untuk pembaca di bawah umur.
***
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih delapan jam dari tempat transit ke Maldives. Kini Zain dan Alisa sedang menaiki searplane ke Pulau Muravandhoo selama 45 menit dari Male.
Mereka akan menginap di salah satu resort terbaik di sana. Joali Maldives, itulah namanya. Resor yang sangat mewah dan harga penginapana yang sangat fantastis, tapi hal itu tak menjadi masalah bagi Zain. Usai di antar oleh petugas, kini Zain dan Alisa telah sampai di penginapan.
Alisa tak henti-henti menatap takjub suasana di sana, baik itu pemandangan ataupun penginapan yang begitu indah di atas laut.
“Berhenti menatap pemandangan di luar, apa kau tidak sadar? Di sini ada yang lebih indah,” celutuk Zain seraya melepas kemeja biru putihnya itu, menyisakan kaos putih yang ia kenakan.
“Mana?”
“Lupakan itu, pergilah mandi dan aku akan merapikan barang bawaan kita.”
“Mas saja yang mandi, aku masih ingin beristirahat.”
Zain berjalan mendekati Alisa yang tengah duduk di kursi dekat jendela kaca menatap ke arah lautan. Ia juga menaruh kemejanya di atas ranjang.
“Malam ini aku berniat berciuman denganmu di dalam bathtub,” bisik Zain tepat di telinga Alisa.
“Ayolah sayang, apa kau tidak lihat? Kamar mandinya sangat besar.” Zain berlutut di depan Alisa, mengelus lembut kedua tangan istri dan diciumnya secara perlahan.
Alisa memalingkan wajahnya, karena dirasa dirinya sangat gugup di depan Zain. Detik berikutnya Zain berdiri, ia juga mengajak Alisa untuk berdiri. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengecup bibir istrinya.
Cup.
Alisa diam membeku, ia benar-benar syok atas perlakuan Zain yang mendadak. Jantungnya berdetak tak karuan, refleks iapun melepas tangan Zain, dan beralih menjauhi suaminya itu.
“A—apa yang telah mas lakukan? Kenapa tidak memberitahuku terlebih dahulu?” tanya Alisa gugup.
“Hm, aku sudah mengatakannya padamu. Bahwa malam ini aku berniat menciummu,” jawab Zain.
“T—tapi tadi bilangnya kan di bathtub bukan di sini, aku kan belum siap kalau mendadak,” jawab Alisa beralih menuangkan air ke dalam gelas.
Ia meneguk air putih dalam gelas itu secara perlahan untuk menghilangkan rasa gugupnya.
“Baiklah, mas yang salah. Tapi apa boleh kita mengulanginya lagi?”
“Mengulangi apa?” tanya Alisa polos.
“Katanya tadi kamu belum siap. Kalau gitu mari kita ulangi sekarang.” Zain mendekat.
“T—tapi—”
“Tidak ada tapi-tapian sayang.”
Zain langsung mendekat, tangannya mulai menangkup kedua pipi Alisa. Wajahnya mulai mendekat dan Alisa mulai memejamkan matanya, kedua bibir itupun menyatu. Awalnya hanya Zain yang aktif, perlahan Alisa pun membalas ciuman itu. Mereka saling mengecup dan melumat satu sama lain.
Tangan Zain berpindah ke tenguk Alisa dan pinggang istrinya untuk menarik tubuh Alisa lebih menempel padanya. Beberapa menit mereka berciuman panas, Zain pun melepas lumatan itu untuk memberi jeda pada Alisa agar mengambil udara untuk bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
Romansa"Jika bukan karena aku membutuhkan biaya operasi adikku, aku tidak akan pernah mau menerima tawaran ini."-Alisa Anindita. "Jangan pernah mengharapkan cinta dariku, karena wanita yang kucintai bukanlah dirimu."-Zain Aditya Raharja. Menjadi istri dari...