⚠ Warning ⚠
Harap bijak dalam membaca, chapter ini mengandung sedikit adegan dewasa yang tidak diperuntukkan untuk usia dibawah umur.
------
Alisa memapah Zain menuju kamar,
disepanjang perjalanan pria itu pingsan tak sadarkan diri namun sekarang sesampainya di rumah, Zain selalu bicara tidak jelas tanpa henti."Hei, kau tau? Sakit, rasanya. Yak! Saat aku dipaksa menikahi orang yang tidak aku cintai. Kau dengar itu! Aku benci sama dia."
Entah itu benar atau tidak. Alisa merasa dadanya sesak saat mendengar suaminya mengatakan hal itu. Kata orang, seseorang yang sedang mabuk perkataannya selalu jujur?
"Kenapa kau menjadi benalu dalam hidupku dan Luna, hah?"
"Kau mau apa sebenarnya? Mau uang, harta kekayaan? Berapa sebutkan! Aku akan memberikan padamu berapapun itu, asalkan kau tinggalkan aku!"
"Hidupku jadi kacau semenjak menikah denganmu, jam kencan dengan Luna jadi berkurang, apa-apa selalu diancam mama, dan semua itu karena dirimu Nona Alisa!"
"Kau-"
"Stop, Mas!" teriak Alisa, emosi.
Ia sudah tidak tahan mendengar ocehan Zain untuk dirinya. Pria itu bahkan berkata dengan santai tanpa dosa. Air mata Alisa bahwa tidak bisa dibendung lagi.
"Kau punya kaki kan? Silahkan jalan sendiri Tuan Zain." Alisa berucap dengan menekankan pada kata terakhir Tuan Zain.
"Kamu tau, bukan hanya kamu yang merasa tersakiti. Tapi aku juga, Mas. Aku bahwa rela menikah denganmu yang sudah memiliki kekasih. Setiap hari kalian pergi kencan, kau bahwa tak pernah sedikitpun merasakan bagaimana perasaanku. Yang kau tahu hanya marah, marah, dan marah. Sakit ... hiks!"
Alisa berucap sambil sesenggukan. Ada ekspresi kesal dan sedih membaur menjadi satu. Air matanya mengalir membasahi pipi, dadanya sesak mengingat hari-hari yang ia lewati bersama Zain. Ia meluapkan semua isi hatinya yang ia pendam selama ini. Sedangkan, pria di depannya itu hanya tertunduk diam.
"Jika bukan karena aku membutuhkan biaya operasi adiku, aku bahkan tidak akan sudi menikah dengan pria breng-"
Ucapan Alisa terpotong, saat sesuatu yang basah dan kenyal mendarat di bibirnya. Ternyata Zain membungkam mulut istrinya itu dengan bibirnya. Mata Alisa membesar ketika Zain melumatnya pelan.
"Mmph....."
Kemudian dengan cepat Alisa melepaskan tautan tersebut, mendorong tubuh Zain dengan keras.
"Apa yang kau lakukan?!" sentak Alisa marah.
Zain tak menjawab, seperkian detik berikutnya ia langsung memeluk istrinya. Tak membiarkan Alisa terlepas dari dekapannya. Sesekali gadis itu memberontak, memukul dada bidang Zain dengan kedua tangannya sambil memaki-maki terhadap Zain untuk pertama kalinya.
Sebelumnya Alisa tak punya nyali untuk itu. Tapi sekarang, mungkin karena kesal ia jadi punya keberanian memaki Zain tepat di depan orangnya langsung. Pelukan itu semakin erat, membuat Alisa terbungkam seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM SORRY
Romance"Jika bukan karena aku membutuhkan biaya operasi adikku, aku tidak akan pernah mau menerima tawaran ini."-Alisa Anindita. "Jangan pernah mengharapkan cinta dariku, karena wanita yang kucintai bukanlah dirimu."-Zain Aditya Raharja. Menjadi istri dari...